Tampilkan postingan dengan label Do'a. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Do'a. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Juni 2013

Kisah Suul Khatimah Tokoh Ahli Bi’dah Karena Doa Imam Ahlussunnah Salafy

Sesungguhnya yang langsung terlintas pada bergugurannya orang-orang yang zhalim dan mubtadi’ (ahli bid’ah), agar diketahui dengan ilmu yaqin tentang kemana mereka kembali, dalam lembah apa mereka binasa, dan dalam kehinaan apa yang menimpa mereka di dunia, sebelum di akhirat.
 
Ini ada (kisah) satu orang sesat mubtadi yang dalam waktu bertahun-tahun yang sangat lama merusak agama orang-orang dan menggunakan kedudukannya untuk menyesatkan orang-orang dan menghalangi mereka dari agama mereka.
 
Dia terus dalam kecongkakannya, kesombongannya dan kesewenangannya sampai masa khalifah al-Mutawakkil yang membenci bid’ah dan mencintai sunnah dan ahli sunnah. Sehingga beliau mencopot Ahmad bin Abi Duad (-seorang tokoh Mu’tazilah-) dan memerintahkan untuk menyita harta Ahmad bin Abi Duad dan anaknya Muhammad bin Ahmad bin Abi Duad, setelah nampak pengkhianatan Muhammad bin Ahmad bin Abi Duad dalam masalah hukum dan kehidupannya yang jelek terhadap kaum muslimin. Kemudian Ahmad bin Abi Duad terkena sakit lumpuh selama empat tahun dan tegeletak di tempat tidurnya, tidak mampun untuk menggerakkan sesuatupun dari jasadnya dan terhalang untuk menikmati keledzatan dunia.
 
Dia berkata tentang sakitnya: “Sesungguhnya aku mempunyai satu belah badan yang kalau dipotong dengan gunting, aku tidak merasakannya dan satu belah yang lain kalau dihinggapi lalat, seakan-akan berasal dari neraka jahannam.”
 
Satu orang pernah masuk menemuinya, dan berkata: “Demi Allah, tidaklah aku datang untuk menjengukmu, tapi aku datang untuk membuatmu berkabung atas dirimu, dan aku memuji Allah yang telah memenjarakanmu dalam tubuhmu sendiri yang lebih menyiksamu daripada penjara apapun.” Sehingga ucapan itu menambahnya kesedihan dan gundah gulana.
 
Yang sangat pantas untuk diceritakan bahwa awal penyebab sakitnya adalah dari dirinya, ketika dia mendoakan kejelekan untuk dirinya pada hari terbunuhnya seorang imam ahli sunnah Ahmad bin Nasher, dia berkata kepada Khalifah al-Watsiq: “Semoga Allah menahanku dalam kulitku sendiri bila dia dibunuh karena sebuah perkara yang salah.” Sehingga pengijabahan doa datang yang menunjukkan karamah langit atas kebenaran sunnah dan kesesatan bi’dah.
 
Ahmad bin Abi Duad –si sesat dan mubtadi’- meninggal pada 23 Muharram 240 H setelah dia terkena sakit dan dicopot dari kedudukannya. Dan telah diriwayatkan banyak mimpi jelek yang menunjukkan dia suul khatimah.
 
Imam Ahmad telah memaafkan setiap orang yang menyakitinya ketika terjadi fitnah (dipaksanya orang untuk meyakini bahwa al-Qur’an adalah makhluk oleh Mu’tazilah dan dibunuhnya atau disiksanya orang-orang yang tidak menurutinya) kecuali Ahmad bin Abi Duad. Telah datang riwayat yang tsabit ketika terjadi penghakiman Ahmad bin Abi Duad terhadap Imam Ahmad bin Hambal di depan khalifah, Imam Ahmad mengangkat kedua tangannya dan mendoakan kejelekan untuk Ahmad bin Abi Duad: “Ya Allah sesungguhnya dia menzhalimiku, dan tidak ada penolong bagiku kecuali engkau. Ya Allah tahanah dia pada kulitnya sendiri dan siksalah dia.”
 
Sehingga Ahmad bin Abi Duad tidaklah mati sampai dia ditimpa sakit lumpuh, dan mengering setengan tubuhnya dan setengah yang lainnya tetap hidup. Banyak orang masuk menemuinya, ketika dia melenguh seperti sapi dan berkata: “Aku ditimpa doanya Imam Ahmad. Apa urusanku dengan Imam Ahmad. Apa urusanku dengan Imam Ahmad.” Kemudian dia berkata: “Demi Allah kalau ada lalat hinggap di setengah badanku, seakan-akan satu gunung dunia ditaruh di atasnya. Sedangkan setengah badan yang lain, kalau dipotong, aku tidak merasakannya.”
 
(Dinukil oleh Abu Usamah al-Jazairi dari Manaqib al-Imam Ahmad karya Ibnul Jauzi.)
 
Hendaknya bertakwa kepada Allah orang-orang yang memusuhi dan menyakiti para pembela sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya ini ada sebuah ibrah, pelajaran yang besar dan mengingat Allah. “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman.” Dan dalam hadits Qudsi: “Barangsiapa yang menyakiti wali-Ku, sungguh aku umumkan peperangan dengannya.”
 
Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=124683
 
http://fatawasalafy.blogspot.com/2011/12/kisah-suul-khatimah-tokoh-ahli-bidah.html
 

Sabtu, 01 Desember 2012

BACAAN & DO’A YANG BENAR KETIKA ADA ANGIN, HUJAN & PETIR

Do’a Ketika Angin puting beliung (angin kencang, angin ribut atau badai topan)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa angin itu ada jenis:
  1. Angin yang bertiup biasa dan tidak menakutkan.  Tidak disunnahkan untuk mengucapkan zikir tertentu.
  2. Angin yang bertiup kencang dan menakutkan. Bila angin bertiup kencang maka kita tidak boleh mencelanya, tetapi mengucapkan zikir sebagaimana zikir Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. [Diringkas dari Syarh Riyadhus Shalihin].

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

 ”Allahumma innii as’aluka khairaha  wa khaira maa fiihaa wa khaira maa ursilat  bihi wa ’udzu bika min syarriha wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bihi”
 “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan yang ada padanya, dan kebaikan apa yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya, dan kejelekan yang ada padanya, dan kejelekan apa yang dibawanya.” (HR. Muslim no. 2082, Kitab Shalatil Istisqa`, bab berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melihat angin…., dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Doa Lain Saat Angin Bertiup Kencang
Dari Salamah bin ‘Amr bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam apabila angin bertiup kencang, beliau berdoa:
“Allahumma Laqihan Laa ‘aqiima”
(Ya Allah, datangkanlah angin ini dengan membawa air bukan angin  tanpa membawa air)” [Al Adabul Mufrad yang dishahihkan asy-Syaikh Al Albani dan asy-Syaikh Muqbil].

 

Doa Ketika Hujan Turun :

Dari Sahl bin a’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
“Dua doa yang tidak pernah ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan”. [Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078].
Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenakan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. [Fathul Qadir 3/340].
Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dahulu apabila melihat hujan beliau berdo’a:

ALLAHUMA SHOYYIBAN NAA FI’AN
(Ya Allah, jadikanlah (hujan ini)  hujan yang bermanfaat) [HR.Bukhari]
Ibnu Hajar al Asqolani rahimahullah menjelaskan, bahwa do’a tersebut dianjurkan (untuk dibaca) setelah hujan turun demi mendapatkan kebaikan dan keberkahan yang lebih. [Fath al-Bari, Jilid 2, hal.659]. Sedangkan Imam an Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa hal itu dilakukan ketika mulai turun hujan, sebagaimana hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Kami pernah kehujanan ketika bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menyingkap bajunya hingga beliau terguyur air hujan. Maka itu kami bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal demikian? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Karena hujan itu baru mengenali Rabb-nya ta’ala. [HR.Ahmad, jilid 3, hal.133 dan 267, al Bukhari dalam kitab al Adab al Mufrad, no.571, Muslim, no.898, Abu Dawud, no.5100, an Nasa’I di as Sunan al Kubra, no.1849]

Doa Ketika Ada Petir (Guntur, Gluduk Atau Halilintar)

Ar Ra’du (petir) adalah suara yang didengar dari awan. Sedangkan Ash Showa’iq (kilat) adalah api (cahaya) yang muncul dari langit bersamaan dengan suara petir yang keras. (Rosysyul Barod, 381, Darud Da’i Linnashri wat Tawzii’). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang petir, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ
”Petir adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”
Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ

Subhanalladzi sabbahat lahu’
 (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya).

Lalu beliau mengatakan,”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.” (Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).
Apabila Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِه
Subhaanalladzi yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi
“Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepadaNya.” [Al-Muwaththa’ 2/992. Al-Albani berkata: Hadits di atas mauquf yang shahih sanadnya.]

Sumber :
Kitab Hisnul Muslim Said bin Ali Al Qathani

http://kaahil.wordpress.com/2012/03/16/bacaan-doa-yang-benar-ketika-ada-angin-hujan-petir-doa-ketika-angin-puting-beliung-angin-kencang-angin-ribut-atau-badai-topan-doa-ketika-hujan-turun-doa-ketika-mendengar-pet/