Oleh Ustadz Abu Utsman Kharisman
(Syarh Hadits Ke-18 Arbain anNawawiyyah)
عَنْ
أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ
بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ.[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan
Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah
sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan
bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”.
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih]
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih]
Sedikit Penjelasan tentang Sahabat yang Meriwayatkan Hadits
Abu Dzar al-Ghiffary berasal dari
Ghiffaar (jalur yang dilewati penduduk Makkah jika akan berdagang ke
Syam) , nama aslinya Jundub bin Junaadah adalah orang ke-5 yang masuk
Islam saat Nabi masih berada di Makkah dan berdakwah secara sembunyi.
Beliaulah orang pertama yang mengucapkan salam secara Islam kepada Nabi.
Selama masa mencari Nabi di Makkah beliau tinggal di dekat Ka’bah
selama 15 hari tidak makan dan minum apapun kecuali air zam-zam hingga
menjadi gemuk. Setelah bertemu Nabi dan masuk Islam beliau kembali pada
kaumnya, mengajarkan Islam kepada mereka, dan tinggal di sana. Setelah
perang Uhud, barulah Abu Dzar bisa menyusul Nabi hijrah ke Madinah.
Sedangkan Muadz bin Jabal adalah Sahabat
Nabi yang paling mengetahui tentang halal dan haram (H.R Ibnu Hibban).
Nabi juga memerintahkan untuk mengambil (ilmu) al-Quran dari 4 orang,
yaitu : Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal dan Salim maula Abi
Hudzaifah(H.R al-Bukhari). Muadz bin Jabal juga diutus Nabi ke Yaman
untuk berdakwah di sana.
PENJELASAN UMUM MAKNA HADITS
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memberikan bimbingan dalam 3 hal:
- Bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Di waktu sendirian maupun di tengah keramaian. Di setiap waktu dan tempat.
- Jika suatu ketika kita melakukan dosa, susulkanlah / iringi dengan banyak perbuatan ibadah dan kebaikan, agar bisa menghapus dosa itu.
- Bergaullah sesama manusia dengan akhlak yang baik
Definisi Taqwa
Thalq bin Habiib(seorang Tabi’i, salah satu murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas) menjelaskan definisi taqwa: “Amalan
ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan mengharap
pahala Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah
berdasarkan cahaya dari Allah dengan perasaan takut dari adzab Allah”.
Banyak para Ulama’ yang memuji definisi
ini di antaranya al-Imam adz-Dzahaby, kemudian beliau mensyarah
(menjelaskan) maksud dari definisi tersebut dalam Siyaar A’laamin Nubalaa’ (4/601)
Beberapa poin penting dari definisi taqwa menurut Thalq bin Habiib tersebut:
- Taqwa adalah amalan ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah.
Taqwa harus berupa amal perbuatan, tidak cukup hanya dalam hati atau ucapan saja.
- Taqwa harus didasarkan cahaya dari Allah, yaitu ilmu syar’i dan ittiba’ (mengikuti Sunnah Nabi).
Tidak mungkin seseorang bisa bertakwa
kepada Allah tanpa ilmu. Dengan ilmu ia akan tahu mana hal-hal yang
diperintah Allah (wajib atau sunnah), yang dilarang Allah (haram atau
makruh), dan mana yang boleh dikerjakan (mubah).
Seseorang bisa beribadah kepada Allah hanya dengan tuntunan dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
- Taqwa harus didasari keikhlasan melakukannya karena Allah bukan karena tendensi yang lain. Ia jalankan ketaatan karena mengharap pahala Allah, dan ia tinggalkan kemaksiatan karena takut dari adzab Allah.
Iringilah Perbuatan Dosa dengan Kebaikan-Kebaikan Niscaya akan Menghapus Dosa Tersebut
Amal ibadah yang dikerjakan dengan
ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasul selain menambah pahala juga bisa
menghapus dosa sebelumnya. Di antaranya adalah sholat, puasa, shodaqoh,
umrah, amar ma’ruf nahi munkar, duduk di majelis ta’lim, dan semisalnya.
الصَّلَوَاتُ
اْلخَمْسُ وَاْلجُمُعَةُ إِلَى اْلجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ
مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَ اْلكَبَائِر (رواه مسلم)
“ (antara) sholat lima waktu (yang
satu dengan berikutnya), Jumat dengan Jumat, Romadlon dengan Romadlon,
sebagai penghapus dosa di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan “
(H.R Muslim)
فِتْنَةُ
الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ
يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ
بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
Fitnah yang dialami seorang laki-laki
pada keluarga, harta, diri, dan tetangganya dihapuskan oleh puasa,
sholat, shodaqoh, dan amar ma’ruf nahi munkar (H.R Muslim)
Namun, yang bisa dihapus dengan
perbuatan-perbuatan baik (ibadah) itu adalah untuk dosa-dosa kecil saja,
sedangkan dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat nashuha. Syarat
taubat nashuha adalah bertaubat dengan ikhlas karena Allah semata,
menyesal secara sungguh atas perbuatannya, meninggalkan perbuatan
maksiat tersebut, bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi
selama-lamanya, dan jika terkait dengan hak hamba Allah yang lain, ia
harus meminta maaf (minta dihalalkan).
Apa perbedaan dosa besar dengan dosa
kecil? Dosa besar adalah segala macam perbuatan atau ucapan yang
dilarang dan dibenci Allah dan diancam dalam dalil-dalil alQuran atau
hadits dengan adzab neraka, laknat Allah, kemurkaan Allah, tidak akan
masuk surga, tidak termasuk orang beriman, Nabi berlepas diri dari
pelakunya, atau dosa yang ditegakkan hukum had di dunia, seperti
membunuh, berzina, mencuri, dan semisalnya. Sedangkan dosa kecil adalah
sesuatu hal yang dibenci atau dilarang Allah dan Rasul-Nya namun tidak
disertai dengan ancaman-ancaman seperti dalam dosa besar.
Namun, harus dipahami bahwa suatu dosa yang asalnya kecil bisa menjadi besar jika dilakukan terus menerus dan dianggap remeh.
Sahabat Nabi Anas bin Malik menyatakan:
لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ اْلإِصْرَارِ
Tidak ada dosa kecil jika dilakukan
secara terus menerus (riwayat ad-Dailamy dan al-Iraqy menyatakan bahwa
sanadnya jayyid (baik))
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
Hati-hatilah kalian dari dosa yang
diremehkan (dosa kecil) karena dosa itu bisa berkumpul pada seseorang
hingga membinasakannya (H.R Ahmad, atThobarony, al-Baihaqy, dinyatakan
oleh al-Iraqy bahwa sanadnya jayyid (baik),
Majelis Ilmu Menghapus Dosa dan Menggantikan Keburukan Menjadi Kebaikan
Duduk di majelis ta’lim yang di dalamnya
dibahas ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits yang shohih dengan
pemahaman Salafus Sholeh, bisa menyebabkan dosa terampuni. Bahkan
keburukan-keburukan diganti dengan kebaikan.
مَا
مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللَّهَ لاَ يُرِيدُونَ بِذَلِكَ
إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُومُوا
مَغْفُورًا لَكُمْ قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
Tidaklah suatu kaum berkumpul
mengingat Allah, tidak menginginkan kecuali Wajah-Nya, kecuali akan ada
penyeru dari langit:”Bangkitlah dalam keadaan diampuni,
keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan (H.R Ahmad,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Atha’ bin Abi Robaah –salah seorang tabi’i (murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Hurairah) berkata: Barangsiapa
yang duduk di (satu) majelis dzikir, Allah akan hapuskan baginya 10
majelis batil (yang pernah diikutinya). Jika majelis dzikir itu
dilakukan fii sabiilillah, bisa menghapus 700 majelis kebatilan (yang
pernah diikutinya). Abu Hazzaan berkata : Aku bertanya kepada
Atha’ bin Abi Robaah: Apa yang dimaksud dengan majelis dzikir? Atho’
menjelaskan: (majelis dzikir) adalah majelis (yang menjelaskan) halal
dan haram, tentang bagaimana sholat, berpuasa, menikah, thalak, dan jual
beli (Hilyatul Awliyaa’ karya Abu Nu’aim (3/313), al-Bidayah wanNihaayah karya Ibnu Katsir(9/336)).
Akhlak yang Baik
Para Ulama’ Salaf mendefinisikan akhlaq yang baik, di antaranya :
Al-Hasan al-Bashri mengatakan : “ Akhlaq yang baik adalah dermawan, banyak memberi bantuan, dan bersikap ihtimaal (memaafkan).
AsySya’bi menjelaskan : “ Akhlaq yang baik adalah suka memberi pertolongan dan bermuka manis “
Ibnul Mubaarok mengatakan : “ Akhlaq
yang baik adalah bermuka manis, suka memberi bantuan (ma’ruf) , dan
menahan diri untuk tidak mengganggu/menyakiti orang lain “ (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rajab juz 1 hal 454-457)
Keutamaan akhlaq yang baik banyak disebutkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau :
أَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“ Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaqnya “ (H.R Ahmad, Abu Dawud, AtTirmidzi,
al-Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahaby).
إِنَّ اْلمُؤْمِنَ لَيُدْركُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ الصَّائِمِ وَاْلقَائِمِ
“ Sesungguhnya seorang mukmin dengan
kebaikan akhlaqnya bisa mencapai derajat orang-orang yang (banyak)
berpuasa dan (banyak) melakukan qiyamullail “ (H.R Ahmad, Abu Dawud, dan
al-Hakim, dishohihkan oleh adz-Dzahaby)
أَكْثَر مَا يُدْخِلُ اْلجَنَّةَ تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ اْلخُلُقِ
“(Hal) yang paling banyak memasukkan
orang ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik
“(H.R Ahmad, AtTirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al-Albany )
أَنَا زَعِيْمُ بَيْتٍ فِي أَعْلَى اْلجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ
“ Aku menjamin rumah di bagian surga
yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaqnya”(H.R Abu Dawud dan
AtThobrooni dan dihasankan oleh Syaikh al-Albany)
http://www.salafy.or.id/iringi-keburukan-dengan-kebaikan/
0 komentar:
Posting Komentar