Selasa, 13 November 2012

Saya dari Malaysia berusia 20 tahun. dan ingin segera mendirikan rumah tangga. Tapi ibu tidak setuju. bahkan mengatakan “anak tidak mengenang budi”. Saya ingin bertanya bagaimana cara merawat hati yang kecewa dengan sikap ibu….?

Pertanyaan
 
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabrakatuh.
sy(saya) dari Malaysia berusia 20 tahun.sngt muda utuk mendirikan rumah tangga pada masakini. pertam skali sy memohon maaf sekira nya tulis taip ini sukar di fahami kerana perbezaan negara.
insya allah sy dan tunangan sy sudah bersedia utk mendirikan rumah tangga pada akhir tahun ini. alhamdullilah tunangan sy merupakn seorang pekerja tetap penjawat awam(government sector). sy juga akan tamat kuliah pemegang diploma pada akhir tahun ini.

sy telah bertunang selam setahun. oleh itu, tunangan sy telah mengambil keputusan untuk menikahi sy pd akhir tahun ini. masalah disini timbul apabila ibu sy enggan membenarkan pernikahan dan majlis kahwen berlangsung pd tahun ini. ibu sy memberi alasan, masih muda dan ingin tunggu sy mendapatkan pekerjaan yang tetap dan tunggu sehingga ibu sy sendiri yang menetapkan majlis pernikahan kami.
tunangan sy telah berbincang dgn ibu sy supaya membenarkan kami bernikah pada akhir tahun ini, kerana tunangan sy telah merasakan wajib utk die menikahi sy kerana kami telah bercinta selama 3 tahun dan mampu untuk mengemudi rumah tangga kami.

namun, ibu sy tetap berkeras dengan pendirian nya, ibu telah mengatakan tidak kisah dgn semua alasan yg diberikan tunangan sy dan tidak membenarkan ayah sy utk menjadi wali serta tidak kisah sekira nya kami bernikah di Siam mau pun pergi ke mahkamah.

justeru itu, sy dan tunangan telah hadir ke kurusus kahwin dan disitu telah diajar bagaimana sekira nya tidak mendaptkan kebenaran wali. sy dan tungan sy telah pergi ke mahkamah utk mendapatkan wali hakim. alhamdulillah keputusan mahkamah amat sy hormati, mahkamah telah menetap kan bahwa ayah sy tetap menjadi wali kpd sy TETAPI sekiranya ayah saya berubah fikiran enggan menjadi wali,maka secara automatik sy mendapat wali hakim kerana ini bagi menutup aib keluarga sy jika wali tidak hadir dan enggan.
masalah lain pula yg telah timbum apabila, ibu sy tidak berpuas hati dengan keputusan wali. ibu sy telah menceritakan tentang hal ini kepada seluruh sanak saudara nya serta rakan sekerja dan jiran tetangga. lebih memilukan hati sy lagi, ibu sy telah menokok tambah cerita kpd mereka yang dikenali nya. sy dapat tahu apabila, pakcik, makcik telefon sy dan terus menuduh sy sebagai ank derhaka yang tidak mengenang budi kerana sanggup saman ayah sendiri utuk pergi ke mahkamah. hati sy juga semakin sedih apabila, pandangan mereka terhadap sy semasa pulang ke kampung pada hari raya juga berlainan dr biasa nya.

namun, sy masih boleh bertahan lagi, sy dan tunangan sy serta ahli keluarga tunangan sy yg banyak membantu utuk menyiapkan majlis perkahwinan yang akan berlangsung pada akhir tahun ini.
tinggal lagi 2bulan utuk sy bernikah, pd baru2 ini ibu sy telah menetapkan syarat semula, apabila meminta tungan sy menyediakn wang hantaran sebanyak RM10,000 ( unit Malaysia) tunai semasa hari pernikahan kami utk diserahkan kepada ibu sy. die memberi alasan sebagai jaminan sekira nya takut sy diceraikan oleh suami sy di kemudian hari. sy menjadi semakin berkecil hati dengan ibu sy, keran die langsung tidak membantu menyiakan majli pernikahan dan kenduri kahwen yg akan berlangsung akir tahun ini.

sy juga tidak tahu cara bagaimana untuk membersihkan nama saya pd sanak- saudara serta jiran dan rakan sekerja ibu sy. pelbagai ruduhan yang mereka lemparkan kepada saya seperti “anak tidak mengenang budi”, “sy lebih utamakan tunangan sy”, yg paling memilukan ibu sy mengatakan “jika tau kau nak berkahwin awal dan menimbulkan masalah begini, baik ibu bunuh kau masa kecil dulu”.sy terlalu terkejut dengan kata- kata die ustaz.
sy ingin bertanya dakah sy anak dehaka ustaz?..dan bagaimana cara merawat hati yang kecewa dengan sikap ibu sy ini.
terima kasih. p/s mohon dibalas..
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabrakatuh..

Jawabannya
wa’alaikummussallam warahmatullahi wabarakatuh. Maaf baru sempat balas. Saudari yang saya hormati, mungkin ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan yang terkait dengan pertanyaan saudari.
  1. Umur 20 tahun bukanlah umur yang terlalu muda untuk menikah. Umur 20 umur yang sangat pantas untuk seorang  gadis untuk menikah.
  2. Maaf kalau selama ini saudari berpacaran dengan calon saudari maka hal ini sebuah kekeliruan dan perbuatan maksiat yang saudari harus bertaubat kepada Allah karenanya. Saudari harus menjaga pergaulan dengan calon saudari karena dia bukan siapa-siapa sebelum adanya akad pernikahan.
  3. Kalau karena alasan masih muda dengan umur seperti saudari sekarang dan karena alasan belum mendapatkan pekerjaan lalu ibu saudari melarang saudari menikah maka hal ini sebuah kekeliruan. Tidak boleh ibu saudari menghalangi saudari menikah dengan laki-laki baik pilihan saudari.
  4. Nasehat saya supaya saudari memperbanyak doa agar Allah memudahkan urusan saudari.
  5. Lakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menjadi sebab luluhnya hati ibu dan bapak saudari. Diantaranya dengan doa, memberi hadiah atau pergaulan yang baik.
  6. Saudari tetap wajib untuk berbakti kepada orang tua saudari dan bershabar dengan sikap ibu saudari.
  7. Seyogyanya saudari untuk meminta maaf kepada ibu saudari. mungkin saudari kurang ada upaya pendekatan yang baik atau muamalah yang baik ketika berbicara yang terkait dengan masalah ini.
  8. Diantara mengobati kekecewaan dengan ibu saudari.
  • Sadarilah bahwa kemungkinan kesalahan ibu saudari karena ketidaktahuan/ketidak ada ilmuan ibu saudari bahwa tindakkannya justru malah merugikan putrinya. Atau karena mungkin saudari di awal-awal rencana pernikahan kurang memberikan penjelasan yang baik, dengan cara yang baik kepada ibu saudari. Atau sadarilah yang diinginkan ibu saudari adalah kebaikan namun ibu saudari tidak mengetahui mana kebaikan yang sesungguhnya dalam masalah ini. Sehingga dengan ini saudari bisa mengobati hati yang kecewa terhaap ibu.
  • Yang perlu saudari ketahui dan sadari kesalahan ibu saudari tidak sebanding dengan kebaikkannya yang sangat banyak kepada saudari. Dari mulai kepayahan dalam mengandung, membesarkan dan mendidik saudari. Belum lagi kasih sayang dan cinta serta pengorbanan yang diberikan ibu saudari kepada saudari selama ini.
  • Mengingat-ngingat ayat-ayat dan hadits-hadits tentang kedudukan orang tua yang besar disisi anak-anaknya. Menjadi sebab insya Allah mengobati kekecewaan saudari. Diantaranya sebagaimana dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahhu ‘alaihi wasalam seraya berkata : “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab : “Ibumu.” Dia bertanya kembali : “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Ibumu.” Dia bertanya kembali : “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Ibumu.” Dia bertanya kembali : “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Mengingat-ingat ayat-ayat dan hadist-hadits tentang kewajiban dan keutamaan berbakti kepada orang tua. Dan mengingat ayat-ayat dan hadits tentang ancaman durhaka kepada orang tua. Insya Allah menjadi sebab mengobati kekecewaan saudari. Diantaranya dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata, aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Amal apakah yang paling Allah cintai?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi : “Kemudian apa lagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Berbakti kepada orang tua.” Aku bertanya lagi : “Kemudian apa lagi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Adapun tentang dosa durhaka kepada orang tua.  Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda: ”Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa besar yang paling besar (diucapkan 3 kali), para shahabat berkata : ‘Tentu wahai Rasulullah’, Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda: ‘ Menyekutukan Allah (berbuat syirik) dan durhaka kepada orang tua… ” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Bakrah Radiyallaahu ‘anhu) Wallahu a’lam bish shawwab itu mungkin yang bisa ana sampaikan, semoga bermanfaat. semoga Allah mudahkan urusan saudari. (di jawab oleh Abu Ibrahim Abdullah Al-Jakarty). http://nikahmudayuk.wordpress.com/2012/10/30/1187/

0 komentar:

Posting Komentar