Tampilkan postingan dengan label Ulama Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ulama Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Agustus 2013

Akhir Indah Kehidupan Seorang ‘Alim : Nasehat Terakhir Syaikh Hadi rahimahullah (Ayahanda Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah) Sebelum Menghembuskan Nafas Terakhirnya

Nasehat Terakhir Syaikh Hadi rahimahullah (Ayahanda Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah) Sebelum Menghembuskan Nafas Terakhirnya, Beliau wafat pada senin dinihari 12 syawwal 1434 H


——————————–

Pesan dari al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc hafizhohullooh:


 ﺧﺮﺟﻨﺎ ﻗﻠﻴﻞ ﻣﻦ ﻣﺴﺘﺸﻔﻰ اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻬﺪ ﻣﻊ ﺷﻴﺨﺎﻥ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻫﺎﺩﻱ .


وﻓﻲ ﻣﻮﻗﻒ ﻣﺆﺛﺮ ﻛﺸﻒ ﺷﻴﺨﺎﻥ ﻋﻦ وﺟﻪ وﺍﻟﺪﻩ وﻗﺒﻞ ﺟﺒﻬﺘﻪ وﻗﺎﻝ ﻣﺘﺄﺛﺮﺍ : اﺷﻬﺪ ﻭﷲ اﻧﻚ ﻛﺜﻴﺮ اﻟﺴﺠﻮﺩ ﻟﻠـﻪ ﻓﻲ اﻟﻠﻴﻞ وﺍﻟﻨﻬﺎﺭ .


وﻗﺎﻝ ﻟﻲ اﻧﻪ ﻣﺎﺕ وﻣﺎﺯﺍﻝ ﻳﻘﻮﻝ : ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ وﺍﻟﺴﻨﺔ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ وﺍﻟﺴﻨﺔ .


ﺭﺣﻤﻪ ﷲ وﺟﻌﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻣﺜﻮﺍﻩ
ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﻟﺸﻴﺦ أﺑﻲ زﻳﺎﺩ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﺎﻗﻴﺲ -ﻭﻓﻘﻪ ﷲ


 

Baru saja kami keluar dari Rumah Sakit al-Malik Fahd bersama Syaikh Muhamad bin Hadiy.


Dan Beliau membuka bekas tanda di wajah Ayahanda beliau pada jidatnya dan beliau mengatakan: “Aku bersaksi, demi Allah sungguh engkau banyak melakukan sujud kepada Allah siang dan malam”


Dan Beliau berkata kepada saya sesungguhnya beliau telah meninggal dunia namun terus menerus sampai menjelang wafatnya mengatakan: “Atas kalian untuk berpegang dengan al-Kitab (al-Qur’an) dan as-Sunnah…Atas kalian untuk berpegang dengan al-Kitab (al-Qur’an) dan as-Sunnah..”


Semoga Allah merahmatinya dan menjadikan Jannah sebagai tempat kembalinya.


Ternukil dari Asy-Syaikh Abi Ziyad Khalid Baqis-semoga Allah memberikan taufiq kepada beliau.


————————————


Pesan dari Ustadz Abdul Mu’thi bin Mughni Karim:


ﻳﻘﻮﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻫﺎﺩﻱ ﻋﻦ واﻟﺪﻩ اﻟﺸﻴﺦ ﻫﺎﺩﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ :


وﷲ ان اﻟﺬﻱ ﻧﻔﻌﻨﻲ ﺑﻌﺪ ﷲ ﻫﻮ ﻣﺎﺕﻋﻠﻤﺘﻪ وﺣﻔﻈﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ واﻟﺪﻱ وﻣﺎ ﺗﻌﻠﻤﺖ ﺑﻌﺪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺜﻞ ﻣﺎﻋﻠﻤﻨﻲ ﻫﻮ وﺣﻔﻈﻨﻲ اﻳﺎﻩ .


وﻗﺎﻝ ﻗﺒﻞ ان ﻳﻌﻘﺪ ﻟﺴﺎﻧﻪ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ وﺑﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﻏﻴﺒﻮﺑﺔ اﻟﻤﻮﺕ وﺣﻮﻟﻪ اﺑﻨﺎﺀﻩ : ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ وﺍﻟﺴﻨﺔ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ واﻟﺴﻨﻪ وﻛﺎﻥ اﺧﺮ ﻣﺎﻗﺎﻟﻪ .


وﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻫﺬﻳﺎﻧﻪ ﻳﻘﻮﻝ وﻳﻜﺮﺭ : ﺗﻬﺪﻡ ﻗﺒﺮﺍ ﺗﺰﻳﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺗﻬﺪﻡ ﻗﺒﺮﺍ ﺗﺰﻳﻞ ﺑﺪﻋﺔ . ﻳﻜﺮﺭﻫﺎ


ﻳﻘﻮﻝ اﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ : اﺭﺳﻞ اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻘﺮﻋﺎﻭﻱ وﺍﻟﺪﻱ ﻟﻌﺪﺓ ﻗﺮﻯ ﻛﻲ ﻳﻬﺪﻣﻮﺍ ﻗﺒﻮﺭﺍ ﺑﺪﻋﻴﺔ وﻟﻠـﻪ اﻟﺤﻤﺪ . ﻋﻠﻤﺎ ان ﺍﺷﻴﺦ ﻫﺎﺩﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ ﻣﻦ ﻃﻼﺏ اﻟﺸﻴﺦ اﺍﻟﻘﺮﻋﺎﻭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ.


أﺑﻮ ﺯﻳﺎﺩ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﺎﻗﻴﺲ


—————-
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhohuLloohu tentang Ayahnya Asy-Syaikh Hadi rahimahuLlooh:


“Sesungguhnya yang banyak memberikan aku manfaat setelah wafatnya Ayahandaku, itu adalah yg aku pelajari dan aku hafal dari Ayahandaku, dan apa yang telah aku pelajari setelah wafatnya beliau tidak seperti yang aku telah pelajari dan telah aku hafal darinya,


Dan beliau berkata sebelum wafatnya dan anak-anak beliau berada disisi beliau: ” Berpegang teguhlah kalian kepada Kitab dan Sunnah, berpegang teguhlah kalian kepada Kitab dan Sunnah”, dan itu adalah akhir perkataannya.”


Dan beliau juga mengulang-ngulang, “hancurkanlah kuburan-kuburan dan hilangkanlah kebid’ahan, hancurkanlah kuburan-kuburan dan hilangkanlah kebid’ahan”, beliau selalu mengulang-ngulang perkataan itu.


Asy-Syaikh Muhammad berkata: “Asy-Syaikh Al-Qor’aawi rahimahullaah telah mengirim ayahandaku keberapa desa, agar beliau menghancurkan kuburan yang didalamnya terdapat kebid’ahan ~Walillaahilhamdu~, seperti yang telah diketahui bahwasanya Asy-Syaikh Hadi rahimahullaah termasuk muridnya Asy-Syaikh Al-Qor’aawi rahimahullaah.


Abu Ziyaad Khoolid Baaqiis
————————


Diterjemahkan oleh: Ustadz Fahmi Jawwas


Sumber :  forum WhatsApp Salafy Indonesia

http://www.darussalaf.or.id/nasehat/akhir-indah-kehidupan-seorang-alim-nasehat-terakhir-syaikh-hadi-rahimahullah-ayahanda-syaikh-muhammad-bin-hadi-al-madkhali-hafizhahullah-sebelum-menghembuskan-nafas-terakhirnya/ 


Selasa, 27 Agustus 2013

Biografi Singkat asy-Syaikh Badr al-Badr

Sebelum menerjemahkan isi taklim asy-Syaikh Badr pada sesi-I di masjid Manunggal Bantul, terlebih dahulu al-Ustadz Usamah membacakan kepada segenap hadirin biografi asy-Syaikh Badr al-Badr. Beliau adalah Badr bin Muhammad alu al-Badr al-’Anazi hafizhahullah.

Beliau menghafalkan al-Qur`an kepada gurunya, asy-Syaikh Shobri ‘Allam al-Mishri dan mendapatkan ijazah (izin meriwayatkan) bacaan dengan riwayat Hafsh dari ‘Ashim. Dari gurunya ini beliau juga mempelajari ilmu tajwid dan mendapatkan ijazah menyampaikan ilmu tajwid dari kitab Jazariyah dan Tuhfatul Athfaal. Beliau mempelajari ilmu Mushthalah Hadits dari beberapa ‘ulama terkenal, di antaranya asy-Syaikh Tsana`ullah bin ‘Isa Khan al-Madani, yang ketika itu sebagai mufti Lahor Pakistan.

Dari asy-Syaikh Tsana`ullah ini beliau mendapat ijazah meriwayat dan mengajarkan beberapa kitab induk hadits yang cukup banyak. Beliau juga banyak belajar kepada asy-Syaikh Shalih al-Luhaidan, asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, dan asy-Syaikh Shalih bin Sa’d as-Suhaimi yang padanya beliau mempelajari kitab-kitab karya Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhab. Sekarang asy-Syaikh Badr al-Badr menjabat sebagai Kepala Bidang Dakwah dan Irsyad di kota al-Khofc (perbatasan Saudi Arabia dengan Kuwait).

Juga sebagai anggota di Lajnah Muraqabatul Qurra’ (Badan Pengawas Para Qori’), pernah sebagai pengajar di Yayasan al-Ishlahiyyah Kuwait, yang berada di bawah pengawasan Kementrian Dalam Negeri dan Wakaf negeri Kuwait.

http://dammajhabibah.net/2013/08/24/biografi-singkat-asy-syaikh-badr-al-badr/


Cermin Penghargaan Ahlus Sunnah terhadap Pemerintahnya

(dari Pembukaan Daurah Nasional Masyaikh Ahlus Sunnah IX 1434 H/2013 M)

Berkat rahmat dan taufiq dari Allah terselenggaralah Daurah Nasional Masyaikh Ahlus Sunnah IX 1434 H/2013 M di Masjid Agung Manunggal Bantul Yogyakarta. Pada sekitar pukul 09.30 WIB, Sabtu 17 Syawwal 1434 H / 24 Agustus 2013 M, dengan memohon pertolongan Allah dibukalah acara ini.

Dihadiri oleh segenap jajaran Muspida Pemerintah Kabupaten Bantul, Muspika Kecamatan Bantul, dan Polda DIY. Dalam sambutannya, Ketua Panitia al-Ustadz Ayip Syafrudin  menegaskan bahwa Dauroh ini tidak lain atas segenap kemurahan dan kemudahan dari Allah. Sekaligus tidak lupa panitia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemkab Bantul yang telah menyiapkan dan menyediakan fasilitas-fasilitas guna pelaksanaan dauroh ini, termasuk juga kepada jajaran Polres Bantul.

Semoga acara ini bisa memberikan bimbingan ilmu dan pemahaman kepada masyarakat kaum muslimin, “bagaimana mereka harus bersikap, bertingkah, dan bertindak dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan bersendikan al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.” kata ust Ayip.

Dalam sambutannya, asy-Syaikh Badr bin Muhammad Alu Badr al-’Anazi hafizhahullah juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati Bantul, yang dalam hal ini diwakili oleh asisten pemerintah Kab. Bantul. Juga ucapan terima kasih kepada segenap panitia dan hadirin. “Kalian datang ke tempat ini untuk mendengar ilmu syar’i, agar kemudian kalian menyampaikan ilmu ini kepada keluarga kalian. Ini adalah sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu tatkala datang kepada beliau beberapa shahabat, beliau menyampaikan kepada mereka permasalahan agama, lalu beliau memerintahkan mereka agar menyampaikannya kepada keluarganya masing-masing. Inilah Islam, engkau belajar ilmu agar engkau bisa mengajarkan ilmu tersebut. Inilah yang dilakukan oleh para salaf – semoga Allah meridhoi mereka – “ demikan asy-Syaikh Badr menegaskan.

Beliau juga berdoa agar Allah memberikan barakah kepada Pemerintah Indonesia, melindunginya dari fitnah, menjauhkannya dari berbagai kesulitan. Kemudian wasiat beliau tujukan kepada saudara-saudaranya kaum muslimin, yaitu wasiat agar bertaqwa kepada Allah dan mentaati pemerintah. Ini adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. “… dan hendaknya kalian menjauhi perselisihan. Karena tangan Allah bersama jama’ah (persatuan), sementara perselisihan itu menceraiberaikan persatuan kaum muslimin.” Kata asy-Syaikh Badr mengakhiri sambutannya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara Dauroh Nasional ini dihadiri puluhan ribu Ahlus Sunnah Salafiyyin dari segenap penjuru Indonesia. Masjid Manunggal Bantul yang demikian besar serta halamannya yang sangat luas itu penuh dengan hadirin yang sangat antusias mendengar untaian mutiara-mutiara ilmu dari lisan ‘ulama Ahlus Sunnah. Semoga Allah membarakahi mereka semua.

http://dammajhabibah.net/2013/08/24/dari-pembukaan-dauroh-nasional/


Kamis, 22 Agustus 2013

Agar Kekuasaan Tetap Jaya dan Langgeng

Khutbah Jum’at asy-Syaikh Khalid bin ‘Abdirrahman al-Mishri

(26 Sya’ban 1434 H/5 Juli 2013 M)
Menjelang keberangkatan beliau menuju ‘umrah.
Paska lengsernya Muhammad Mursi dari kursi presiden.

عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَلَغَ مُعَاوِيَةَ وَهُوَ عِنْدَهُ فِي وَفْدٍ مِنْ قُرَيْشٍ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ العَاصِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَيَكُونُ مَلِكٌ مِنْ قَحْطَانَ، فَغَضِبَ مُعَاوِيَةُ، فَقَامَ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ رِجَالًا مِنْكُمْ يَتَحَدَّثُونَ أَحَادِيثَ لَيْسَتْ فِي كِتَابِ اللَّهِ، وَلاَ تُؤْثَرُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأُولَئِكَ جُهَّالُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَالأَمَانِيَّ الَّتِي تُضِلُّ أَهْلَهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ «إِنَّ هَذَا الأَمْرَ فِي قُرَيْشٍ لاَ يُعَادِيهِمْ أَحَدٌ، إِلَّا كَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ، مَا أَقَامُوا الدِّينَ» رواه البخاري 7139
Artinya, dari az-Zuhri berkata, bahwa Muhammad bin Jubair bin Muth’im – yang kala itu bersama rombongan utusan dari Quraisy – menyampaikan bahwa telah sampai berita kepada Mu’awiyah kalau ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash menyampaikan bahwa ada datang seorang raja dari bangsa Qahthan. Maka marahlah Mu’awiyah. Beliau pun berdiri (berkhutbah) seraya memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian beliau berkata, Amma Ba’d, sesungguhnya telah sampai kepadaku bahwa beberapa orang dari kalian menyampaikan sebuah pembicaraan yang tidak terdapat dalam Kitabullah, tidak pula diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang bodoh di antara kalian. Hati-hatilah kalian dari cerita-cerita yang bisa menyesatkan. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya urusan ini (kekuasaan/khilafah) berada di tangan bangsa Quraisy. Tidaklah seorangpun yang menentang mereka (Quraisy) kecuali pasti Allah serert dia ke dalam Neraka. (Kejayaan itu) selama mereka (Quraisy) menegakkan agama.” (HR. al-Bukhari 7139)

Penjelasannya,
Seorang shahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash menyampaikan kepada umat manusia bahwa akan muncul seorang raja sebagai penguasa yang berasal dari bangsa Qahthan. Sementara Qahthan bukan Quraisy. Maka Amirul Mukminin Mu’awiyah (bin Abi Sufyan) marah mendengar hal itu. Kenapa? Karena beliau telah tahu dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa khalifah kaum muslimin, yang akan memerintah kaum kaum muslimin baik di penjuru timur maupun barat, di antara syaratnya adalah dia harus berasal dari Quraisy. Maka tatkala Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu mengetahui bahwa pernyataan ‘Abdullah bin ‘Amr tadi bertentangan dengan hadits Nabi, beliau pun mengingkari ucapan tersebut dan marah. Karena ucapan tersebut bertentangan dengan hadits yang mengatakan bahwa hukum asal seorang khalifah tertinggi itu haruslah berasal dari Quraisy.

Mu’awiyah pun berdiri berkhutbah di hadapan manusia. Beliau mengatakan dalam khutbahnya tersebut, “Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa orang-orang mengatakan akan muncul raja yang berasal dari Qahthan. Mereka (yang mengatakan itu) adalah orang-orang bodoh di antara kalian. Hati-hati kalian dari omong kosong yang menyesatkan pengucapnya. Karena sesungguhnya aku mendengar Rasulllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Urusan ini (yaitu khalifah dan pemerintah tertinggi) akan terus berada di tangan Quraisy. Tidak ada seorangpun yang menentang mereka (Quraisy) kecuali akan Allah seret dia ke dalam neraka. Kejayaan itu selama mereka (Quraisy) menegakkan agama.”
Dari sini, apa yang bisa kita ambil pelajaran dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kejayaan itu selama mereka (Quraisy) menegakkan agama.”?

Yaitu bahwa kekuasaan di muka bumi, dan seorang pemimpin tidak akan langgeng dan kokoh kekuasaannya kecuali apabila dia menegakkan agama. 

Adapun apabila dia tidak menegakkan agama ini, maka dia tidak akan diberi kekuasaan. Apabila dia ditentang/dimusuhi/dikudeta maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menolongnya menghadapi para penentang/pengkudeta tersebut.

Namun apabila pemimpin tersebut menegakkan agama, menjalankan hukum-hukum agama Allah, menegakkan syari’at Allah, maka ketika itu Allah akan membelanya.

Sebagaimana dalam hadits di atas, “Tidak ada seorangpun yang menentang mereka (Quraisy) kecuali pasti akan Allah seret dia ke dalam neraka! Kejayaan itu selama mereka (Quraisy) menegakkan agama.”" Jadi, syarat agar kekuasaan seorang pemimpin senantiasa eksis dan kokoh adalah dia harus menegakkan agama Allah.
Banyak pemimpin yang berjatuhan, banyak penguasa yang direndahkan. Namun Allah Ta’ala hanyalah mengokohkan kekuasaan seorang pemimpin yang mau menegakkan agama Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (an-Nur : 55)

Maka kekuasaan itu tidaklah diperoleh dengan cara pergolakan/revolusi. Kekuasaan itu tidaklah diperoleh dengan cara pembunuhan umat manusia dengan tangan besi. Demikian pula kekuasaan tidaklah diperoleh dengan cara berpartai-partai dan berkelompok-kelompok, yang masing-masing saling menjatuhkan demi meraih kekuasaan.

Memang benar, bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu ghaib kecuali Allah. Dan barangsiapa mengklaim mengetahui ilmu ghaib maka dia kafir. Namun ahlus sunnah memandang dengan bimbingan cahaya sunnah. Sehingga dia bisa benar dalam mayoritas kesimpulan-kesimpulannya.

Ketika di Mesir yang tampil sebagai penguasa berasal dari pihak yang berpaham dengan paham khawarij, maka aku katakan – sebelum dia dilantik – bahwa dia tidak akan langgeng kekuasaannya! Ini bukan meramal ilmu ghaib. Ini berdasarkan bimbingan as-Sunnah. Yaitu apabila seorang pemimpin menyimpang dari syari’at dan rusak aqidahnya, maka kita masih tetap wajib mendengar dan mentaatinya dalam hal yang bukan maksiat. Namun kita tahu, bahwa kekuasaannya tidak akan langgeng. 

Sebagaimana kaum muslimin negeri al-Jazair berhasil sampai ke tampuk pimpinan dan sukses dalam Pemilu. Salah seorang imam Ahlus Sunnah – yaitu al-Imam al-Albani – mengatakan, “Ini hanya busa sabun.” Yakni kemenangan yang akan segera sirna, tidak akan berlangsung lama. Namun khawarij terus berjalan, kelompok-kelompok Islam terus bergerak, mengambil posisi di pemerintahan. Pada prakteknya mereka justru menjadikan umat benci kepada agama Allah. (Karena pada prakteknya mereka) menuduh fulan dengan zina, mengkafirkan si fulan, menuduh si fulan sebagai pendusta, pengkhianat, dan melakukan suap, mencela para hakim, dan mencela semua yang berbeda dengan mereka. Akhirnya membuat umat phobi terhadap agama Allah, benci kepada orang-orang berjenggot. Hingga bangkitlah umat melakukan revolusi dan terjadilah kudeta. Maka tentunya wajib mentaati siapa yang berhasil tampil sebagai pemimpin.

Ahlus sunnah – walillahil hamd – tidaklah kontroversi. Ketika (di Mesir) terjadi revolusi pertama (yakni tampilnya pemerintahan Muhammad Mursi), maka kami (ahlus sunnah) mendengar dan mentaati pemerintah yang berkuasa, dalam kondisi kami tahu kesesatan dan penyimpangan yang ada pada pemerintah. Namun kewajiban kami adalah bersabar.

Sekarang terjadi kudeta berikutnya, tampillah pemimpin yang baru dengan kekuatan militernya. Maka pemerintah ini pun juga wajib didengar dan ditaati. Bagi Ahlus Sunnah, sikap ini bukanlah sikap yang kontroversial. Kami (ahlus sunnah) berpindah dari satu bai’at ke bai’at berikutnya, demi menjaga darah kaum muslimin. Karena memang kami sama sekali tidak ada kepentingan terhadap kekuasaan dan kedudukan, tidak pula kami berupaya untuk mendapatkan andil di pemerintahan. Ahlus Sunnah tidak ada kepentingan sama sekali terhadap kekuasaan. Kepentingan kami hanyalah bagaimana mengupayakan umat manusia agar mau berjalan di atas as-Sunnah.

Namun mereka (rezim Mursi) kini berupaya untuk menentang dan memerangi penguasa yang berhasil mengalahkan mereka. Akibatnya banyak korban berjatuhan di negeri ini. Kenapa demikian? Karena sebagaimana kami katakan sejak awal, bahwa mereka adalah berpaham khawarij. …

Mereka sebelum ini telah berhasil sampai ke kursi kekuasaan. Namun apakah ada dari syari’at ini yang mereka terapkan? Kami (ahlus sunnah) ketika itu menahan lisan-lisan kami, karena prinsip kami adalah tidak boleh membicarakan/mencela waliyul amr, dan tidaklah kami menasehatinya kecuali dengan cara tersembunyi jika memungkinkan. Namun faktanya mana dari syari’at ini yang mereka terapkan? Mana dari agama ini yang mereka tegakkan? Dulu dalam pemilu mengkampanyekan bahwa Islam adalah solusi. Tatkala berhasil menguasai negara, manakah dari hukum Islam yang mereka terapkan?

Semoga Allah merahmati al-Imam al-Albani, ketika dulu beliau mengatakan, bahwa kelompok-kelompok Islam yang saling berlomba dan saling menjatuhkan demi meraih kekuasaan, maka meskipun telah sampai di kursi kekuasaan mereka tidak akan mampu berbuat apa-apa sebelum mereka mendidik rakyat di atas agama dan syari’at. Kalau tidak, maka yang pertama kali menjatuhkan mereka adalah rakyat itu sendiri! Ini bukan meramal ilmu ghaib. Namun ini adalah cara pandang ahlus sunnah, yang meninjau setiap permasalahan berdasarkan ilmu.

Kalian berlomba untuk meraih kursi kekuasaan, dan kalian pun berhasil sampai ke kekuasaan tersebut, namun kalian tidak mendidik rakyat untuk berpegang kepada agama yang benar, maka ketika itu rakyat itu sendiri yang balik menjatuhkan kalian.

Oleh karena itu, mereka (kelompok-kelompok Islam) bukanlah para da’i yang menyeru kepada agama dan syari’at, namun mereka tidak lebih para penyeru yang mengajak kepada kekuasaan. Oleh karena itu, ketika militer berhasil, maka sang al-Mursyid al-’Am Ikhwanul Muslimin Muhammad Badi’ – pentolan khawarij – mengumumkan penentangan. Padahal, bukankah kalian telah memberi minum umat dengan gelas sama sebelum ini? Maka sekarang giliran kalian yang meminum dari gelas yang sama. Inilah buah dari revolusi dan perebutan kekuasaan. Setiap kali rakyat tidak suka pada pemerintahnya, maka mereka memberontak, menentang, dan ditumpahkanlah darah, serta dilanggarlah kehormatan. Inilah yang sejak dulu sudah kami peringatkan pada awal revolusi yang terjadi pada beberapa tahun ini.

Oleh karena itu tidak ada jalan bagi seorang pemimpin untuk kokoh kekuasaannya – siapapun dia – kecuali dengan cara menegakkan agama Allah dengan sebenar-benarnya. Bukan malah menjadikan agama ini sekedar sebagai slogan dan baju saja, demi mencapai kepentingan-kepentingannya. Tega menipu orang-orang yang tidak mengerti, menipu para pemuda yang tidak berilmu.

Sungguh menjaga darah kaum muslimin merupakan di antara kewajiban yang paling ditekankan. Sungguh hilangnya dunia ini masih lebih ringan di sisi Allah dibandingkan mengalirnya darah seorang muslim!!

Maka dari fakta ini, tahulah umat kenapa kami (ahlus sunnah) memperingatkan dari kelompok-kelompok pergerakan. Kenapa kami menyebut mereka sebagai khawarij? Baik kelompok Jama’ah Islamiyah, Ikhwanul Muslimin, atau pun yang lainnya. Juga orang-orang seperti Yasir Burmahi, dan pentolan takfiriyin di Kairo Muhammad Abdul Maqshud, dan si mubtadi’ fattan (ahlul bid’ah dan penyeru fitnah) Muhammad Hassan.

Namun sebagimana dalam hadits yang shahih, dari shahabat Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, yang ketika itu beliau sebagai Amirul Mukminin dan Khalifah kaum muslimin.
كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ المُؤْمِنِينَ أَنِ اكْتُبِي إِلَيَّ كِتَابًا تُوصِينِي فِيهِ، وَلَا تُكْثِرِي عَلَيَّ، فَكَتَبَتْ عَائِشَةُ إِلَى مُعَاوِيَةَ: سَلَامٌ عَلَيْكَ. أَمَّا بَعْدُ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ التَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ، وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ»
Amirul Mukminin Mu’awiyah menulis surat kepada ‘Aisyah Ummul Mukminin, (yang isinya) tulislah kepada sebuah surat yang di dalamnya engkau memberikan wasiat kepadaku namun jangan terlalu panjang. Maka ‘Aisyah pun menulis kepada Mu’awiyah:
Salamun ‘alaika. Amma Ba’d:
Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mencari ridha Allah walaupun dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan cukup dia dari merasa butuh kepada manusia. Namun barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka serahkan dia pada manusia.”
Wassalam ‘alaika
(HR. at-Tirmidzi 2414)

Wahai kaum muslimin,
Sesungguhnya ilmu dan fiqh dalam agama merupakan jalan menuju kekuasaan. Bani Israil, Allah kisahkan tentang mereka sepeninggal Nabi Musa ‘alahish shalatu was salam.

{أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (246) وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (247)} [البقرة: 246، 247]
“Apakah kalian tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami bisa berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka itu menjawab: “Mungkin sekali jika kalian nanti diwajibkan berperang, malah kalian tidak mau berperang”. Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari negeri kami dan dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, ternyata merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui siapa orang-orang yang zhalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja kalian.” Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak terhadap kekuasaan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih dia (sebagai raja) atas kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan fisik yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.” (al-Baqarah : 246-247)

Jadi orang-orang yang berperang demi meraih kekuasaan, maka mereka telah menyerupai orang-orang Yahudi. Yaitu ketika orang-orang Yahudi mengatakan kepada Nabi mereka, “bagaimana Thalut menjadi pimpinan, sementara kami lebih berhak atas kekuasaan/kepemimpinan dibanding dia.” Ini perbuatan Yahudi dan Khawarij, yaitu mereka memandang diri mereka lebih berhak terhadap kekuasaan dibandingkan orang lain. “… dan dia tidak diberi harta sedikitpun.” Yakni, justru kamilah yang menguasai harta, pemiliki kekayaan, dan menguasai perekonomian, maka kami lebih berhak terhadap kekuasaan daripada orang yang diangkat oleh Allah ini.

Kemudian lihat apa jawaban sang Nabi terhadap orang-orang Yahudi, “Sesungguhnya Allah telah memilih dia (sebagai raja) atas kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan fisik yang perkasa.”
Yakni sebab kenapa dia (Thalut) berhak menjadi raja (penguasa), adalah dua hal, yaitu ilmu dan kekuatan fisik. Jadi yang pertama adalah ilmu. Dengan ilmu seseorang diberi kekuasaan di bumi Allah. Sebaliknya dengan kebodohan akan terjadi pertumpahan darah dan berbagai fitnah. Dulu khawarij mengkafirkan pemerintah-pemerintah muslimin, karena dinilai tidak berhukum dengan syari’at Islam, dan berhukum dengan undang-undang buatan manusia. Kemudian ketika ada salah seorang dari khawarij berhasil meraih kekuasaan, maka Muhammad ‘Abdul Maqshud berbicara selama 2 jam lebih membela undang-undang buatan manusia!!  Ini merupakan penyimpangan dari agama.

Aku mendidik para penuntut ilmu, ketika terjadi revolusi Mesir, aku ditanya, “Apa sikap kita?” aku katakan kepada mereka, “Shalat Zhuhur sebelum revolusi berapa rakaat?” 4 rakaat. “Setelah revolusi berapa rakaat?” tetap 4 rakaat. Nah, itulah. Jadi tidak ada yang baru (tidak ada perubahan) bagi kita. Kita adalah Ahlus Sunnah sebenarnya. Al-Haq adalah pasti, tidak ada keraguan padanya. Kita mengikuti para imam, Ahmad bin Hanbal, asy-Syafi’i, Malik, al-Bukhari, Muslim, dan para imam lainnya. Kita mengajarkan al-Kitab dan as-Sunnah kepada umat manusia, kita tidak berpaling kepada kekuasaan. Prinsip kita adalah bersabar. Jika dia adalah penguasa yang baik maka kita bersyukur kepada Allah. Namun jika dia adalah penguasa yang jahat maka kita bersabar dan mengharap pahala dari Allah. Kita tidak membentuk partai atau kelompok, tidak pula mendukung atau mengajak kepada partai atau kelompok tertentu, bahkan kita melarang hal itu dengan larangan yang sangat keras.

Kita menyatakan bahwa menerapkan syari’at adalah wajib, dan barangsiapa tidak menerapkannya maka dia tidak akan mendapat kekuasaan sebelum dan sesudahnya. Kita melarang dari pengkotak-kotakan umat. Kita melarang dari pertumpahan darah. Kita menyeru kepada tauhid. Kita melarang dari peribadatan kepada kubur, dari thawaf di kuburan. Kita memerintahkan umat kepada yang ma’ruf, mencegah mereka dari yang mungkar. Inilah agama yang dibawa oleh para nabi dan para rasul.

Oleh karena itu lihatlah sikap al-Imam Ahmad, tatkala penguasa saat itu mengikuti pendapatnya kelompok sesat Jahmiyah. Sehingga pemerintah membunuh kaum muslimin untuk memaksakan pendapat bahwa al-Qur`an adalah makhluk. Namun al-Imam Ahmad tetap bersabar, dan beliau mengatakan, “Bersabarlah kalian, sampai berhentinya kesulitan ini atau berakhirnya kekuasan penguasa yang zhalim ini.” Maka kita pun juga terus mengatakan, “Bersabarlah kalian, sampai berhentinya kesulitan ini atau berakhirnya kekuasan penguasa yang zhalim ini.” Jika dia adalah penguasa yang baik maka kita bersyukur kepada Allah. Namun jika dia adalah penguasa yang jahat maka kita bersabar dan mengharap pahala dari Allah. Kita tidak mencabut ketaatan terhadap penguasa selama penguasa masih menegakkan shalat dan tidak melakukan kekufuran yang nyata.

Ketika berakhir kekuasaan penguasa jahmiyyah, dan pemerintahan muslimin dipegang oleh khalifah al-Mutawakkil, maka al-Imam Ahmad mengirim surat kepadanya – sebagaimana diriwayatkan oleh kedua putra al-Imam Ahmad sendiri, ‘Abdullah dan Shalih – berisi bai’at dan pernyataan siap mendengar dan taat, dan beliau mengatakan bahwa umat sebelum ini berada dalam fitnah, ujian, dan kebid’ahan hingga Allah hilangkan itu semua dengan Amirul Mukminin (yakni khalifah al-Mutawakkil sebagai penguasa yang baru). Semoga Allah menambahkan taufiq kepadanya. Demikianlah sikap ahlus sunnah.

Adapun ketika datang pemimpin baru kemudian rakyat mengangkat senjata memberontak kepadanya, memeranginya, menumpahkan darah karenanya, maka tidakkah darah yang tertumpah tersebut mencegah kalian?! Subhanallah, namun bagi kaum khawarij, baik dari kalangan kelompok-kelompok Islam, ataupun dari kalangan orang-orang yang menamakan dirinya pro-revolusi yang berafiliasi kepada partai sekuler atau liberal, bagi mereka darah itu murah. Adapun Ahlus Sunnah, maka mereka tahu nilai mahalnya darah. Oleh karena itu, sebagaimana dalam Shahih al-Bukhari, bahwa yang pertama kali diselesaikan antar manusia pada hari Kiamat kelak adalah urusan darah. Dan juga dalam Shahih al-Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin itu akan terus berada dalam kelapangan agamanya selama dia tidak menumpahkan darah yang haram.”
Maka kepada semua pihak hendak masing-masing bertaqwa kepada Allah. Hendanya masing-masing menetapi rumahnya. Janganlah dia mengulurkan tangannya untuk terlibat dalam pertumpahan darah. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb sekalian alam.” (al-Mai’dah)        

Kalau seorang diganggu rumah dan hartanya, maka silakan dia membela diri. Namun apabila yang meminta adalah penguasa, yang memiliki kekuasaan dan kekuatan, maka dia wajib mendengar dan taat.

Oleh karena itu wajib kepada semua pihak untuk bertaqwa kepada Allah. Dan kepada kelompok-kelompok Islam yang jahil ini, wajib atas mereka untuk serius mendalami ilmu agama, serta menanyakan berbagai persoalan kepada ahlus sunnah, baik dari kalangan ‘ulama atau penuntut ilmu (yang kokoh keilmuannya). Hendaknya mereka mempelajari agama demi menghilangkan kedunguan dan kebodohon dari diri mereka. Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya akan Allah beri taufik. Sebaliknya barangsiapa yang Allah butakan mata hatinya, maka kita sama sekali tidak punya harapan terhadapnya.

Aku memohon kepada Allah agar menghilangkan fitnah dari negeri-negeri kaum muslimin, dan menurunkan rahmat-Nya kepada negeri dan hamba-hamba-Nya.


http://dammajhabibah.net/2013/08/19/agar-kekuasaan-tetap-jaya-dan-langgeng/

 

Apakah Pemerintah Yang Berkuasa di Mesir sekarang ini pemerintahan yang syar’i?

Apakah Pemerintah Yang Berkuasa di Mesir sekarang ini pemerintahan yang syar’i?

Nasehat asy-Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili hafizahullah
Pertanyaan : Kami mengharap kepada antum untuk berkenan menyampaikan nasehat kepada para penuntut ilmu secara khusus, dan kepada kaum muslimin secara umum tentang konflik yang terjadi di negeri Mesir sekarang. Apakah pemerintah baru yang berkuasa sekarang teranggap sebagai pemerintahan yang syar’i?

Jawab : Aku memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi agar melindungi darah kaum muslimin, dan agar menghilangkan musibah ini. 

Tidak diragukan bahwa setiap orang yang memiliki ilmu yang benar dan paham yang lurus dia akan gembira dengan setiap upaya untuk menyelamatkan darah kaum muslimin dan menghilangkan kejelekan besar (yang sedang terjadi) ini. Tanpa ragu aku katakan: bahwa kewajiban setiap penduduk Mesir untuk berupaya menjaga darah, menghentikan setiap tindakan yang bisa menghantarkan kepada pembunuhan dan melayangnya jiwa, ini wajib atas semua pihak. Karena darah ini urusannya sangat besar.

 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«لَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ مُعْنِقًا صَالِحًا، مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا، فَإِذَا أَصَابَ دَمًا حَرَامًا بَلَّحَ»
“Seorang mukmin akan senantiasa mendapat taufik kepada ketaatan dan bersegera padanya selama dia tidak menumpahkan darah yang haram. Kalau dia sampai menumpahkan darah yang haram, maka dia terhalang dan terhenti dari ketaatan tersebut.” [1] (HR. Abu Dawud 4270)

Suatu yang pasti menurut ahlus sunnah wal jama’ah bahwa seorang penguasa yang berhasil menghalahkan (penguasa sebelumnya) dengan pedang/senjata (kudeta), jika memang dia berhasil menguasai dan pemerintahan tegak untuknya di hadapan rakyat maka dia menjadi penguasa yang syar’i. 

Oleh karena itu kami katakan:
Wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya Ahlus Sunnah menyatakan bahwa kudeta adalah sesuatu yang haram. Namun menurut Ahlus Sunnah kudeta itu tetap ada konsekuensinya.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak memperbolehkan kudeta. Tidak boleh bagi siapapun untuk merampas kekuasaan dengan kekuatan (kudeta), ini adalah haram. Namun jika ternyata itu terjadi dan diperoleh kekuasaan, maka terwujudlah kekuasaan untuk pihak yang mengalahkan (mengkudeta).
Maka kita memohon kepada Allah agar memberikan kepada pemerintah-pemerintah umat Islam, dan juga kepada para ‘ulama yang berpedoman dan mengambil cahaya as-Sunnah, kita memohon agar Allah memberikan taufiq kepada mereka untuk melakukan langkah-langkah dalam rangka menyelamatkan darah kaum muslimin dan menghilangkan kejelekan.


Wasiat untuk para penuntut ilmu :

Pertama, hendaknya seseorang jangan menceburkan dirinya kepada sesuatu yang bukan tugasnya. Dan mohonlah kepada Allah agar pihak yang berwenang (mengurus tugas tersebut diberi taufiq dan hidayah.

Kedua, Jauhilah kezhaliman. Janganlah engkau menzhalimi seorangpun. Karena kezhaliman itu akibatnya sangat jelek.

Ketiga, syukurilah kebaikan yang engkau berada padanya. Pujilah Allah atas nikmat tersebut. Bekerjasamalah dengan pemerintahmu dan para ‘ulama di negerimu dalam kebaikan. Jagalah kebaikan yang ada di negerimu. Sampaikanlah nasehat dengan cara yang syar’i, benar, dan selamat, serta lurus, yang benar-benar bisa mewujudkan kebaikan dan mencegah kejelekan.

Kemudian aku nasehatkan juga kepada ikhwah agar jangan menyebarkan komentar-komentar di mass media, yang tidak ada kebaikan padanya. Seperti sekarang, yang kita dapati melalui media yang disebut twiter. Disebarkan di sana cuplikan komentar-komentar yang berbicara dengan kebatilan tentang konflik ini. Sebagian orang dengan niat baik menyebarkan komentar-komentar batil tersebut dengan maksud ingin menunjukkan kejelekannya (kepada publik). Namun sebenarnya dengan begitu dia telah turut andil menyampaikan syubuhat (kebatilan) komentar tersebut kepada banyak orang. Yang seperti ini aku tidak setuju. Yang aku pandang boleh adalah jika itu disampaikan kepada orang-orang diketahui sebagai orang yang mengerti dan paham, agar orang tersebut mengetahui hakekat permasalahan.

Adapun disebarkan sedemikian rupa di depan publik, maka itu sama dengan menyebarkan kebatilan ke tengah-tengah publik. ada yang berkomentar miring terhadap pemerintah Emirat menurut penilaiannya, ada yang mengomentari pemerintah Saudi menurut penilaiannya dengan ucapan-ucapan jelek dan batil. Sebagian orang menyebarkan komentar-komentar tersebut di media terbuka. Maka kami katakan: ini tidak boleh, karena itu berarti menyebarkan kebatilan dan kerusakan tersebut (ke tengah-tengah umat).

Adapun apabila menyampaikan komentar-komentar tersebut kepada orang yang mengerti dan paham (manhaj ahlus sunnah) [2] supaya ia tahu fakta yang terjadi/berkembang, maka menurutku – wallahu a’lam – yang demikian tidak mengapa. [3]

Sungguh engkau akan terheran terhadap sebagian orang yang pada masa-masa konflik ini menampakkan sikap pertengahan, adil, dan …, dan … . ternyata ucapan-ucapan terkotori dengan takfir (pengkafiran terhadap sesama muslim) baik secara terang-terangan atau terselubung, dan pelecehan terhadap muslimin. Ada orang-orang yang mengaku berilmu namun melecehkan pemerintah emirat atau warganya, atau melecehkan pemerintah Saudi Arabia. Tidak diragukan itu merupakan kebatilan dan kejelekan sangat besar, yang membuka aib dan kejelekan orang lain. Berapa banyak orang yang menampakkan sikap adil dan pertengahan serta mengendalikan lisan, namun ternyata dalam konflik ini terbongkarlah bahwa ternyata dia orang yang paling berani melanggar kehormatan dan harga diri kaum muslimin. Kenapa? Karena berbeda dengan hawa nafsunya, bukan berdasarkan penilaian yang syar’i.

Yang jelas kita semua memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar menghilangkan menghilangkan musibah ini. dan memberikan karunia keamanan dan ketenangan kepada warga Mesir. Semoga Allah menolong orang-orang berakal sehat dalam menangkal akibat-akibat jelek fitnah ini. serta memberikan taufiq kepada pemerintah untuk berperan dalam menguatkan kebaikan dan menjauhkan kejelekan. Wallahu a’lam.


[1]  Akibat jeleknya dosa menumpahkan darah yang haram. (penjelasan al-Qadhi ‘Iyad terhadap hadits tersebut. Lihat Mirqatul Mafatih syarh Misykatul Mashabih), pent.

[2]  Yakni dari kalangan ‘ulama atau penuntut ilmu ahlus sunnah salafiyyin.

[3] Karena sang ‘ulama atau penuntut ilmu tersebut akan memberikan arahan dan bimbingan sikap yang tepat berdasarkan manhaj salafi, dalam menyikapi fakta yang terjadi.

sumber : http://dammajhabibah.net/2013/08/21/apakah-pemerintah-yang-berkuasa-di-mesir-sekarang-ini-pemerintahan-yang-syari/

 

Selasa, 20 Agustus 2013

Hukum Mengingkari Penguasa

Mengingkari kemungkaran adalah perkara syar’i lantarannya, kebaikan bisa nampak dan tersebar. Demikian pola kebatilan akan menipis, bahkan sirna.
Mengingkari kemungkaran merupakan ciri hkas kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”. (QS. At-Taubah: 71)
Syaikh Abdus Salam bin Barjas Alu Abdil Karim -rahimahullah- berkata, “Sungguh Allah telah membedakan antara orang orang mukmin dengan orang orang munafiq dengan amar ma’ruf (mencintai hal yang baik) dan nahi mungkar (mengingkari kemungkaran). Hal itu menunjukan ciri khas sifat sifat orang beriman adalah mereka melaksanakan hal itu.” [Lihat Mu’amalah Al-Hukkam (hal.35)]
Kemudian, mengingkari kemungkaran perlu didudukkan dengan baik dan diletakan sesuai porsinya. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara mengingkari kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa, dengan mengingkari kemungkaran yang diperbuat oleh rakyat. Sedang rakyat pun harus disikapi dengan baik dan hikmah.

Apa bila anda bertanya tentang metode syar’i dalam mengingkari penguasa, maka perkara ini telah dijelaskan oleh para ulama. Dalam pembahasan berikut ini kami akan kupas metode mereka mengingkari, dan menasihati penguasa. Ini perlu diketahui, karena banyak orang yang tak paham.

Ibnul Jauziy -rahimahullah- berkata, “Perkara yang dibolehkan dalam amar ma’ruf dan nahi mungkar hubungannya dengan penguasa, yaitu memberikan pengertian dan nasihat. Adapun berkata-kata kasar, seperti “Wahai orang zholim”, “wahai orang yang tidak takut kepada Allah!” Jika hal itu menggerakan/membangkitkan fitnah (musibah) yang menyebabkan kejelekannya tertular kepada orang lain, maka tidak boleh dilakukan. Jika ia tidak takut, kecuali atas dirinya, maka boleh menurut jumhur ulama. Menurut pendapatku, hal itu terlarang.” [ Lihat Al- Adab Asy-Syari’ah (1/195-197)]
Ibnu An-Nuhhas Asy-Syafi’iy -rahimahullah- berkata, “Seseorang yang menasehati penguasa hendaknya memilih pembicaraan empat mata bersama penguasa dibandingkan berbicara bersamanya di depan publik, bahkan diharapkan (adanya kebaikan) andaikan ia berbicara dengan penguasa secara sirr ((rahasia), dan menasehatinya secara tersembunyi, tanpa pihak ketiga.” [Tanbih Al- Ghofilin (hal. 64)]

Apa yang ditetapkan oleh Ibnul Jauziy, dan Ibnu An-Nahhas, bahwa menasihati penguasa dengan cara rahasia dan tersembunyi, ini telah dikuatkan oleh hadits-hadits dan atsar dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , para sahabat, serta para ulama’ Ahlus Sunnah yang menapaki jalan mereka..
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ َأَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلا َيُبْدِ لَهُ عَلاَنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فََذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى اَلَّذِيْ عَلَيْهِ لَهُ.
“Barangsiapa ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka janganlah ia menampakkan secara terang terangan. Akan tetapi hendaknya ia ia mengambil tangannya agar ia bisa berduaan. Jika ia terima, maka itulah yang diharap, jika tidak maka sungguh ia telah menunaikan tugas yang ada pada pundaknya”. [HR Ahmad dalam Al-Musnad (3/403-404) dan Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (1096, 1097, 1098). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Zhilal Al-Jannah (hal. 514)]
As-Syaukaniy -rahimahullah- berkata, “Sesungguhnya bagi orang yang nampak baginya kesalahan penguasa dalam sebagian masalah agar ia menasihati penguasa, dan tidak menampakan celaan padanya didepan publik”. [Lihat As-Sail Al-Jarrar (4/556)]
Dari sini, kita mengetahui kesalahan fatal sebagian orang, ketika melihat penguasa bersalah dan bermaksiat, atau membiarkan kemaksiatan, maka serta-merta mereka mengumpulkan manusia untuk demontrasi sehingga tersebarlah aib penguasa. Demo sekalipun diniatkan sebagai “nasihat”, namun tetap salah karena ia merupakan sebuah sarana yang membeberkan aib penguasa. Oleh karena itu, satu hal yang amat menyayat hati, dan membuat kita sedih, ketika kita menyaksikan ada sebagian mahasiswa dan masyarakat umum -bahkan terkadang ia adalah “aktivis dakwah Islam”- memompa, dan mengompori semangat pemuda-pemuda Islam untuk melakukan demonstrasi.
Al-Allamah Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz -rahimahullah- berkata, “Bukan termasuk manhaj salaf, membeberkan aib penguasa, dan menyebutkannya di atas mimbar-mimbar, karena hal itu akan mengantarkan kepada kudeta, tidak mau dengar dan taat dalam perkara ma’ruf, dan mengantarkan kepada pemberontakan yang merusak dan tidak membawa manfaat. Tapi metode yang  diikuti di sisi salaf: menasehati secara empat mata, menyurat, dan menghubungi para ulama yang berhubungan langsung dengannya sehingga penguasa bisa diarahkan kepada hal yang baik”. [ Lihat Haquq Ar-Ro’iy wa Ar- Ro’iyyah  (27)]
Jadi, seorang yang ingin menasihati pemerintah, maka ia lakukan dengan cara rahasia, dan empat mata. Bukan menasihatinya secara terang-terangan di depan publik. Oleh karena itu, termasuk di antara kesalahan sebagian orang, menasihati penguasa, lalu disebarkan nasihat dan hasil pertemuannya dengan pemerintah, baik lewat radio, televisi, koran, majalah, buletin, mimbar, majelis taklim, pertemuan umum, demonstrasi, dan lainnya.

Diantara metode yang paling buruk dalam menasihati penguasa, keluar ke jalan-jalan berkonvoi dalam rangka berdemo, apakah disertai kekacauan, ataukah, tidak!! Dengarkan Al-Faqih Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin -rahimahullah- berkata,  “Demonstrasi merupakan perkara baru yang tidak pernah dikenal di zaman Nabi –shollallahu alaih wasallam-, dan tidak pula di zaman Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin dan para sahabat-radhiyallah anhum-. Kemudian di dalamnya juga terdapat kerusuhan, dan huru-hara yang menjadikannya terlarang, dimana juga terjadi di dalamnya pemecahan kaca-kaca, pintu-pintu dan lainnya. Juga terjadi ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita, antara anak muda dengan orang tua, serta perkara-perkara yang semacamnya, berupa kerusakan dan kemungkaran. Adapun masalah menekan dan mendesak pemerintah, maka jika pemerintahnya muslim, cukuplah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya –Shollallahu alaih wasallam- sebagai pengingat baginya. Ini merupakan sebaik-baik perkara (baca:nasihat) yang disodorkan kepada seorang muslim. Jika pemerintahnya kafir, maka jelas mereka (orang-orang kafir) itu tidak mau mempedulikan para demonstran. Boleh jadi Pemerintah kafir itu akan bersikap ramah dan baik di depan para demonstran, sekalipun di batinnya tersembunyi kejelekan. Karenanya, kami memandang bahwa demo merupakan perkara munkar. Adapun ucapan (baca: alasan) mereka: “Inikan demo yang damai (tak ada kerusuhan,pent.)!!”, maka boleh jadi demonya damai di awalnya atau awal kalinya, kemudian berubah jadi demo perusakan. Aku nasihatkan kepada para pemuda agar mereka mengikuti jalan hidupnya para Salaf. Karena Allah telah memuji orang-orang Muhajirin  dan Anshor; Allah telah memuji orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan ”. [Lihat Buletin Silsilah Ad-Difa’ anis Sunnah (7): “Aqwaal ‘Ulama’ As-Sunnah fil Muzhaharat wa maa Yatarattab Alaih min Mafasid ‘Azhimah”, hal.2-3, cet. Maktabah Al-Furqon, UEA.]

Alangkah benarnya apa yang dikatakan beliau bahwa demo -walaupun tanpa kerusuhan- merupakan perkara baru dan bid’ah. Bid’ahnya orang-orang Khawarij. Anggaplah demo itu damai, akan tetapi itu merupakan sarana dalam menyebarkan aib penguasa, karena dengan keluarnya seseorang ke jalan-jalan untuk demo, akan memberikan opini bahwa mereka akan pergi mengeritik, dan membongkar aib, dan kekurangan penguasa. Membeberkan aib penguasa muslim merupakan metode lama yang dipergunakan oleh kaum Khawarij yang suka memberontak.

Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqolany – rahimahullah- berkata dalam menjelaskan hakekat orang-orang Al-Qo’diyyah (salah satu kelompok Khawarij), “Al-Qo’diyyah: adalah kelompok Khawarij yang tidak memandang (harusnya) memerangi (pemerintah). Bahkan mereka hanya mengingkari pemerintah yang zholim sesuai kemampuan, mereka mengajak kepada pendapat mereka, dan juga mereka menghias-hiasi –disamping hal tsb– untuk memberontak, serta mengira itu baik” [ Lihat At-Tahdzib  (8/114) sebagaimana dalam Lamm Ad-Durr Al-Mantsur (hal.60) karya Jamal Ibn Furoihan Al-Haritsy, cet. Dar Al-Minhaj, Mesir.]
Dalam kitabnya yang lain, Al-Hafizh –rahimahullah- berkata, ”Al-Qo’diyyah: adalah orang-orang yang menghias-hiasi pemberontakan atas pemerintah, sekalipun mereka tidak melakukan (pemberontakan itu) secara langsung”. [ Lihat Hadyus Sari (459) yang dinukil dari Lamm Ad-Durr Al-Mantsur, hal.60, cet. Dar Al-Minhaj.]
Jadi, tugas Al-Qo’diyyah dahulu sama persis dengan tugas sebagian orang yang membakar semangat pemuda-pemuda untuk membangkang, dan tidak taat kepada pemerintah, bahkan terkadang mengarahkan mereka kepada pemberontakan fisik lewat ajang demonstrasi. Ini adalah tercela dalam pandangan ulama’ Ahlus Sunnah berdasarkan dalil-dalil, baik naqli, maupun aqli.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz –rahimahullah- berkata: “Aku tidak memandang bahwa demonya para wanita ataupun demonya para laki-laki termasuk solusi. Akan tetapi, itu merupakan musibah, dan termasuk sebab kejelekan; termasuk sebab dizhaliminya sebagian orang, dengan cara yang tak benar. Akan tetapi cara-cara yang syar’i adalah menyurat, menasihati, berda’wah kepada kebaikan dengan cara damai. Demikianlah yang ditempuh para ulama; demikianlah para sahabat Nabi –Shallallahu alaih wasallam- dan para pengikut mereka dalam kebaikan: dengan cara menyurat, berbicara langsung dengan orang yang berbuat salah, dengan pemerintah, dan penguasa dengan menghubunginya, menasihatinya, dan menyuratinya tanpa membeberkannya di atas mimbar dan lainnya!! Katanya, “Pemerintah melakukan begini dan begini!!”. Akhirnya, hasilnya begini (kerusakan), Wallahul Musta’an“.

Beliau juga berkata: “Dikategorikan dalam masalah ini (kesalahan dalam menasihati penguasa), apa yang dilakukan oleh sebagian orang berupa demo yang menimbulkan keburukan yang besar bagi para da’i. Jadi, karnaval dan teriak-teriakan bukanlah merupakan jalan untuk memperbaiki dan da’wah. Jalan yang benar (dalam menasihati pemerintah,pent.) adalah dengan cara berziarah dan menyurati dengan cara yang baik”. [Lihat Buletin Silsilah Ad-Difa’ (7) (hal.1-2),cet. Maktabah Al-Furqon, UEA]

sumber : http://pesantren-alihsan.org/hukum-mengingkari-penguasa.html

Sabtu, 17 Agustus 2013

Hakekat Konflik Yang Terjadi di Mesir

HAKEKAT KONFLIK YANG TERJADI DI MESIR

asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah

 

Muqaddimah
Banyak kalangan yang prihatin dengan kondisi di Mesir. Karena mereka melihat bahwa Presiden Muhammad Mursi, yang berasal dari partai yang berlabelkan Islam dan disebut-sebut sebagai tokoh yang memperjuangkan Islam, ternyata dikudeta oleh pihak militer. Tentu saja pembahasan tentang sebab-sebab dan alasan kudeta tersebut merupakan pembahasan rumit dan sangat terkait dengan situasi politik dalam negeri Mesir.

Namun terlepas dari itu, kita perlu tahu siapa sebenarnya Muhammad Mursi ini? Apakah benar dia seorang tokoh yang memang hendak memperjuangkan Islam? Benarkah berbagai aksi demo pembelaan terhadap Mursi ini berarti pembelaan terhadap Islam? Dan apakah benar dengan dilengserkannya Mursi berarti dilengserkannya Islam?

Seorang muslim dituntut untuk bersikap berdasarkan ilmu, yaitu ilmu yang benar berdasarkan al-Kitab dan as-Sunnah dengan manhaj salaful ummah. Sehingga segala sikap dan peniliannya berdasarkan prinsip tersebut. Bukan semata-mata karena emosi, semangat, perasaan, atau “yang penting Islam.”

Maka perlu kita mendengar bagaimana penjelasan para ‘ulama ahlus sunnah dalam masalah ini. Yaitu ‘ulama yang benar-benar berjalan di atas al-Kitab dan as-Sunnah dengan manhaj salaful ummah.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, mari kita ikuti penjelasan salah seorang ‘ulama ahlus sunnah dari Madinah asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah. Beliau dikenal sebagai ‘ulama yang banyak mengetahui seluk-beluk ‘pergerakan-pergerakan Islam’. Kami terjemahkan penjelasan beliau ini dengan terjemahan bebas dan dengan sedikit diringkas. Juga kami lengkapi dengan catatan kaki pada beberapa kalimat yang membutuhkan penjelasan, untuk membantu pembaca memahaminya. Semoga bisa memberikan pencerahan kepada kita semua.
_____________

Pertanyaan : Ada sebagian pihak yang mengatakan, bahwa keberhasilan Ikhwanul Muslimin (IM) mencapai tampuk kepemimpinan [1] adalah seperti kemenangan kaum muslimin dalam perang Badr, dan tatkala IM lengser adalah seperti kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud. Sebagian pihak lagi mengatakan, bahwa ini adalah perang antara Islam lawan kekufuran. 

Jawab : Kejadian (di Mesir) ini kami dengar sebagaimana anda mendengarnya. Namun berapa dari hukum (syari’at) Islam yang mereka (IM) terapkan? Sungguh demi Allah,

Pertama: Aku sebelum ini justru berangan-angan kalau IM (di Mesir) bisa menjalankan kekuasaannya selama 4 tahun! Dengan itu tidak ada lagi alasan sama sekali setelahnya. Yakni agar semua pihak menyaksikan apa yang mereka terapkan dari hukum-hukum Islam ini. [2]

Kedua: Perintah Allah yang pasti terlaksana dan kehendak-Nya pasti mengalahkan (segala kehendak makluk). Tidak ada yang bisa menolak keputusan dan hukum-Nya. Subhanahu wa Ta’ala. [3]

Ketiga: IM telah menjalankan kekuasaannya selama 1 tahun di mesir. Lihat apa yang mereka perbuat? [4]

Keempat: ____ (suara terputus) nashrani

Kelima: Sebelum memegang kekuasaan, sudah mengatakan bahwa hukum potong tangan dan hukum cambuk bukan bagian dari syari’at Islam! Itu hanyalah perkara ijtihadiyah!! Pernyataan ini ada dan terekam. Ini dinyatakan sebelum menang dalam pemilu. … maka bagaimana bisa kemenangan IM ini diserupakan dengan kemenangan pada perang Badr?

Kesimpulannya, mereka itu adalah para penyeru demokrasi sejak awal.

Bahkan aku sendiri mendengar dia mengatakan, bahwa hukum itu adalah milik rakyat, bersumber dari rakyat juga, bukan (milik /dari) Allah.

Di mana itu ayat
{إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاه} [يوسف: 40]
“Tidak ada hukum kecuali milik Allah. Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali kepada-Nya.” (Yusuf : 40) Yang mereka selama ini  menghujat kita (ahlus sunnah) [5], dan mereka mengkafirkan kaum muslimin karena tidak menerapkan ayat ini dalam penilaian mereka. [6]

Keenam: Jalan (cara) yang kalian buat (untuk bisa naik ke kursi kekuasaan), maka kalian terjatuh melalui jalan (cara) itu pula. Jalan (cara) yang kalian buat (untuk bisa naik ke kursi) adalah kalian menuntut/menyuarakan pembebasan (negeri Mesir), yang di antaranya sampai Yusuf al-Qaradhawi datang dan menyerukan itu di mimbar Jum’at! Dengan itu kalian (IM) berhasil naik ke kursi.  Maka sekarang pun kalian (IM) jatuh dengan cara yang sama, yaitu adanya tuntutan pembebasan (negeri Mesir) dari rakyat.

Ketujuh: Mereka sendiri menyatakan, bahwa kebebasan rakyat tidak boleh dibatasi. Sementara demo yang terjadi sekarang merupakan tuntutan kebebasan rakyat. Dalam undang-undang dinyatakan rakyat tidak boleh dibatasi kebebasannya. Maka mereka bebas menyatakan kemauannya. Kalian (IM) menuntut keinginan kalian. Namun kini mereka berhasil mengalahkan kalian. Maka, bukankah “hukum adalah milik rakyat”.?!

Kedelapan: Sebagaimana dikatakan dalam sebuah bait syair,
أعلمه الرماية كل يوم … فلما اشتد ساعده رماني
وكم علمتُه نظم القوافي … فلما قال قافية هجاني
“Aku ajari dia memanah setiap hari, namun ketika dia kuat tangannya dan sudah mahir memanah justru dia (balik) memanahku.
Sudah berapa banyak aku mengajarinya (cara) pembuatan syair, namun ketika dia telah bersyair, justru dia  menghujatku (dengan syair itu)” 

(Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi melanjutkan): Sejak awal aku sudah katakan, bahwa IM akan meneguk dari gelas yang darinya Husni Mubaraki meneguk, bahkan lebih jelek lagi. [7]
رَأَيْتَ بَنِي الدُّنْيَا إِذَا مَا سَمَوْا بِهَا … هَوَتْ بِهِمُ الدُّنْيَا عَلَى قَدْرِ مَا سَمَوْا
Engkau lihat ahli dunia ketika dia berhasil tinggi (popular, terkenal, kaya, dll) dengan dunianya,
Maka dunia itu akan membuat dia terpelanting sesuai dengan ketinggian yang ia raih

Mereka menghendaki sesuatu, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُور} [غافر: 19]
“mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”  (Ghafir : 19)

Kesembilan: Pemerintahan-pemerintahan yang ada ini – kata mereka (IM) – semuanya  adalah antek-antek Amerika, Yahudi, dan Israel. Namun anehnya, begitu memegang tampuk kekuasaan, IM langsung memperbaruhi dan menguatkan perjanjian persahabatan dan kerjasama dengan Yahudi!! Amerika-lah yang sejak awal menekan mereka. Maka tidaklah Mursi naik ke kursi kekuasaan kecuali setelah Amerika yakin bahwa pemerintahan Mursi tidak akan mengubah perjanjian damai dengan Israel!! Bagaimana pemerintahan-pemerintahan yang ada dinyatakan kafir, sementara yang memperbaruhi perjanjian tidak kafir?! Kami tidak mengkafirkan, (Ini berdasarkan kaedah mereka sendiri). Bagaimana Husni Mubarak, Anwar Sadat dinyatakan kafir karena mereka berdamai dengan Yahudi. Sementara yang memperbaruhi, mengokohkan dan memprogandakan perjanjian tersebut tidak dinyatakan kafir?

Partai sekuler di Turki tidak membuat perjanjian dengan Yahudi. Namun ketika Najmudin Erbankan (IM) naik, malah membuat perjanjian persekutuan militer dengan Yahudi!! Dan masih terus berlaku! Ketika pemerintahan IM berhasil digulingkan, maka perjanjian persekutuan militer tersebut langsung dihentikan.

Wahai saudaraku…
Aku tahu, sebenarnya sebagian saudara-saudara kita tidak suka dengan pembicaraan seperti ini. Karena ini membuka kejelekan-kejelekan. Padahal IM sebenarnya sudah sangat jelas berbagai penyimpangannya. Namun banyak dari umat ini yang lalai, seakan mereka tidak mengikutinya sebagaimana kami mengikutinya. Maka janganlah menyikapinya berdasarkan perasaan semata. Mungkin mereka menyaksikan itu semua (pernyimpangan-penyimpangan IM), namun mereka lupa. Maka umat ini perlu adanya orang-orang (para da’i) yang mengingatkan penyimpangan-penyimpangan yang muncul dari IM.

Sepuluh: Selalu meneriakkan “hukum, hukum, hukum”. Namun tatkala memegang tampuk, apa yang mereka (IM) perbuat? Apakah mereka melakukan perubahan. Apakah hukum Islam menjadi satu-satunya sumber hukum? Tidak!

Tatkala IM “berhasil” di Tunisia, apa yang terjadi? “Hilangkan Islam sebagai sumber hukum”. Islam tahakkum tidak ada pada mereka. Yang ada pada mereka adalah Islam hukum.

Tahukah kalian apa itu Islam hukum? Apa bedanya dengan Islam tahakkum?

Sebenarnya hukum yang mereka maukan adalah bahwa Ikhwanul Muslimin-lah yang meletakkan hukum (kebijakan).[8]

Sementara tahakkum adalah diterapkannya Islam. Maka Islam apakah yang mereka terapkan? Sama sekali mereka tidak menerapkan Islam!! Sampai-sampai seorang perempuan kafir heran terhadap mereka (IM). Karena memang mereka seolah mengangkat syiar Islam. Padahal mereka sama sekali tidak menerapkan Islam. Namun mereka memperjuangkan Islam hukum. Apa itu? Yaitu mengejar kursi!
Oleh karena itu, ketika terjadi konflik ini, salah seorang di antara mereka mengatakan, “Jatuhnya Mursi ini sebanding dengan Kesyirikan kepada Allah!” ya, dengan lafazh ini.
Wahai saudara-saudaraku,
Sekarang kalian tahu apa itu Islam hukum dan Islam tahakkum. Islam tahakkum adalah penerepan Islam secara hakiki, ini tidak mereka maukan. Karena ini berarti ‘menzhalimi kebebasan manusia’. Oleh karena ini, di Tunisia kedai-kedai minuman keras dan bar semakin menjamur!! Sampai-sampai seorang wanita kafir spanyol terheran-terheran dengan fenomena tersebut!
Adapun Islam hukum, adalah IM sampai ke kursi!! Sehingga merekapun berjuang mewujudkan Islam hukum, bukan Islam tahakkum.
Demi Allah, kalau sampai mereka memerintah kalian di negeri ini niscaya kalian melihat pemandangan yang lebih jelek dari sekarang. Aku memohon kepada Allah agar tidak mendatangkan orang-orang seperti mereka menguasai negeri ini!  Na’udzubillah min dzalik. Janganlah kalian tertipu dengan mereka (IM). Wajib atas kita semua untuk bahu membahu saling bergandengan tangan dengan pemerintah dan para ‘ulama ahlus sunnah yang ada. …
Semoga Allah menjauhkan dari kita berbagai fitnah, yang tampak maupun yang tersembunyi.
* * *
Kaum wanita tidak boleh masuk dalam urusan seperti ini. “Ada seorang wanita yang terbunuh di Iskandariyah, maka kaum wanita terpaksa keluar berdemo”, katanya. Ini tidak boleh. Jika ada orang-orang yang dizhalim terbunuh, maka Allah yang akan membela mereka. Adapun kalian kaum wanita ikut-ikutan berdemo, maka ini sesuatu yang bukan urusan/tugas kalian.

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman kepada para isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  – maka lebih-lebih wanita yang di bawah mereka kemuliaan dan keutamaannya – “Tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dengan cara berhias jahiliyah dulu.”

Seorang wanita itu aurat, apabila dia keluar maka akan diintai oleh syaithan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka bagaimana wanita keluar untuk sesuatu yang bukan urusannya, dan justru malah meninggalkan urusan (tugas/kewajiban)nya, yaitu urusan rumahnya, anak-anaknya, suaminya.
* * *
Namun Ikhwanul Muslimin tidak mengerti ini semua. Karena mereka tidak tahu kecuali “Islam hukum“, adapun “Islam tahakkum” maka mereka tidak mengakuinya, mereka mengingkarinya.  Mereka hanya tahu “Islam hukum“, yaitu mengejar kursi. Ini yang mereka perjuangkan. Sampai-sampai kalian dengar berbagai omongan dusta, “bahwa Nabi-lah yang mengangkat Mursi.”, dan banyak kedustaan lainnya.

Maka sungguh mengagumkanku pernyataan Muhammad Hamid al-Faqi, “Mereka itu adalah khawwanul muslimin (para pengkhianat kaum muslimin)”
download suara
_____________

Penutup
Dari penjelasan asy-Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahullah di atas, nyatalah kepada kita semua siapakah hakekat Muhammad Mursi sebenarnya, dan secara lebih umum lagi siapa dan bagaimana sepak terjang Ikhwanul Muslimin, khususnya di Mesir kali ini. Sehingga jelaslah kepada kita, bahwa konflik di Mesir, baik pihak yang dikudeta maupun pihak yang mengkudeta bukanlah pihak yang mewakili Islam dan sama-sama tidak memperjuangkan Islam. Konflik Mesir ini merupakan fitnah dan musibah.

Sehingga kaum muslimin secara umum, dan di Mesir secara khusus, sikap mereka yang benar adalah sebagaimana yang dinasehatkan oleh al-’Allamah asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah adalah menghindar dan menjauh dari fitnah ini. Nasehat beliau ini merupakan nasehat emas yang bersumber dari dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah serta tauladan dari as-Salafush Shalih.

Adapun ikut berkomentar tanpa ilmu, ikut bereaksi, ikut berdemo, maka itu bukanlah sikap yang benar, dan sama sekali tidak memberikan penyelesaian. Bahkan sebaliknya, sikap tersebut justru memperkeruh suasana. Semakin demo digencarkan, maka semakin kekerasan yang timbul bahkan pertumpahan darah. Akan semakin banyak korban berjatuhan. Kasus terakhir kejadian rabiah adawiyyah dan nahdhah kemarin, yang disebutkan 2200 jiwa melayang!! Allahul Musta’an. Janganlah kita terpedaya dengan pidato berapi-api dari “para tokoh Islam”, yang terus memberikan semangat kepada kaum muslimin untuk “berjihad”. Padahal hakekatnya para tokoh tersebut sangat tidak sayang kepada kaum muslimin, tidak menyadari betapa mahal dan berharganya darah seorang muslimin. Hati-hati dan waspadalah wahai saudaraku, dari paham khawarij yang sangat berbahaya!! Sejarah membuktikan, tidaklah paham tersebut kecuali memang berujung pada pedang dan pertumpahan darah!!

Apabila kita menyaksikan sepak terjang Ikhwanul Muslimin, sejak dulu, baik di Mesir dan di negeri-negeri lainnya, tampak jelas kepada kita bahwa mereka tidak menegakkan dinul Islam dengan sebenarnya. Dan inilah salah satu sebab terbesar kegagalan mereka di berbagai tempat. Karena di antara sebab kekuasaan dan kekokohan adalah menegakkan agama ini dengan sebenarnya.


[1]  Yaitu dengan berhasilnya Muhammad Mursi meraih kursi Presiden di Mesir.

[2]  Hal sebagaimana disaksikan oleh sejarah, baik di Sudan, Turki, Tunisia, dll, tatkala Ikhwanul Muslimin berhasil meraih kemenangan dalam politik, maka pada kenyataannya justru mereka tidak menerapkan syari’at/hukum Islam yang selama ini mereka teriakkan.

[3]  Yakni apa yang disampaikan oleh Syaikh di sini adalah berdasarkan prinsip dan manhaj Ikhwanul Muslimin yang memang banyak penyimpangan padanya, dan berdasarkan fakta sejarah. Bukan hendak mendahului taqdir Allah.

[4] Yaitu di Mesir. Apakah benar mereka menerapkan syari’at Islam ataukah tidak?

[5]  Yakni para ‘ulama ahlus sunnah mereka anggap tidak konsekuen dengan ayat ini.

[6]  Ini merupakan prinsip paham khawarij sejak awal kemunculan mereka. Dengan prinsip ini mereka mengkafirkan pihak-pihak yang mereka nilai tidak berhukum dengan hukum Allah. Termasuk pemerintah-pemerintah muslimin hari ini.

[7]  Yakni perjalanan IM tidak akan jauh berbeda dengan perjalanan Husni Mubarak. Disebabkan karena IM tidak mau berpegang kepada Islam yang benar, yaitu al-Kitab dan as-Sunnah berdasarkan pemahaman Salaful Ummah.

[8]  Yaitu slogan yang selama ini mereka teriakkan adalah “hukum Islam, hukum Islam.”  Seolah mereka menginginkan diterapkannya hukum Islam di muka bumi. Padahal hakekatnya tidak demikian. Karena fakta menunjukkan tatkala mereka berhasil meraih tampuk kepemimpinan, baik di parlemen maupun kepresidenan, ternyata mereka sama sekali tidak menerapkan hukum Islam. Jadi slogan “hukum Islam” yang mereka teriakkan hakekatnya tidak lebih sebagai alat atau kendaraan agar mereka bisa sampai ke kursi kekuasaan
 
sumber : http://www.salafy.or.id/hakekat-konflik-yang-terjadi-di-mesir/
 
 

Minggu, 04 Agustus 2013

"Biarin aja,kecil-kecil nakal,besarnya jadi 'Ulama itu...

Apakah kalian pernah mengalami?

ketika masih sibuk membuka mushaf al quran di masjid tiba-tiba meluncur sebuah benda ke arah kalian. benda ini bukan sebuah peluru 7,62 mm dari senjata AK 47, bukan juga sebuah granat yang telah lepas kait pengamannya,akan tetapi sebuah sandal. sandal milik seorang anak Yaman yang sedang bermain lempar-lemparan di masjid ketika mereka sedang ada dars. kesal? marah? ingin membalas melempar mereka? sepertinya kalian harus mengurungkan niat itu,istighfar,sambil ngelus dada atau mereka akan menjadi jadi.

Apakah kalian pernah mengalami?

Ketika masih dikamar mandi umum, tiba-tiba mendarat sebuah gayung kaleng berisi air berasal dari kamar mandi sebelah,apesnya, air dalam gayung tumpah semua kebaju yang kalian pakai,tak lama setelah itu terdengar suara ketawa cekikikan anak-anak yaman. kesal? marah? mau membalas melempar mereka? yang ada hanyalah ngedumel sendiri di kamar mandi atau mereka akan menjadi jadi.

Itu hanya sedikit kisah nyata yang pernah di alami ikhwah indonesia di Ma'bar Yaman, dan masih banyak kisah kenakalan dan "kebrutalan" anak-anak Yaman, mulai dari berkelahi ketika dars Syaikh sedang berlangsung hingga memanjat atap sakan yang terbuat dari seng sambil berlari-larian layaknya selebrasi mencetak gol,terbayang sudah,betapa gaduhnya suasana yang tinggal didalam sakan.

Hukuman untuk mereka sepertinya juga tidak ringan, sebuah 'asho yaitu tongkat kayu sebesar jempol orang dewasa yang selalu dipegang oleh mursyid. 'asho bisa mendarat di tangan, badan dan kaki mereka, tapi tidak pernah di bagian kepala. itu kalau mereka tertangkap, kalau tidak, ya paling kejar2an sama mursyid. jangan salah,anak anak itu lebih gesit dan lincah. otomatis mereka lolos dengan mudahnya.

Pernah sekali aku merasakan 'asho, pas itu mursyid tidak sengaja memukul, terkena telapak kakiku, rasanya...hmmm lumayan. cukuplah bikin pincang berjalan beberapa detik. entah terbuat dari kayu apa itu.

Tapi semua itu hanyalah kenakalan anak-anak, tak lebih dari perbuatan seorang manusia yang belum baligh. Yang tak ubahnya anak-anak pada umumnya,walaupun sudah berkelahi,jotos-jotosan,tendang-tendangan, kalo udah selesai ya selesai, tak terselip dendam dalam hatinya.besoknya lagi kita lihat sudah saling bercanda kembali.

Memang, mendidik anak-anak yaman perlu perlakuan "spesial" dengan sedikit ayunan 'asho. tapi jangan heran, anak-anak yaman juga di beri kelebihan spesial, ini merupakan fadhilah dari Allah Azza wa Jalla berupa kekuatan hafalan dan kecerdasan yang luar biasa,membuat kita berdecak kagum sambil berucap "Masyaa Allaah".

Akan banyak kalian temui anak-anak hafal al qur'an dalam waktu hitungan bulan saja. Asy Syaikh Al Imam sendiri menyelesaikan hafalan Al Quran dalam waktu 4 bulan saja,ada yang menyebutkan 6 bulan. Hanya dengan sekali berdiri, mereka bisa menyetor puluhan hadits kepada syaikh ketika dars,lengkap dengan sanadnya.Ingin mencoba mengetes hafalan ribuan syair Alfiyyah Ibnu Malik? mereka bisa membolak balik dari belakang ke depan. mumtaz !

Disebabkan keutamaan yang Allah berikan kepada Ahlul Yaman,Allah lembutkan qolbu mereka menerima kebenaran,di negeri dimana prinsip-prinsip ahlussunnah ditegakkan.

عن أبي هريرة قال : قال رسول الله : أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ أفئدة و ألين قلوبا, الإيمان يمان و الحكمة يمانية (متفق عليه)

Dari Abu huroiroh beliau berkata : Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, Iman itu ada pada yaman, dan hikmah ada pada yaman. [ HR. Bukhari-Muslim]

Sedikit mengulang kembali kisah shahabat Rasulullah, Abu Hurairah Abdurrahman Ibnu Shakhar,beliau berasal dari kabilah Ad Daus di Yaman yang hanya bertemu dengan Rasulullah selama 4 tahun akan tetapi beliau yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah.

Dan satu hal yang tidak terlepas dari mereka sebagai seorang anak adalah fitrah. fitrah mereka yang terjaga dan masih bersih menjadi faktor pendukung yang kuat.

Mata mereka terjaga dari penglihatan yang mengundang syahwat.bagaimana tidak,jika disini seorang wanita keluar rumah tanpa cadar saja sudah dianggap aib, aib bagi agama dan kabilahnya.

Telinga mereka terjaga dari musik dan lagu-lagu ,yang sejatinya hanya melalaikan,walaupun bersyairkan islami. mereka lebih memilih hape cina dengan soundnya yang keras agar bisa mereka tenteng kemana-kemana sambil mendengarkan murottal Maher, Ghomidy, atau Sudais.

Itulah fitrah…masih bersih.

Fitrah mereka tak teracuni dengan dongeng fiktif penuh kebohongan. Dongeng khayalan yang hanya membuat anak-anak berandai-andai bisa menghilang,bisa terbang,dan bisa melakukan hal-hal ajaib lainnya. juga cerita-cerita yang tidak jelas kebenarannya. Mereka lebih tahu kisah tentang kepemimpinan Rasulullah, kisah tentang kesetiaan Shahabat Tholhah bin Ubaidillah yang rela menerima 90 tusukan dan sasaran panah demi melindungi Rosulullah pada waktu perang Uhud. Coba tanya ke mereka siapa panglima perang termuda?mereka akan menjawab Usamah bin Zaid,yang usianya belum melebihi dua puluh tahun pada waktu itu.juga mereka lebih suka kisah tentang kesabaran dan semangat ulama Baqi bin Makhlad yang rela menempuh perjalanan ke negeri Hijaz selama 20 tahun dengan berjalan kaki demi mencari ilmu syar'i.

Fitrah mereka tak terkotori dengan cerita horor dan menyeramkan yang sejatinya hanya membuat ketakutan yang dibuat-buat sendiri,yang hanya membuat paranoid kemudian menjelma menjadi bermacam-macam pikiran absurd. kejadian seseorang yang kesurupan jin disini menjadi semacam tontonan asyik buat mereka,sampai sampai Mursyid harus turun tangan untuk membubarkan mereka.setiap ada jenazah yang selesai dimandikan dan dikafani,mereka sudah menunggu diluar dan tak sabar untuk melihatnya.mereka melewati jalan ke arah markiz ratusan meter di malam gelap gulita tanpa penerangan sama sekali tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Begitulah,hingga akhirnya mereka tumbuh dewasa dengan fitrah yang masih bersih dengan bimbingan agama yang kuat. kenakalan yang dulu ada menjadi sebuah kematangan jiwa dan keberanian. kebrutalan yang dulu ada menjadi kesetiaan dan kesabaran.

Seperti tidak berlebihan ketika ada seorang ikhwah indonesia yang saking jengkelnya dengan tingkah laku anak-anak berkata dengan guyon " biarin aja,kecil-kecil nakal,besarnya jadi 'Ulama itu...hehee "

Itulah FITRAH....

- Nas alullaha assalamah wal tsabaat 'ala rosyad.
25 Ramadhan 1434H,Ba'da Shubuh di ghurfah atas masjid, Ma'bar Yaman.
sumber : FB al-Akh Gawinda Putra