Tampilkan postingan dengan label Khawarij. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khawarij. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juni 2013

Nasihat Sebelum Bunuh Diri


Oleh : Al-Ustadz Abu Dawud Ilham Al-Atsariy -Hafizhohulloh-

Hidup adalah anugerah terbesar yang Allah beri.  Dunia dan segala isinya tidak bernilai apa-apa jika dibandingkan dengan arti sebuah kehidupan. Demi mempertahankan hidup, segalanya rela dikorbankan. Sebab dengan kehidupan kita bisa merasakan susah dan senang sehingga lahir kesabaran dan kesyukuran.

Hanya saja sebagian orang, ada yang tidak tahu tentang besarnya arti kehidupan. Ia menyia-nyiakan hidup yang Allah berikan, dengan membunuh diri dan mengakhiri hidupnya!! Mereka bersikap pengecut untuk lari dari kenyataan, karena tidak mampu menghadapi tantangan hidup. Kegagalan dan musibah yang seharusnya dihadapi dengan jiwa yang tegar, kesabaran yang kuat dan dada yang lapang, menjadi sirna karena ditutupi oleh selimut ketakutan dan putus asa. Mereka mengira, dengan mengakhiri hidup akan menyelesaikan problema. Padahal semua itu hanyalah menambah masalah dengan masalah.
Pembaca yang mulia, peristiwa bunuh diri selalu terjadi pada setiap generasi di belahan bumi ini. Kita mungkin sudah pernah mendengar tentang tradisi “Harakiri” yang dilakukan oleh orang-orang Jepang. Mereka membunuh diri dengan cara merobek perut dengan pedang pendek ketika merasa gagal dalam menjalankan tugas dan misi.

Tradisi bunuh diri juga ada pada suku Tengger di Gunung Bromo. Mereka mengakhiri hidupnya hanya karena soal harga diri, misalnya, seorang warga yang tidak mampu menggelar seni tari tradisonal tayuban yang sangat dibanggakan warga sekitar dalam hajatan. Bahkan hanya gara-gara tidak mampu memberi sawer (uang) kepada penari tayub, seorang diantara mereka merasa kehilangan harga diri. Karena gengsi dan malu dengan hal itu, langkah bunuh diri dianggapnya merupakan pilihan terbaik.

Di sebagian negeri-negeri kaum muslimin, ada juga yang terpengaruh dengan tradisi bunuh diri. Mereka ini dari kalangan kaum pergerakan militan. Mereka melekatkan bom pada tubuhnya dan meledakkannya dikeramaian orang. Mereka menyangka bahwa apa yang mereka lakukan adalah jihad dan diridhai oleh Allah. Parahnya lagi, orang yang mati dengan bunuh diri itu, disebut sebagai orang yang “mati syahid”!! Padahal semua itu hanyalah angan-angan kosong belaka!!! Sebab mereka telah menyalahi prinsip-prinsip agung dalam Islam dan memahami dalil seenak perut mereka, tanpa menoleh pada bimbingan para ulama. Akhirnya, kelakuan mereka membawa banyak kerusakan dan mencoreng keindahan Islam.

Berita terbaru, ada seorang mahasisiwa   Universitas Bung Karno yang beragama Nashrani membakar dirinya di depan istana negara. Yang lebih lucunya lagi, ada sekelompok mahasiswa di Makassar, yang jahil tentang agamanya menggelar sholat ghaib untuk mahasiswa Nashrani tadi sebagai bentuk solidaritas dan rasa cinta sesama mahasiswa. Padahal Allah telah melarang kita untuk menyolati jenazah orang-orang munafik,

وَلاَ تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلاَ تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ  [التوبة/84]
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyolati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”. (QS. At-Taubah : 84)

Ibnul Jauziy Ad-Dimasyqiy dalam kitabnya ‘Zaadul Masiir’ (3/215) menyebutkan bahwa ayat ini turun tentang diri orang-orang munafik yang meninggal, diantaranya Abdullah bin Ubay bin Salul. Jika orang munafik saja yang menampakkan keislamannya dan menyembunyikan kekafirannya, kita dilarang menyolati jenazahnya, maka tentu saja jenazah orang-orang yang nyata kafir lebih utama dilarang!! Lebih parah lagi, bila orang-orang kafir disholati karena loyal dan cinta kepada mereka, sebab itu merupakan sebuah kekafiran!!!

Pembaca yang budiman, bunuh diri secara garis besar terbagi menjadi dua bagian. Pertama, bunuh diri secara langsung, yaitu mengakhiri hidup dengan sesuatu yang membuat pelakunya mati seketika itu juga, contohnya gantung diri, minum racun, tikam diri, bakar diri, bom bunuh diri dan lain serbagainya. Kedua, bunuh diri secara tidak langsung, yaitu mengakhiri hidup dengan sesuatu yang membuat pelakunya tidak mati seketika, tapi membunuhnya secara perlahan-lahan dan membutuhkan waktu yang lama, contohnya, memakai ganja dan obat-obat terlarang, meminum khomer (minuman keras), merokok dan lain sebagainya. Para dokter  dan manusia sepakat bahwa barang-barang tersebut merugikan kesehatan dan lambat laun akan mengantarkan pelakunya pada kematian.

Di dalam Islam segala bentuk bunuh diri, baik secara langsung atau tidak langsung merupakan perkara yang tercela dan terlarang!! Sebab pada perbuatan itu, banyak terdapat kerusakan dan pelanggaran. Dengan segala fakta yang terjadi, kami merasa terpanggil untuk menjelaskan sisi-sisi kerusakan dan pelanggaran bunuh diri agar orang-orang bodoh yang mau melakukannya akan berhenti dan sadar dari sikap konyolnya, yakni bunuh diri. Silakan ikuti ulasan sisi-sisi kerusakan dan pelanggaran bunuh diri sebagai berikut:
  •  Menzholimi Diri Sendiri.
Bunuh diri merupakan suatu tindakan kezholiman. Sebab ia telah menganiaya dan menyakiti tubuhnya sendiri. Oleh karenanya, barang siapa yang menyiksa tubuhnya dengan membuang dirinya ke jurang hingga ia tewas karenanya,  maka ia akan di siksa kelak seperti itu juga sebagai balasan dari apa yang telah dia kerjakan di dunia. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menegak racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan menegaknya di neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barang siapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.” [HR. Al-Bukhari dalam Shohih-nya (5778)]

  •  Membangkang terhadap Perintah Allah -Ta’ala-
Perbuatan bunuh diri merupakan pembangkangan terhadap perintah Allah -Subhana Wa Ta’ala-, sebab di dalam Al-Qur’an, Allah telah melarang dari bunuh diri. Lantaran itulah Allah menjauhkan hamba-Nya dari segala yang dapat membinasakan diri dan agamanya. Allah -Tabara wa Ta’ala- berfirman,
وَلاَ تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا  [النساء/29]
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(QS. An-Nisaa : 29).
Penafsir Jazirah Arab, Syaikh As-Sa’diy -rahimahullah- berkata, “Masuk dalam kategori hal ini (membunuh diri), menjerumuskan diri dalam kebinasaan, melakukan perkara-perkara yang berbahaya lagi mengantarkan kepada kebinasaan, dan kehancuran”. [Lihat Tafsir As-Sa’diy (hal. 175)]
Allah -Tabara wa Ta’ala- juga berfirman,
وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ  [البقرة/195]
 “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Baqarah: 195)

  •  Meng-kufur-i (Mengingkari) Nikmat.
Bunuh diri adalah perbuatan orang-orang yang tak bersyukur.  Nikmat hidup dan jasad yang sehat merupakan nikmat yang tiada taranya. Allah memberi kita kesempatan untuk hidup agar dapat mengumpulkan dan memperbanyak amalan shalih agar menjadi bekal menuju perjalanan ke akhirat. Belum lagi nikmat kesehatan yang kita senantiasa harus mensyukurinya dengan cara menjaganya dan memanfaatkannya dalam ketaatan. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6412)]

  •  Bunuh Diri termasuk Dosa Besar
Bunuh diri merupakan salah satu dari dosa-dosa besar. Oleh karenanya, tidak pantas seseorang merasa bangga diri ketika bunuh diri.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْكَبَائِرِ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَقَوْلُ الزُّورِ
 “Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda tentang dosa-dosa besar, beliau bersabda: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, bunuh diri, dan perkataan dusta.” [HR. Al-Bukhoriy dalam Asy-Syahadat (2510) dan Muslim dalam Al-Iman (88)]

  •  Pelaku Bunuh Diri akan Diharamkan Surga baginya
Pelaku bunuh diri akan merasakan akibat paling buruk, Allah haramkan surga baginya!! Ini adalah bantahan bagi orang-orang yang menipu pemuda-pemuda Islam untuk melakukan aksi-aksi bom bunuh diri!!! Mereka mengiming-imingkan surga bagi siapa saja yang mau bunuh diri, lalu mereka beri titel “Asy-Syahid” kepadanya. Tentu ini adalah upaya pembodohan dan penyesatan umat. Sebab bagaimana mungkin mereka merekomendasi seseorang sebagai penghuni surga, sementara Pemilik surga (Allah) telah mengharamkannya bagi para pelaku bunuh diri. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ فَجَزِعَ فَأَخَذَ سِكِّينًا فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ فَمَا رَقَأَ الدَّمُ حَتَّى مَاتَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى بَادَرَنِي عَبْدِي بِنَفْسِهِ حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Ada seseorang di antara umat sebelum kalian menderita luka-luka. Tapi dia tidak sabar, lalu dia mengambil sebilah pisau, kemudian memotong tangannya yang mengakibatkan darahnya mengalir dan tidak berhenti hingga akhirnya dia meninggal dunia. Lalu Allah -Ta’ala- berfirman, “Hamba-Ku mendahului Aku dengan membunuh dirinya, maka Aku haramkan baginya surga”.[HR. Al-Bukhariy  dalam Shohih-nya (3463) dan Muslim dalam Shohih (180)]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy -rahimahullah- berkata, “Di dalam hadits ini terdapat pengharaman membunuh diri, sama saja apakah diri si pembunuh ataukah selainnya…dan di dalamnya terdapat pengharaman melakukan sebab-sebab yang mengantarkan kepada bunuh diri”. [Lihat Fathul Bariy (6/500), dengan tahqiq Syaikh bin Baaz, cet. Dar Al-Fikr]

Jadi, bunuh diri adalah perbuatan haram dari segala sisi dan apapun alasannya. Walaupun dia bunuh diri mengatasnamakan Islam, namun islam berlepas diri darinya. Kerinduan ingin berjumpa dengan Allah, bukan berarti harus bunuh  diri. Karenanya, para nabi dan rasul sebagai orang yang paling cinta kepada Allah, tetap berusaha mencari faktor-faktor untuk menyelamatkan diri dari bahaya dan serangan musuh, seperti Rasulullah -Sallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berhijrah secara sembunyi-sembunyi dan bersembunyi di gua Hira’ ketika dikejar oleh orang-orang musyrik. Juga ketika perang Uhud, Beliau -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengenakan dua lapis baju besi. Itu semua termasuk faktor-faktor yang logis, terhormat dan disyariatkan yang akan dilakukan oleh setiap orang yang berakal termasuk para nabi juga.

Inilah beberapa sisi kerusakan dan pelanggaran aksi bunuh diri. Semoga dengan nasihat ringkas ini, orang-orang yang punya niat bunuh diri segera sadar dan bertobat sehingga tidak akan melakoni perbuatan konyol itu.
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne, Kel. Borong Loe, Kec.BontoMarannu, Gowa-Sulsel. Pimpinan Redaksi / Penanggung Jawab : Ustadz Abu Fa’izah Abdul Qadir Al-Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201).

sumber : http://pesantren-alihsan.org/nasihat-sebelum-bunuh-diri.html

Rabu, 23 Januari 2013

3 PIHAK YANG DIRUGIKAN AKIBAT ULAH GEROMBOLAN KHOWARIJ TERORIS | Buku-buku yang digandrungi para Teroris (Karya Sayyid Quthub, Salman Al-‘Audah, Fathi Yakan, Hasan Al-Banna, Said Hawwa, dan yang sejalan dengan mereka)

Mengidentifikasi Ciri-ciri Teroris Khawarij

Kami merasa perlu untuk membahas secara singkat tentang ciri-ciri teroris Khawarij, karena kami melihat telah terjadi salah kaprah dalam hal ini. Kami memandang bahwa tidak tepat bila seseorang menilai orang lain sebagai teroris atau sebagai orang yang terkait dengan jaringan teroris, ataupun mencurigainya hanya berdasarkan dengan penampilan lahiriah (luar) semata.

Mengapa? Karena pada kenyataannya, para pelaku teror tersebut selalu berganti-ganti penampilan. Bahkan terkadang mereka cenderung memiliki penampilan yang akrab dengan masyarakat pada umumnya untuk menghilangkan jejak mereka. Sebagaimana yang terjadi pada Imam Samudra cs sebelum ditangkap. Sehingga, penampilan lahiriah mereka –baik penampilan ala masyarakat pada umumnya atau penampilan agamis– akan selalu ada yang menyerupai. Berdasarkan hal ini, penampilan lahiriah semata tidak bisa menjadi tolok ukur. Tatkala para teroris tersebut memakai topi pet, celana panjang (pantalon), kaos, serta mencukur jenggot, kita tidak bisa menjadikan hal-hal seperti ini sebagai ciri teroris. Tidak boleh bagi kita untuk menilai orang yang serupa dengan mereka dalam cara berpakaian ini sebagai anggota mereka.

Demikian pula sebaliknya. Ketika para teroris itu berpenampilan Islami dengan memelihara jenggot, memakai celana di atas mata kaki, memakai gamis, dan istrinya bercadar, kita juga tidak bisa menjadikan penampilan seperti itu sebagai ciri teroris. Tidak boleh pula bagi kita untuk menilai orang yang berpakaian seperti mereka ini sebagai anggota jaringan mereka.

  Faktor pendorong orang-orang untuk berpenampilan agamis adalah karena hal itu merupakan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua itu tak ubahnya seperti ajaran agama Islam yang lain semacam shalat, puasa, dan lain sebagainya –terlepas dari perbedaan pendapat para ulama dalam hal cadar, apakah itu wajib atau sunnah–. Bukankah para teroris Khawarij tersebut juga shalat dan berpuasa bahkan mungkin melakukannya dengan rajin dan penuh semangat?! Lalu apakah kita akan menilai shalat dan puasa sebagai ciri teroris? Sehingga kita akan menuduh orang yang shalat dan puasa sebagai anggota jaringan teroris? Tentu tidak. Hal seperti ini hendaknya direnungkan.

Maka kami mengingatkan diri kami dan semua pihak dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya):
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.“ (Al-Ahzab: 58)

Akan tetapi, di antara cara mengidentifikasi teroris Khawarij bisa dilakukan dengan hal-hal berikut ini:
1.         Mereka memiliki pertemuan-pertemuan rahasia, yang tidak dihadiri kecuali oleh orang-orang khusus.
2.         Mereka akan menampakkan kebencian terhadap penguasa muslim. Dalam pertemuan-pertemuan khusus, mereka tak segan-segan menganggap para penguasa muslim tersebut sebagai orang kafir.
3.         Mereka akan menampakkan pujian-pujian terhadap para tokoh-tokoh Khawarij masa kini, semacam Usamah bin Laden  dan yang sejalan dengannya.
4.         Mereka gandrung terhadap buku-buku hasil karya tokoh-tokoh tersebut, juga buku-buku tokoh pergerakan semacam Sayyid Quthub, Salman Al-‘Audah, Fathi Yakan, Hasan Al-Banna, Said Hawwa, dan yang sejalan dengan mereka.

Ini semua sebatas indikasi yang mengarah kepada terorisme. Untuk memastikannya, tentu perlu kajian  lebih lanjut terhadap yang bersangkutan.

Korban-korban Teroris Khawarij

Pihak pertama, orang-orang yang berkeinginan untuk menjadi baik dan berupaya menapaki jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mereka menyadari pentingnya berpegang teguh dengan ajaran-ajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia nan indah. Mereka menyadari betapa bahayanya arus globalisasi yang tak terkendali terhadap pribadi-pribadi mulia. Mereka berusaha mengamalkan ajaran Islam yang benar pada diri dan keluarga mereka untuk melindungi diri dan keluarga mereka dari berbagai kerusakan moral bahkan aqidah, sekaligus melindungi diri dan keluarga mereka dari api neraka di hari akhirat, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.“ (At-Tahrim: 6)


Pihak ini menjadi korban aksi para teroris. Karena para teroris dengan aksi mereka, telah mencoreng Islam di mata masyarakat yang luas, sehingga pihak ini menuai getah dari aksi para teroris tersebut. Pihak ini akhirnya dicurigai oleh masyarakat sebagai bagian dari jaringan teroris hanya karena adanya sebagian kemiripan pada penampilan luar, padahal aqidah dan keyakinan mereka sangat jauh dan bertentangan. Sehingga celaan, cercaan, sikap dingin, diskriminasi bahkan terkadang intimidasi (ancaman) dari masyarakat kepada mereka pun tak terelakkan.

Maka kami nasihatkan kepada pihak ini untuk bersabar dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala cobaan yang mereka dapatkan. Janganlah melemah, tetaplah istiqamah. Jadikan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tujuan. Ingatlah pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ فَاسْتَقِمْ

“Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah‘ lalu istiqamahlah.“ (HR. Muslim dari shahabat Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi Radhiyallahu ‘anhu)

Pihak kedua, adalah orang awam pada umumnya. Tak sedikit dari mereka ber-su‘uzhan (buruk sangka) kepada pihak pertama karena adanya aksi-aksi teror tersebut. Mereka main pukul rata tanpa membedakan. Bahkan lebih parah dari itu, aksi teror tersebut memunculkan fobi terhadap Islam pada sebagian mereka, kecurigaan kepada setiap orang yang mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan keislaman. Bahkan mungkin sebagian orang curiga terhadap Islam itu sendiri. 

Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami mengadu. Betapa bahayanya kalau kecurigaan itu sudah sampai pada agama Islam itu sendiri, sementara Islam berlepas diri dari kejahatan ini. Tak pelak, tentu hal ini akan menumbuhkan rasa takut dan khawatir untuk mendalami ajaran Islam dan untuk lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai amalan ibadah.

Nasihat kami kepada pihak ini, janganlah salah dalam menyikapi masalah ini, sehingga menghalanginya untuk lebih mendalami Islam dan lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pelajarilah Islam dengan benar, ikuti jejak para As-Salafush Shalih, dari kalangan para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik, serta menjauhi pemahaman ekstrim Khawarij dan menjauhi paham liberalisme serta inklusivisme yang bermuara pada kebebasan yang luas dalam memahami ajaran agama. Dengan cara ini,insya Allah mereka akan dapat menilai mana yang benar dan mana yang salah. Jalan pun menjadi terang sehingga mereka tidak akan salah dalam menentukan sikap dan tidak terbawa oleh arus.

Pihak ketiga, anak-anak muda yang punya antusias terhadap agama. Aksi teroris, penangkapan para teroris, dan berbagai berita yang bergulir dan tak terkendali, juga merupakan ujian buat mereka. Berbagai sikap tentu muncul darinya, antara pro dan kontra. 

Kami nasihatkan kepada mereka agar bisa bersikap obyektif dalam menilai. Jangan berlebihan dalam bersikap. Jangan menilai sesuatu kecuali berdasarkan ilmu, baik ilmu agama yang benar yang menjadi barometer dalam menilai segala sesuatu, maupun ilmu (baca: pengetahuan) terhadap hakikat segala yang terjadi. Lalu terapkanlah barometer tersebut pada hakikat realita yang terjadi. Jangan terbawa emosi karena larut dalam perasaan yang dalam.

Kami nasihatkan kepada anak-anak muda yang bersemangat dalam menjunjung nilai-nilai Islam, agar mereka tidak salah memilih jalan. Ada 73 (tujuh puluh tiga) jalan yang berlabel Islam di hadapan anda. Pada masing-masing jalan ada yang menyeru anda untuk menjadi anggotanya. 72 (tujuh puluh dua) jalan menuju An-Nar (neraka) dan hanya ada 1 (satu)  jalan yang menuju Al-Jannah (surga). Bila tidak berhati-hati, anda akan menjadi anggota penghuni neraka. Karenanya, ikutilah petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menentukan jalan di tengah-tengah perselisihan yang banyak! Ikuti Sunnah Nabi dan para Khulafa’ur-rasyidin! Jauhilah bid’ah! Itulah jalan yang dapat mengantarkan anda menuju Al-Jannah (surga).

Demikian apa yang bisa kami sumbangkan kepada Islam dan muslimin serta umat secara umum terkait masalah ini. Kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amal kita semua. Ampunan-Nya senantiasa kita mohon sampai kita berjumpa dengan-Nya pada hari yang harta dan anak sudah tidak lagi bermanfaat padanya, kecuali mereka yang datang kepada-Nya dengan qalbu (hati) yang bersih. Bersih dari kesyirikan, keragu-raguan, mencintai kejelekan, terus-menerus di atas kebid’ahan dan dosa. Amin…

Diringkas dari tulisan Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
http://www.buletin-alilmu.com/2010/10/29/mengenali-ciri-ciri-teroris-khawarij/


Kamis, 01 November 2012

Uraian Ringkas Tentang Jama’ah Jihad Alias Al-Qa’idah (Al-Qaeda)

Inilah nukilan perkataan Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam pengasuh Dar Al-Hadits Ma’bar dalam kitab karya beliau, beliau mengatakan ketika menyebutkan firqah-firqah yang termasuk dalam aktor peperangan karena fitnah:

Jama’ah Jihad Yang Dikenal Dengan Al-Qa’idah

Jama’ah ini didirikan oleh Usamah bin Ladin dan orang-orang yang bersamanya di Afghanistan. Dan Usamah pada saat pendirian (jama’ah) ini berada pada aqidah yang jauh dari kotoran-kotoran pemikiran mengkafirkan kaum muslimin. Kemudian dia dikitari oleh orang-orang Mesir kaum takfiry lalu mereka meninggalkan pengaruh pada Usamah. Kemudian datanglah Aiman Azh-Zhawahiry pimpinan Jama’ah Jihad di Mesir, dan dia lebih banyak berpengaruh pada Usamah. Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Hasan As-Suraihy yang dahulunya tergabung dalam Jama’ahnya Usamah, namun dia meninggalkannya dan berlepas diri darinya. Hasan berkata: “Oleh karenanya aku mulai heran, karena sikap-sikap dan prinsip-prinsip Usamah setelah orang-orang Mesir yang tergabung dalam Jama’ah Jihad berkerumun di sekitarnya. Prinsip dan sikapnya menjadi sangat berbeda dengan prinsip dan sikapnya ketika mulai bergabung berjihad. Dimana dia pada awal keberadaan kami dalam jihad tahun 1987 dia menyingkirkan orang mesir yang tergabung dalam Jama’ah Jihad.” (Dinukil dari kitab “Kalimah Haq” hal. 174.).

Kelompok ini memebrikan bai’at kepada Usamah bin Ladin. Dalam kitab “Kalimah Haq Fii Usamah bin Ladin” hal. 47-48 setelah penyebutan pembagian kitab “Al-Kawasyif Al-Jaliyyah Fii Kufri Ad-Daulah As-Su’udiyah” di kamp pasukan Al-Anshar dan kamp pasukan Al-Faruq miliki Usamah bin Ladin disebutkan sebagai berikut: “Kemudian diikuti setelah itu dengan apa? Diikuti dengan bai’at. Bai’at kepada siapa? Bai’at kepada orang yang mendirikan kamp pasukan ini yang padanya dibagikan kitab-kitab ini. Dia telah dibai’at oleh orang-orang yang berbai’at padanya sebanyak dua kali. Satu kali di Baisyawar, lalu diperbarui bai’at kepadanya sekali lagi di Sa’udi secara tersembunyi. Aku telah datang dengan seorang contoh (sample) dari mereka kepada Yang Pemaaf, Orang Tua dan Guru Kami Ibnu Baz v dan aku berkata: “Berdirilah wahai fulan dan kabarkan kepada Syaikh apa yang terjadi padamu!” Setelah Allah U memberikan hidayah kepadanya dan dia menjadikan Masyayikh Madinah sebagai sebab orang itu mendapatkan hidayah, dia berkata: “Demi Allah U wahai Syaikh, aku telah membai’at Usamah bin Ladin dua kali, satu kali di Baisyawar dan stu kali di Sa’udi untuk sedia mendengar dan taat dalam kesusahan dan kemudahan, dalam perkara yang disukai dan yang dibenci, serta untuk mengedepnkan dibanding diri sendiri.” Maka ini adalah sebab dibacanya kitab-kitab ini, jika seseorang setelah itu diseru untuk mendengar dan taat mereka menyatakan pemerintah yang pertama sah adalah pemerintah kafir dan ulama yang bersamanya juga kafir.”

Jika seseorang telah berbai’at, dia akan belajar mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah serta harta mereka. Aiman Azh-Zhawahiry seorang pengajar pemikiran takfir di bumi Afghanistan berkata ketika berbicara tentang Jama’ah Jihad: “Sesungguhnya jama’ah ini mampu untuk menyebarakan di tengah para pemuda perkara-perkara yang terlupakan oleh pemikiran keumuman umat islam. Contohnya: hakimiyah syar’iyah, murtadnya pemerintah yang tidak berhukum dengan apa yang Allah U turunkan, dan wajibnya memberontak kepada pemerintah yang berloyalitas kepada musuh-musuh islam.” (Dinukil dari kitab “Kalimah Haq Fii Usamah bin Ladin” hal. 48-49.).

Para pemuda yang berbai’at kepada Usamah bin Ladin diasuh dalam asuhan pengkafiran kaum muslimin secara umum terkecuali Afghanistan. Dalam sumber yang telah lewat hal. 53-54 bahwa seseorang bertanya kepada Usamah bin Ladin: “Jika orang-orang Amerika keluar dari Sa’udi dan pembebasan Masjid Al-Aqsha telah usai, apakah engkau setuju untuk menyerahkan dirimu kepada proses hukum di negara muslim?” Maka Usamah bin Ladin menjawab dengan berkata: “Hanya Afghanistan saja yang dikategorikan negara islam. Pakistan mengikuti undang-undang Inggris, dan aku tidak menganggap Sa’udi sebagai negara islam. Jikalau orang-orang Amerika mendakwaku dengan suatu tuduhan, maka kami juga memiliki daftar tuduhan kepada mereka.”

Saya (Syaikh Muhammad Al-Imam) berkata: Usamah bin Ladin menjadikan semua negara islam sebagai negara kafir kecuali Afghanistan. Ini adalah madzhab khwarij yang mana tidaklah mereka memandang muslim seorangpun kecuali diri mereka, mereka membunuh orang islam dan membiarkan para penyembah berhala (orang kafir).

Dan inilah Usamah dan orang yang bersamanya menghimpun para pemuda yang bersama mereka untuk memerangi kaum muslimin di setiap tempat yang mereka mampu capai. Mereka merancang berbagai rencana pembunuhan senyap, penculikan dan selain itu, terkhusus di negara-nagara arab. Jika mereka telah melakukan perbuatan ini yang mana itu adalah termasuk kerusakan yang terbesar di muka bumi, mereka mendapat pujian dari para pemimpin mereka yang menyimpang. (Lihat kitab “Kalimah Haq Fii Usamah bin Ladin” hal. 63).

Dampak jelek dari perbuatan mereka ini telah menyebabkan bertambah kuatnya cakar negara kufar terhadap kaum muslimin, terhadap pemerintah dan terhadap rakyat mereka. Juga menyebabkan negara-negara kafir melakukan tekanan kepada pemerintah kaum muslimin demi memerangi islam dengan slogan dan tuduhan terorisme, juga memerangi kaum muslimin dari sisi mereka dianggap melindungi teroris.
Lihatlah! Bagaimana mereka meninggalkan perang terhadap orang kafir dan mengarah untuk memerangi kaum muslimin, sampai sebagian mereka mengatakan: “Kami akan mengawali perang dengan memerangi ulama”. Bahkan sebagian mereka di Yaman malakukan pemasangan bom dekat dengan salah satu masjid yang mana Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy memberikan ceramah padanya.

Bahkan dalam kitab “Kalimah Haq Fii Usamah bin Ladin” hal. 155-159 (disebutkan): “Termasuk perbuatan mereka yang paling memalukan adalah operasi yang dilakukan oleh sekumpulan orang Afghan arab, dimana mereka melakukan pembunuhan terhadap enam belas orang yang melukai sekian banyak orang yang shalat di salah satu masjid yang sejalan dengan Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah, yang mereka dikenal dengan menyerukan aqidah salafiyah (ahlus sunnah) pada tahun 1994. Kejadian itu terjadi setelah shalat jum’at dimana mereka mendobrak masjid dengan senjata mereka lalu bertakbir dan menembaki orang-orang yang shalat. Pada hari kedua setelah kejadian Al-Khalify ditangkap di depan rumah Usamah bin Ladin di Khurthum.”

Tamamul Minnah karya Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam -hafizhahullah- (147-150).
Diterjemahkan oleh
‘Umar Al-Indunisy
Darul Hadits – Ma’bar, Yaman
thalibmakbar.wordpress.com
http://www.darussalaf.or.id/hizbiyyahaliran/uraian-ringkas-tentang-jamaah-jihad-alias-al-qaidah-al-qaeda/

Rabu, 07 Desember 2011

Ciri-Ciri Khawarij ( Teroris )

Ketika Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan perang di desa Ju’ronah -pada perang Hunain, beliau memberikan seratus ekor unta kepada Aqra’ bin Harits dan Uyainah bin Harits. Dan beliau juga memberikan kepada beberapa orang dari tokoh quraisy, pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang kepada yang lainnya. Melihat hal ini, berkatalah seseorang (yang disebut Dzul Huwaisirah) dengan mata melotot dan urat lehernya menggelembung: “Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah”. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan kepada Rasulullah: “Berbuat adillah, sesungguhnya engkau belum berbuat adil!”.

Sungguh, kalimat tersebut adalah bagaikan petir di siang bolong. Pada masa generasi yang terbaik dan di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani berbuat lancang dan menuduh bahwa Rasulullah tidak berbuat adil. Mendengar ucapan ini Rasulullah bersabda dengan wajah yang memerah:

قَالَ فَمَنْ يَعْدِلُ إِنْ لَمْ يَعْدِلِ اللَّهُ وَرَسُولُهُ؟ يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

متفق عليه

Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak berbuat adil? Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia bersabar. (HR. Bukhari Muslim)

Kemudian Umar bin Khathab meminta izin untuk membunuhnya, namun Rasulullah melarangnya. Beliau menghabarkan akan munculnya dari turunan orang ini satu kaum reaksioner sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain:

أَنَّ هَذَا وَأَصْحَابًا لَهُ يُحَقِّرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ وَصَيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَمْرُقُ فِي الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ

(رواه الآجري)

Sesungguhnya terhadap orang ini dan para pengikutnya, salah seorang di antara kalian akan merasa kalah shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka; puasanya dengan puasa mereka; mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari buruannya. (HR. al-Ajurri, Lihat asy-Syari’ah, hal. 33)

Demikianlah Rasulullah mensinyalir akan munculnya generasi semisal Dzul Huwaisirah sang munafiq. Yaitu suatu kaum yang tidak pernah puas dengan penguasa manapun, menentang penguasanya walaupun ia adalah Rasulullah penguasa yang paling adil.

Dikatakan oleh Rasulullah bahwa mereka akan keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Yaitu masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi yang lain dengan tidak terlihat bekas-bekas darah maupun kotorannya, padahal ia telah melewati darah dan kotoran hewan buruan tersebut.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus bacaan al-Qur’annya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca, bahkan mereka hanya sekedar membaca saja.

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَقْتُلُونَ أَهْلَ اْلإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ يَمْرُقُونَ مِنَ اْلإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ َلأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

(متفق عليه)

Sesungguhnya akan ada di antara kaumku ini, ada orang yang membaca al-Qur’an tapi tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca, bahkan mereka hanya sekedar membaca saja. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Jika sekiranya aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum ‘Aad. (HR. Bukhari Muslim)

Dari riwayat ini, kita mendapatkan ciri-ciri lainnya dari kaum khawarij, yakni mereka dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan indah; tapi tidak memahaminya dengan benar. Atau dapat memahaminya tapi tidak sampai ke dalam hatinya. Mereka berjalan dengan hawa nafsu dan emosinya tanpa ilmu sebagai landasannya.



Ciri khas lainnya bagi mereka ini adalah mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Mereka sungguh membahayakan kaum muslimin, terlepas dari niat, bacaan al-Qur’an dan ibadah mereka. Karena mereka menghalalkan darah kaum muslimin hanya karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Untuk itu mereka tidak segan-segan melakukan teror, pembunuhan, pembantaian dan sejenisnya terhadap kaum muslimin sendiri.

Ciri berikutnya adalah kebanyakan di antara mereka berusia muda, namun bodoh pemikirannya karena kurangnya kedewasaan mereka. Sehingga mereka hanya mengandalkan semangat dan kekuatannya saja, tanpa dilandasi oleh ilmu dan pertimbangan yang matang. Hal seperti ini sebagaimana yang terdapat dalam riwayat lainnya, ketika Rasulullah bersabda:

سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آخِرِ الزَمَانِ، أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَاهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يُقُوْلُوْنَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِِيَّةِ لاَ يُجَاوِزُ إِيْمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَ

(رواه البخاري ومسلم)

Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahal pada hari kiamat. (HR. Muslim)

Berkata imam al-Ajurri tentang khawarij: “Tidak ada perselisihan di antara para ulama yang dulu maupun sekarang, bahwa khawarij adalah kaum yang jelek. Mereka bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka melakukan shalat, puasa dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Hal yang demikian tidak bermanfaat bagi mereka, karena mereka adalah kaum yang menyelewengkan makna al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsu mereka dan mengkaburkan pemahamannya terhadap kaum muslimin. (Lihat asy-Syari’ah al-Ajurri, hal. 32)

Rasulullah menjuluki mereka dengan gelaran yang sangat jelek yaitu “anjing-anjing neraka” sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abi Aufa bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda:

الْخَوَارِجُ كِلاَبُ النَّارِ

(رواه ابن أبي عاصم في السنة وصححه الألباني في ظلال الجنة)

Khawarij adalah anjing-anjing neraka. (HR. Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Dlilalul Jannah)

Kebalikannya beliau memuji orang-orang yang membunuh mereka. Beliau juga mencerca mayat-mayat mereka dengan kalimat “sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit”.

Diriwayatkan dari Abi Ghalib bahwa ia berkata: ”Pada saat aku berada di Damaskus. Tiba-tiba didatangkanlah tujuh puluh kepala dari tokoh-tokoh Haruriyyah (khawarij) dan dipasang di tangga-tangga masjid. Pada saat itu datanglah Abu Umamah -sahabat Rasulullah - dan masuk ke masjid. Beliau shalat dua rakaat, dan keluar dan menghadap kepala-kepala tadi. Beliau memandangnya beberapa saat seraya berkata: ”Apa yang dilakukan oleh iblis-iblis ini terhadap ahlul Islam?” (tiga kali diucapkan). Dan beliau berkata lagi: ”Anjing-anjing neraka” (juga tiga kali diucapkan). Kemudian beliau berkata:

هُمْ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمْاءِ خَيْرَ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْهُ

”Sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan sebaik-baik pembunuh adalah mereka yang membunuhnya”

(tiga kali). Kemudian beliau menghadap kepadaku seraya berkata: ”Wahai Abu Ghalib sesungguhnya engkau berada di negeri yang banyak tersebar hawa nafsu dan banyak kekacauan”. Aku menjawab: ”Ya”. Beliau berkata: ”Semoga Allah melindungimu dari mereka”. Aku katakan: ”Tetapi mengapa engkau menangis?”. Beliau menjawab: ”Karena kasih sayangku kepada mereka, sesungguhnya mereka dulunya adalah golongan Islam”. Aku bertanya kepadanya: ”Apakah yang kau sampaikan itu sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah atau sesuatu yang kau sampaikan dari pendapatmu?!” Beliau menjawab: ”Kalau begitu berarti aku sangat lancang, jika aku menyampaikan apa yang tidak aku dengar dari Rasulullah”. Hal itu beliau katakan sekali, dua kali dan seterusnya hingga beliau menyebutnya sampai tujuh kali. (Hadits hasan diriwayatkan oleh al-Ajurri dalam asy-Syari’ah hal. 156; lihat takhirjnya secara rinci dalam al-Wardul Waqthuf oleh syaikh Abu Abdirrahman Fauzi al-Atsari hal. 95).

Diriwayatkan pula dari Sa’id bin Jamhan, beliau berkata: “Saya masuk menemui Ibnu Abi Aufa dalam keadaan beliau telah buta, aku berikan salam kepadanya. Ia pun menjawab salamku, kemudian bertanya: “Siapakah engkau ini?”. Aku menjawab: “Saya Sa’id bin Jamhan”. Dia bertanya lagi: “apa yang terjadi pada ayahmu?” Aku menjawab: “Dia dibunuh oleh sekte Azariqah”. Maka Ibnu Abi Aufa mengatakan tentang azariqah: “Semoga Allah memerangi Azariqah, sunguh Rasulullah telah menyampaikan kepada kami:

أَلآ إِنَّهُمْ كِلاَبُ أَهْلِ النَّارِ

Ketahuilah bahwa mereka adalah anjing-anjing penduduk neraka”.

Aku bertanya: “Apakah sekte azariqah saja atau seluruh khawarij?” Beliau menjawab: “Seluruh khawarij”. (As-Sunnah Ibnu Abi Ashim hal. 428 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Dhilalul Jannah).

Demikianlah betapa kerasnya peringatan Rasulullah terhadap kaum khawarij dan betapa jeleknya julukan-julukan yang beliau ucapkan kepada mereka. Yang demikian itu karena akibat yang ditimbulkan oleh gerakan mereka sangat besar, yakni kekacauan dan pertumpahan darah di antara sesama kaum muslimin. Padahal nilai nyawa seorang mukmin lebih tinggi dari kesucian Arafah. Seperti Rasulullah ucapkan pada hari Arafah (artinya):

Sesungguhnya darah kalian suci, seperti sucinya hari ini, di bulan ini, di negeri ini.

Yakni lebih suci dari hari yang suci yaitu hari Arafah di bulan suci yaitu Dzulhijjah dan negeri yang suci yaitu Makkah dan Arafah.

Apakah setelah ini pantas orang-orang yang mengaku Ahlus sunnah berdalil atas perbuatan yang mereka lakukan dengan apa yang dilakukan oleh khawarij untuk mencaci-maki dan menghujak para penguasa di hadapan umum?

Adalah sangat mengherankan apabila ada seseorang yang ditokohkan oleh sekelompok umat, membela orang-orang yang mencaci-maki dan menghujat para penguasa.

Seperti apa yang dilakukan oleh Salman Audah dan pengikutnya ketika mencaci-maki pemerintah, kemudian ia dipenjara berkilah dengan ucapannya: “Kenapa kalian -wahai para penguasa- ketika ada orang yang mengkritik, ditangkap, dipenjara dan diperangi? Bukankah Rasulullah, orang yang paling mulia, ketika dikritik oleh seseorang: “Berbuat adillah, sesungguhnya engkau tidak berbuat adil!” Beliau membiarkannya bebas merdeka?.

Lihatlah teladan yang dipakai Salman Audah dan para pengikutnya adalah perkataan Dzul Huwaisirah kepada Rasulullah yang sudah kita ceritakan di muka. Padahal Rasulullah marah dan menyebut dia sebagai bibit khawarij, dan beliau perintahkan kepada kita untuk memeranginya dan menjuluki mereka dengan julukan-julukan yang jelek.

Wallahul musta’an

Penulis : Al-Ustadz Muhammad Umar As Sewed

Jumat, 02 Desember 2011

Mengenali Ciri-ciri Teroris Khawarij

Pembaca yang mulia, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita semua memahami agama Islam ini dengan pemahaman yang benar sehingga kita tidak salah dalam mengamalkan agama ini dan selamat dari berbagai kerancuan dalam memahaminya. Sebagaimana dapat kita saksikan, banyak orang merasa mengamalkan agama Islam ini namun ternyata agama Islam sendiri berlepas diri dari tindakan dan perbuatan mereka, seperti yang terjadi pada para teroris khawarij.

Para pembaca yang mulia, belakangan ini isu-isu terorisme menghantui masyarakat kita. Hal itu disebabkan maraknya aksi teror di tanah air di satu sisi. Di sisi lain, adanya tindakan tegas dari pemerintah tehadap para teroris tersebut sebagai pelajaran untuk mereka dan sekaligus sebagai pengamanan bagi masyarakat dari aksi teror tercela tersebut. Namun, muncul sebuah paradigma yang keliru pada sebagian masyarakat dalam menilai (memvonis) siapakah para teroris tersebut. Oleh karena itu, ikutilah pembahasan berikut ini agar tidak salah dalam menilai (memvonis)!

Ideologi Teroris Khawarij

Mengapa kami memberi embel-embel kata teroris dengan kata Khawarij? Karena, kata teroris secara mutlak memiliki makna yang luas. Aksi teror telah dilakukan oleh banyak kalangan, baik yang mengatasnamakan Islam ataupun non-Islam, semacam yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap bangsa Palestina pada masa kini, dan semacam yang dilakukan oleh Sekutu terhadap bangsa Jepang dalam peristiwa pengeboman Nagasaki dan Hiroshima di masa lalu. Sehingga dengan penambahan kata “Khawarij” di belakang kata teroris, akan mempersempit pembahasan kita. Pembahasan kita hanya tentang orang-orang yang melakukan aksi-aksi teror di negeri kita akhir-akhir ini yang mengatasnamakan Islam atau mengatasnamakan jihad. Adapun Khawarij, merupakan sebuah kelompok sempalan yang menyempal dari Ash-Shirathul Mustaqim (jalan yang lurus) dengan beberapa ciri khas ideologi mereka.

Mengapa kami menyebutnya ideologi? Karena mereka memiliki sebuah keyakinan yang hakikatnya bersumber dari sebuah ide. Maksud kami, sebuah penafsiran akal pikiran yang keliru terhadap nash (teks) Al-Qur’an atau Al-Hadits. Dari sinilah kemudian mereka menyempal. Sekali lagi, hal ini terjadi akibat penafsiran yang salah terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits, bukan akibat penafsiran yang apa adanya, yang menurut sebagian orang kaku atau “saklek”, dan tidak pantas dikatakan sebagai salah satu bentuk ijtihad dalam penafsiran Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Sehingga, ideologi mereka sama sekali tidak bisa disandarkan kepada Islam yang benar. Demikian pula aksi-aksi teror mereka sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan ajaran Islam yang mulia nan indah ini. Bahkan Islam berlepas diri dari mereka. Lebih dari itu, Islam justru sangat mengecam mereka, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam akan memerangi mereka jika beliau mendapati mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“Jika aku mendapati mereka, maka sungguh aku akan memerangi mereka seperti dimusnahkannya kaum ‘Ad.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mengidentifikasi Ciri-ciri Teroris Khawarij

Kami merasa perlu untuk membahas secara singkat tentang ciri-ciri teroris Khawarij, karena kami melihat telah terjadi salah kaprah dalam hal ini. Kami memandang bahwa tidak tepat bila seseorang menilai orang lain sebagai teroris atau sebagai orang yang terkait dengan jaringan teroris, ataupun mencurigainya hanya berdasarkan dengan penampilan lahiriah (luar) semata.

Mengapa? Karena pada kenyataannya, para pelaku teror tersebut selalu berganti-ganti penampilan. Bahkan terkadang mereka cenderung memiliki penampilan yang akrab dengan masyarakat pada umumnya untuk menghilangkan jejak mereka. Sebagaimana yang terjadi pada Imam Samudra cs sebelum ditangkap. Sehingga, penampilan lahiriah mereka -baik penampilan ala masyarakat pada umumnya atau penampilan agamis- akan selalu ada yang menyerupai. Berdasarkan hal ini, penampilan lahiriah semata tidak bisa menjadi tolok ukur. Tatkala para teroris tersebut memakai topi pet, celana panjang (pantalon), kaos, serta mencukur jenggot, kita tidak bisa menjadikan hal-hal seperti ini sebagai ciri teroris. Tidak boleh bagi kita untuk menilai orang yang serupa dengan mereka dalam cara berpakaian ini sebagai anggota mereka.

Demikian pula sebaliknya. Ketika para teroris itu berpenampilan Islami dengan memelihara jenggot, memakai celana di atas mata kaki, memakai gamis, dan istrinya bercadar, kita juga tidak bisa menjadikan penampilan seperti itu sebagai ciri teroris. Tidak boleh pula bagi kita untuk menilai orang yang berpakaian seperti mereka ini sebagai anggota jaringan mereka. Faktor pendorong orang-orang untuk berpenampilan agamis adalah karena hal itu merupakan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua itu tak ubahnya seperti ajaran agama Islam yang lain semacam shalat, puasa, dan lain sebagainya -terlepas dari perbedaan pendapat para ulama dalam hal cadar, apakah itu wajib atau sunnah-. Bukankah para teroris Khawarij tersebut juga shalat dan berpuasa bahkan mungkin melakukannya dengan rajin dan penuh semangat?! Lalu apakah kita akan menilai shalat dan puasa sebagai ciri teroris? Sehingga kita akan menuduh orang yang shalat dan puasa sebagai anggota jaringan teroris? Tentu tidak. Hal seperti ini hendaknya direnungkan.

Maka kami mengingatkan diri kami dan semua pihak dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya):

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58)

Akan tetapi, di antara cara mengidentifikasi teroris Khawarij bisa dilakukan dengan hal-hal berikut ini:

1. Mereka memiliki pertemuan-pertemuan rahasia, yang tidak dihadiri kecuali oleh orang-orang khusus.

2. Mereka akan menampakkan kebencian terhadap penguasa muslim. Dalam pertemuan-pertemuan khusus, mereka tak segan-segan menganggap para penguasa muslim tersebut sebagai orang kafir.

3. Mereka akan menampakkan pujian-pujian terhadap para tokoh-tokoh Khawarij masa kini, semacam Usamah bin Laden dan yang sejalan dengannya.

4. Mereka gandrung terhadap buku-buku hasil karya tokoh-tokoh tersebut, juga buku-buku tokoh pergerakan semacam Sayyid Quthub, Salman Al-‘Audah, Fathi Yakan, Hasan Al-Banna, Said Hawwa, dan yang sejalan dengan mereka.

Ini semua sebatas indikasi yang mengarah kepada terorisme. Untuk memastikannya, tentu perlu kajian lebih lanjut terhadap yang bersangkutan.

Korban-korban Teroris Khawarij

Pihak pertama, orang-orang yang berkeinginan untuk menjadi baik dan berupaya menapaki jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menyadari pentingnya berpegang teguh dengan ajaran-ajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia nan indah. Mereka menyadari betapa bahayanya arus globalisasi yang tak terkendali terhadap pribadi-pribadi mulia. Mereka berusaha mengamalkan ajaran Islam yang benar pada diri dan keluarga mereka untuk melindungi diri dan keluarga mereka dari berbagai kerusakan moral bahkan aqidah, sekaligus melindungi diri dan keluarga mereka dari api neraka di hari akhirat, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Pihak ini menjadi korban aksi para teroris. Karena para teroris dengan aksi mereka, telah mencoreng Islam di mata masyarakat yang luas, sehingga pihak ini menuai getah dari aksi para teroris tersebut. Pihak ini akhirnya dicurigai oleh masyarakat sebagai bagian dari jaringan teroris hanya karena adanya sebagian kemiripan pada penampilan luar, padahal aqidah dan keyakinan mereka sangat jauh dan bertentangan. Sehingga celaan, cercaan, sikap dingin, diskriminasi bahkan terkadang intimidasi (ancaman) dari masyarakat kepada mereka pun tak terelakkan. Maka kami nasihatkan kepada pihak ini untuk bersabar dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala cobaan yang mereka dapatkan. Janganlah melemah, tetaplah istiqamah. Jadikan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tujuan. Ingatlah pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ فَاسْتَقِمْ

“Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah‘ lalu istiqamahlah.” (HR. Muslim dari shahabat Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi Radhiyallahu ‘anhu)

Pihak kedua, adalah orang awam pada umumnya. Tak sedikit dari mereka ber-su‘uzhan (buruk sangka) kepada pihak pertama karena adanya aksi-aksi teror tersebut. Mereka main pukul rata tanpa membedakan. Bahkan lebih parah dari itu, aksi teror tersebut memunculkan fobi terhadap Islam pada sebagian mereka, kecurigaan kepada setiap orang yang mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan keislaman. Bahkan mungkin sebagian orang curiga terhadap Islam itu sendiri. Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami mengadu. Betapa bahayanya kalau kecurigaan itu sudah sampai pada agama Islam itu sendiri, sementara Islam berlepas diri dari kejahatan ini. Tak pelak, tentu hal ini akan menumbuhkan rasa takut dan khawatir untuk mendalami ajaran Islam dan untuk lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai amalan ibadah.

Nasihat kami kepada pihak ini, janganlah salah dalam menyikapi masalah ini, sehingga menghalanginya untuk lebih mendalami Islam dan lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pelajarilah Islam dengan benar, ikuti jejak para As-Salafush Shalih, dari kalangan para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik, serta menjauhi pemahaman ekstrim Khawarij dan menjauhi paham liberalisme serta inklusivisme yang bermuara pada kebebasan yang luas dalam memahami ajaran agama. Dengan cara ini, insya Allah mereka akan dapat menilai mana yang benar dan mana yang salah. Jalan pun menjadi terang sehingga mereka tidak akan salah dalam menentukan sikap dan tidak terbawa oleh arus.

Pihak ketiga, anak-anak muda yang punya antusias terhadap agama. Aksi teroris, penangkapan para teroris, dan berbagai berita yang bergulir dan tak terkendali, juga merupakan ujian buat mereka. Berbagai sikap tentu muncul darinya, antara pro dan kontra. Kami nasihatkan kepada mereka agar bisa bersikap obyektif dalam menilai. Jangan berlebihan dalam bersikap. Jangan menilai sesuatu kecuali berdasarkan ilmu, baik ilmu agama yang benar yang menjadi barometer dalam menilai segala sesuatu, maupun ilmu (baca: pengetahuan) terhadap hakikat segala yang terjadi. Lalu terapkanlah barometer tersebut pada hakikat realita yang terjadi. Jangan terbawa emosi karena larut dalam perasaan yang dalam.

Kami nasihatkan kepada anak-anak muda yang bersemangat dalam menjunjung nilai-nilai Islam, agar mereka tidak salah memilih jalan. Ada 73 (tujuh puluh tiga) jalan yang berlabel Islam di hadapan anda. Pada masing-masing jalan ada yang menyeru anda untuk menjadi anggotanya. 72 (tujuh puluh dua) jalan menuju An-Nar (neraka) dan hanya ada 1 (satu) jalan yang menuju Al-Jannah (surga). Bila tidak berhati-hati, anda akan menjadi anggota penghuni neraka. Karenanya, ikutilah petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menentukan jalan di tengah-tengah perselisihan yang banyak! Ikuti Sunnah Nabi dan para Khulafa’ur-rasyidin! Jauhilah bid’ah! Itulah jalan yang dapat mengantarkan anda menuju Al-Jannah (surga).

Demikian apa yang bisa kami sumbangkan kepada Islam dan muslimin serta umat secara umum terkait masalah ini. Kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amal kita semua. Ampunan-Nya senantiasa kita mohon sampai kita berjumpa dengan-Nya pada hari yang harta dan anak sudah tidak lagi bermanfaat padanya, kecuali mereka yang datang kepada-Nya dengan qalbu (hati) yang bersih. Bersih dari kesyirikan, keragu-raguan, mencintai kejelekan, terus-menerus di atas kebid’ahan dan dosa. Amin…

Diringkas dari tulisan Al-Ustadz Qomar ZA, Lc

Dengan judul MENYIKAPI AKSI-AKSI TERORIS KHAWARIJ dengan beberapa perubahan dari redaksi.

http://www.buletin-alilmu.com/?p=532

Kamis, 01 Desember 2011

Di Balik Makar Khawarij dan Syi’ah, Merunut Aksi-aksi Jahat Yahudi

“Nenek moyang” Mossad (badan intelijen Yahudi) sesungguhnya sudah ada sejak zaman sahabat. Melalui provokasi agen Yahudi bernama Abdullah bin Saba`, lahirlah demonstrasi pertama dalam Islam berikut aksi teror yang berujung dengan wafatnya Khalifah ‘Utsman radhiyallahu 'anhu. Maka siapa pun yang menumbuhsuburkan demonstrasi menentang pemerintah Islam dan aksi-aksi terorisme, selain menebar fitnah atas kaum muslimin, ia juga tengah mempraktikkan cara-cara Yahudi dalam mengoyak persatuan umat.

Dalam lintasan sejarah, nama Abdullah bin Saba` sudah tak begitu asing didengar telinga kaum muslimin. Kiprahnya dalam tubuh umat ini telah menjadi bagian kelam sejarah umat Islam. Aksi-aksinya yang sedemikian jijik dan kotor telah menjerembabkan sebagian umat ke jurang kenistaan.
Abdullah bin Saba` adalah seorang Yahudi penduduk Shana’a, Yaman. Ibunya bernama Sauda` sehingga sering dia disebut dengan Ibnu Sauda`. Secara lahiriah, di hadapan kaum muslimin, dia menampilkan diri sebagai seorang yang bersosok keislaman. Namun senyatanya, apa yang meluncur dari lisan dan perbuatannya tak lebih dari seonggok kebid'ahan. (Lihat Taudhihu An-Naba` ‘an Mu`assis Asy-Syi’ah Abdillah bin Saba` baina Aqlam Ahli As-Sunnah wa Asy-Syi'ah wa Ghairihim, Abil Hasan Ali bin Ahmad bin Hasan Ar-Razihi, hal. 37)

Terjadinya gerakan demonstrasi besar-besaran dalam sejarah Islam, tiada lain didalangi Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi yang menyimpan bara dendam terhadap kaum muslimin. Apa yang telah dilakukannya lantas menyuburkan pemahaman Khawarij pada sebagian kaum muslimin di masa kekhalifahan ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Melalui aksi provokasinya, sebagian umat terpancing untuk melakukan aksi demonstrasi menentang ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu yang berakhir dengan terbunuhnya beliau.

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab dalam Mukhtashar Sirah Ar-Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hal. 218) menyebutkan, pada tahun ke-35 H, sebagian penduduk Mesir dan yang sepaham dengan mereka, melakukan gerakan menentang terhadap pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Adapun sumber fitnah dari semua itu adalah Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi dari Shana’a. Secara zhahir dia menampakkan keislaman, namun dalam dirinya tersembunyi api dendam dan kekufuran. Hidupnya senantiasa berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya dalam upaya menyebarkan dan menyusupkan pemahaman-pemahaman sesatnya, sehingga menyesatkan sebagian kaum muslimin. Dia selalu berpindah dari Hijaz, Bashrah, Kufah, dan Syam.

Ketika dia tak berhasil dengan apa yang menjadi tergetnya di negeri-negeri tersebut, lantas Abdullah bin Saba` hengkang menuju Mesir. Di negeri inilah dia bisa menyemai pemahaman-pemahaman sesatnya dan berhasil mengelabui sebagian umat sehingga terprovokasi. Ibnu Sauda` lantas melakukan gerakan propaganda anti ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Masyarakat dihasut agar menentang pemerintah. Fitnah dan api kebencian terhadap pemerintah disebar. Mendorong umat untuk menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Sehingga terjadilah musibah besar dengan pengepungan terhadap ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Akhir dari peristiwa pengepungan tersebut, adalah terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu kala membaca Al-Qur`an. Semua ini dilakukan oleh kalangan Khawarij yang dipicu pemikiran dan aksi jahat sang Yahudi, Abdullah bin Saba`.

Inilah aksi terorisme terjahat yang dilakukan kelompok Khawarij pada kurun keemasan Islam. Aksi terorisme yang mereka lakukan didalangi seorang agen Yahudi berwajah Islam. Kelihaian agen Yahudi satu ini dalam melakukan infiltrasi ke dalam tubuh umat, menjadikan sebagian kaum muslimin terseret pada tindakan-tindakan terorisme menjijikkan.

Berawal dari sinilah pintu-pintu fitnah terbuka luas. Kaum muslimin diselimuti kabut kelam. Api fitnah tak kunjung memadam, terlebih manuver Abdullah bin Saba` senantiasa meruyak di tubuh umat. Yahudi asal Shana’a ini terus meniupkan racunnya ke dalam tubuh kaum muslimin. Satu di antara sekian banyak racun yang telah ditebar di tubuh umat, yaitu membangkitkan fanatisme buta terhadap keimamahan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Lalu bergulir menjadi sebuah aqidah (keyakinan) di kalangan Saba`iyah (para pengikut Abdullah bin Saba`), bahwa keimamahan yang pertama dipegang oleh ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dan berakhir pada Muhammad bin Al-Husain Al-Mahdi. Inilah keyakinan di kalangan Syi’ah yang merupakan keyakinan sesat. Kalangan Syiah meyakini hal itu sebagai bentuk aqidatu ar-raj’ah. (‘Aqa`idu Asy-Syi’ah, Asy-Syaikh Mahmud Abdulhamid Al-’Asqalani, hal 21)

Keyakinan terhadap keimamahan ini lahir dari bentuk dendam kesumat Abdullah bin Saba` terhadap Ahlu Sunnah wal Jamaah. Dendam ini hingga kini terus ditumbuhsuburkan oleh para pengikutnya dari kalangan Syi’ah Rafidhah. Karenanya, adalah sebuah kedustaan bila orang-orang Syi’ah dewasa ini bisa mengambil sikap permusuhan yang keras terhadap Yahudi. Bagaimana pun Syi’ah dan pemahamannya tidak akan bisa dilepaskan dari Yahudi. Becerminlah dari sejarah, wahai orang-orang yang berakal. Wallahu a’lam.

http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=487
Penulis: Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin