Sesungguhnya
yang langsung terlintas pada bergugurannya orang-orang yang zhalim dan
mubtadi’ (ahli bid’ah), agar diketahui dengan ilmu yaqin tentang kemana
mereka kembali, dalam lembah apa mereka binasa, dan dalam kehinaan apa
yang menimpa mereka di dunia, sebelum di akhirat.
Ini
ada (kisah) satu orang sesat mubtadi yang dalam waktu bertahun-tahun
yang sangat lama merusak agama orang-orang dan menggunakan kedudukannya
untuk menyesatkan orang-orang dan menghalangi mereka dari agama mereka.
Dia
terus dalam kecongkakannya, kesombongannya dan kesewenangannya sampai
masa khalifah al-Mutawakkil yang membenci bid’ah dan mencintai sunnah
dan ahli sunnah. Sehingga beliau mencopot Ahmad bin Abi Duad (-seorang
tokoh Mu’tazilah-) dan memerintahkan untuk menyita harta Ahmad bin Abi
Duad dan anaknya Muhammad bin Ahmad bin Abi Duad, setelah nampak
pengkhianatan Muhammad bin Ahmad bin Abi Duad dalam masalah hukum dan
kehidupannya yang jelek terhadap kaum muslimin. Kemudian Ahmad bin Abi
Duad terkena sakit lumpuh selama empat tahun dan tegeletak di tempat
tidurnya, tidak mampun untuk menggerakkan sesuatupun dari jasadnya dan
terhalang untuk menikmati keledzatan dunia.
Dia
berkata tentang sakitnya: “Sesungguhnya aku mempunyai satu belah badan
yang kalau dipotong dengan gunting, aku tidak merasakannya dan satu
belah yang lain kalau dihinggapi lalat, seakan-akan berasal dari neraka
jahannam.”
Satu orang pernah
masuk menemuinya, dan berkata: “Demi Allah, tidaklah aku datang untuk
menjengukmu, tapi aku datang untuk membuatmu berkabung atas dirimu, dan
aku memuji Allah yang telah memenjarakanmu dalam tubuhmu sendiri yang
lebih menyiksamu daripada penjara apapun.” Sehingga ucapan itu
menambahnya kesedihan dan gundah gulana.
Yang
sangat pantas untuk diceritakan bahwa awal penyebab sakitnya adalah
dari dirinya, ketika dia mendoakan kejelekan untuk dirinya pada hari
terbunuhnya seorang imam ahli sunnah Ahmad bin Nasher, dia berkata
kepada Khalifah al-Watsiq: “Semoga Allah menahanku dalam kulitku sendiri
bila dia dibunuh karena sebuah perkara yang salah.” Sehingga
pengijabahan doa datang yang menunjukkan karamah langit atas kebenaran
sunnah dan kesesatan bi’dah.
Ahmad
bin Abi Duad –si sesat dan mubtadi’- meninggal pada 23 Muharram 240 H
setelah dia terkena sakit dan dicopot dari kedudukannya. Dan telah
diriwayatkan banyak mimpi jelek yang menunjukkan dia suul khatimah.
Imam
Ahmad telah memaafkan setiap orang yang menyakitinya ketika terjadi
fitnah (dipaksanya orang untuk meyakini bahwa al-Qur’an adalah makhluk
oleh Mu’tazilah dan dibunuhnya atau disiksanya orang-orang yang tidak
menurutinya) kecuali Ahmad bin Abi Duad. Telah datang riwayat yang
tsabit ketika terjadi penghakiman Ahmad bin Abi Duad terhadap Imam Ahmad
bin Hambal di depan khalifah, Imam Ahmad mengangkat kedua tangannya dan
mendoakan kejelekan untuk Ahmad bin Abi Duad: “Ya Allah sesungguhnya
dia menzhalimiku, dan tidak ada penolong bagiku kecuali engkau. Ya Allah
tahanah dia pada kulitnya sendiri dan siksalah dia.”
Sehingga
Ahmad bin Abi Duad tidaklah mati sampai dia ditimpa sakit lumpuh, dan
mengering setengan tubuhnya dan setengah yang lainnya tetap hidup.
Banyak orang masuk menemuinya, ketika dia melenguh seperti sapi dan
berkata: “Aku ditimpa doanya Imam Ahmad. Apa urusanku dengan Imam Ahmad.
Apa urusanku dengan Imam Ahmad.” Kemudian dia berkata: “Demi Allah
kalau ada lalat hinggap di setengah badanku, seakan-akan satu gunung
dunia ditaruh di atasnya. Sedangkan setengah badan yang lain, kalau
dipotong, aku tidak merasakannya.”
(Dinukil oleh Abu Usamah al-Jazairi dari Manaqib al-Imam Ahmad karya Ibnul Jauzi.)
Hendaknya
bertakwa kepada Allah orang-orang yang memusuhi dan menyakiti para
pembela sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya ini ada
sebuah ibrah, pelajaran yang besar dan mengingat Allah. “Sesungguhnya
Allah membela orang-orang yang beriman.” Dan dalam hadits Qudsi:
“Barangsiapa yang menyakiti wali-Ku, sungguh aku umumkan peperangan
dengannya.”
Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=124683
http://fatawasalafy.blogspot.com/2011/12/kisah-suul-khatimah-tokoh-ahli-bidah.html
0 komentar:
Posting Komentar