Rabu, 07 Desember 2011

Ciri-Ciri Khawarij ( Teroris )

Ketika Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan perang di desa Ju’ronah -pada perang Hunain, beliau memberikan seratus ekor unta kepada Aqra’ bin Harits dan Uyainah bin Harits. Dan beliau juga memberikan kepada beberapa orang dari tokoh quraisy, pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang kepada yang lainnya. Melihat hal ini, berkatalah seseorang (yang disebut Dzul Huwaisirah) dengan mata melotot dan urat lehernya menggelembung: “Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah”. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan kepada Rasulullah: “Berbuat adillah, sesungguhnya engkau belum berbuat adil!”.

Sungguh, kalimat tersebut adalah bagaikan petir di siang bolong. Pada masa generasi yang terbaik dan di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani berbuat lancang dan menuduh bahwa Rasulullah tidak berbuat adil. Mendengar ucapan ini Rasulullah bersabda dengan wajah yang memerah:

قَالَ فَمَنْ يَعْدِلُ إِنْ لَمْ يَعْدِلِ اللَّهُ وَرَسُولُهُ؟ يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

متفق عليه

Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak berbuat adil? Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia bersabar. (HR. Bukhari Muslim)

Kemudian Umar bin Khathab meminta izin untuk membunuhnya, namun Rasulullah melarangnya. Beliau menghabarkan akan munculnya dari turunan orang ini satu kaum reaksioner sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain:

أَنَّ هَذَا وَأَصْحَابًا لَهُ يُحَقِّرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ وَصَيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَمْرُقُ فِي الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ

(رواه الآجري)

Sesungguhnya terhadap orang ini dan para pengikutnya, salah seorang di antara kalian akan merasa kalah shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka; puasanya dengan puasa mereka; mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari buruannya. (HR. al-Ajurri, Lihat asy-Syari’ah, hal. 33)

Demikianlah Rasulullah mensinyalir akan munculnya generasi semisal Dzul Huwaisirah sang munafiq. Yaitu suatu kaum yang tidak pernah puas dengan penguasa manapun, menentang penguasanya walaupun ia adalah Rasulullah penguasa yang paling adil.

Dikatakan oleh Rasulullah bahwa mereka akan keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Yaitu masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi yang lain dengan tidak terlihat bekas-bekas darah maupun kotorannya, padahal ia telah melewati darah dan kotoran hewan buruan tersebut.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus bacaan al-Qur’annya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca, bahkan mereka hanya sekedar membaca saja.

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَقْتُلُونَ أَهْلَ اْلإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ يَمْرُقُونَ مِنَ اْلإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ َلأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

(متفق عليه)

Sesungguhnya akan ada di antara kaumku ini, ada orang yang membaca al-Qur’an tapi tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca, bahkan mereka hanya sekedar membaca saja. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Jika sekiranya aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum ‘Aad. (HR. Bukhari Muslim)

Dari riwayat ini, kita mendapatkan ciri-ciri lainnya dari kaum khawarij, yakni mereka dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan indah; tapi tidak memahaminya dengan benar. Atau dapat memahaminya tapi tidak sampai ke dalam hatinya. Mereka berjalan dengan hawa nafsu dan emosinya tanpa ilmu sebagai landasannya.



Ciri khas lainnya bagi mereka ini adalah mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Mereka sungguh membahayakan kaum muslimin, terlepas dari niat, bacaan al-Qur’an dan ibadah mereka. Karena mereka menghalalkan darah kaum muslimin hanya karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Untuk itu mereka tidak segan-segan melakukan teror, pembunuhan, pembantaian dan sejenisnya terhadap kaum muslimin sendiri.

Ciri berikutnya adalah kebanyakan di antara mereka berusia muda, namun bodoh pemikirannya karena kurangnya kedewasaan mereka. Sehingga mereka hanya mengandalkan semangat dan kekuatannya saja, tanpa dilandasi oleh ilmu dan pertimbangan yang matang. Hal seperti ini sebagaimana yang terdapat dalam riwayat lainnya, ketika Rasulullah bersabda:

سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آخِرِ الزَمَانِ، أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَاهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يُقُوْلُوْنَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِِيَّةِ لاَ يُجَاوِزُ إِيْمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَ

(رواه البخاري ومسلم)

Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahal pada hari kiamat. (HR. Muslim)

Berkata imam al-Ajurri tentang khawarij: “Tidak ada perselisihan di antara para ulama yang dulu maupun sekarang, bahwa khawarij adalah kaum yang jelek. Mereka bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka melakukan shalat, puasa dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Hal yang demikian tidak bermanfaat bagi mereka, karena mereka adalah kaum yang menyelewengkan makna al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsu mereka dan mengkaburkan pemahamannya terhadap kaum muslimin. (Lihat asy-Syari’ah al-Ajurri, hal. 32)

Rasulullah menjuluki mereka dengan gelaran yang sangat jelek yaitu “anjing-anjing neraka” sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abi Aufa bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda:

الْخَوَارِجُ كِلاَبُ النَّارِ

(رواه ابن أبي عاصم في السنة وصححه الألباني في ظلال الجنة)

Khawarij adalah anjing-anjing neraka. (HR. Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Dlilalul Jannah)

Kebalikannya beliau memuji orang-orang yang membunuh mereka. Beliau juga mencerca mayat-mayat mereka dengan kalimat “sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit”.

Diriwayatkan dari Abi Ghalib bahwa ia berkata: ”Pada saat aku berada di Damaskus. Tiba-tiba didatangkanlah tujuh puluh kepala dari tokoh-tokoh Haruriyyah (khawarij) dan dipasang di tangga-tangga masjid. Pada saat itu datanglah Abu Umamah -sahabat Rasulullah - dan masuk ke masjid. Beliau shalat dua rakaat, dan keluar dan menghadap kepala-kepala tadi. Beliau memandangnya beberapa saat seraya berkata: ”Apa yang dilakukan oleh iblis-iblis ini terhadap ahlul Islam?” (tiga kali diucapkan). Dan beliau berkata lagi: ”Anjing-anjing neraka” (juga tiga kali diucapkan). Kemudian beliau berkata:

هُمْ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمْاءِ خَيْرَ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْهُ

”Sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan sebaik-baik pembunuh adalah mereka yang membunuhnya”

(tiga kali). Kemudian beliau menghadap kepadaku seraya berkata: ”Wahai Abu Ghalib sesungguhnya engkau berada di negeri yang banyak tersebar hawa nafsu dan banyak kekacauan”. Aku menjawab: ”Ya”. Beliau berkata: ”Semoga Allah melindungimu dari mereka”. Aku katakan: ”Tetapi mengapa engkau menangis?”. Beliau menjawab: ”Karena kasih sayangku kepada mereka, sesungguhnya mereka dulunya adalah golongan Islam”. Aku bertanya kepadanya: ”Apakah yang kau sampaikan itu sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah atau sesuatu yang kau sampaikan dari pendapatmu?!” Beliau menjawab: ”Kalau begitu berarti aku sangat lancang, jika aku menyampaikan apa yang tidak aku dengar dari Rasulullah”. Hal itu beliau katakan sekali, dua kali dan seterusnya hingga beliau menyebutnya sampai tujuh kali. (Hadits hasan diriwayatkan oleh al-Ajurri dalam asy-Syari’ah hal. 156; lihat takhirjnya secara rinci dalam al-Wardul Waqthuf oleh syaikh Abu Abdirrahman Fauzi al-Atsari hal. 95).

Diriwayatkan pula dari Sa’id bin Jamhan, beliau berkata: “Saya masuk menemui Ibnu Abi Aufa dalam keadaan beliau telah buta, aku berikan salam kepadanya. Ia pun menjawab salamku, kemudian bertanya: “Siapakah engkau ini?”. Aku menjawab: “Saya Sa’id bin Jamhan”. Dia bertanya lagi: “apa yang terjadi pada ayahmu?” Aku menjawab: “Dia dibunuh oleh sekte Azariqah”. Maka Ibnu Abi Aufa mengatakan tentang azariqah: “Semoga Allah memerangi Azariqah, sunguh Rasulullah telah menyampaikan kepada kami:

أَلآ إِنَّهُمْ كِلاَبُ أَهْلِ النَّارِ

Ketahuilah bahwa mereka adalah anjing-anjing penduduk neraka”.

Aku bertanya: “Apakah sekte azariqah saja atau seluruh khawarij?” Beliau menjawab: “Seluruh khawarij”. (As-Sunnah Ibnu Abi Ashim hal. 428 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Dhilalul Jannah).

Demikianlah betapa kerasnya peringatan Rasulullah terhadap kaum khawarij dan betapa jeleknya julukan-julukan yang beliau ucapkan kepada mereka. Yang demikian itu karena akibat yang ditimbulkan oleh gerakan mereka sangat besar, yakni kekacauan dan pertumpahan darah di antara sesama kaum muslimin. Padahal nilai nyawa seorang mukmin lebih tinggi dari kesucian Arafah. Seperti Rasulullah ucapkan pada hari Arafah (artinya):

Sesungguhnya darah kalian suci, seperti sucinya hari ini, di bulan ini, di negeri ini.

Yakni lebih suci dari hari yang suci yaitu hari Arafah di bulan suci yaitu Dzulhijjah dan negeri yang suci yaitu Makkah dan Arafah.

Apakah setelah ini pantas orang-orang yang mengaku Ahlus sunnah berdalil atas perbuatan yang mereka lakukan dengan apa yang dilakukan oleh khawarij untuk mencaci-maki dan menghujak para penguasa di hadapan umum?

Adalah sangat mengherankan apabila ada seseorang yang ditokohkan oleh sekelompok umat, membela orang-orang yang mencaci-maki dan menghujat para penguasa.

Seperti apa yang dilakukan oleh Salman Audah dan pengikutnya ketika mencaci-maki pemerintah, kemudian ia dipenjara berkilah dengan ucapannya: “Kenapa kalian -wahai para penguasa- ketika ada orang yang mengkritik, ditangkap, dipenjara dan diperangi? Bukankah Rasulullah, orang yang paling mulia, ketika dikritik oleh seseorang: “Berbuat adillah, sesungguhnya engkau tidak berbuat adil!” Beliau membiarkannya bebas merdeka?.

Lihatlah teladan yang dipakai Salman Audah dan para pengikutnya adalah perkataan Dzul Huwaisirah kepada Rasulullah yang sudah kita ceritakan di muka. Padahal Rasulullah marah dan menyebut dia sebagai bibit khawarij, dan beliau perintahkan kepada kita untuk memeranginya dan menjuluki mereka dengan julukan-julukan yang jelek.

Wallahul musta’an

Penulis : Al-Ustadz Muhammad Umar As Sewed

0 komentar:

Posting Komentar