Senin, 12 Desember 2011

Dusta, Akhlak Yang Tercela

Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya kita akan mendapati berbagai macam perangai manusia, ada yang baik dan ada pula yang buruk. Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala untuk memelihara perangai dan akhlak yang baik dan menjauhi perangai dan akhlak yang buruk.


Tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk berbuat yang tidak baik kepada orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari dan mengamalkan akhlak-akhlak yang bagus disamping kita juga butuh untuk mengetahui akhlak-akhlak yang buruk agar kita bisa menjauhinya.


Orang yang terbaik akhlaknya tentulah Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam karena akhlak beliau adalah Al Quran Al Karim yang merupakan wahyu Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana dikatakan oleh Aisyah istri Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan yang lainnya


عن سعد بن هشام بن عامر قال أتيت عائشة فقلت يا أم المؤمنين أخبريني بخلق رسول الله صلى الله عليه و سلم قالت : كان خلقه القرآن أما تقرأ القرآن قول الله عز و جل { وإنك لعلي خلق عظيم } قلت فإني أريد أن أتبتل قالت لا تفعل أما تقرأ { لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة } فقد تزوج رسول الله صلى الله عليه و سلم وقد ولد له


“Dari Hisyam bin 'Amir beliau berkata : aku mendatangi Aisyah lalu aku berkata padanya :” wahai ummul mukminin khabarkanlah kepadaku tentang akhlak Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam”, maka Aisyah menjawab : “adalah akhlak beliau Shollallahu 'alaihi wa sallam adalah Al Quran, tidakkah engkau membaca firman Allah Subhanahu wata'ala (yang artinya) : sesungguhnya engkau benar-benar diatas akhlak yang agung (Al Qolam :4)” Hisyam bin 'Amir berkata lagi : “sesungguhnya aku ingin untuk meninggalkan nikah”, maka Aisyah menjawab :” jangan kamu lakukan, tidakkah engkau membaca firman Allah Subhanahu wata'ala (yang artinya) : sungguh telah ada pada diri Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bagi kalian suri tauladan yang baik Al Ahzab:21) dan Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam menikah dan memiliki anak. “


Baik dan buruknya akhlak tentulah menurut timbangan syariat Islam, bukan semata-mata dengan timbangan adat kebiasan suatu tempat, karena terkadang di suatu tempat ada akhlak yang dianggap baik, namun ditempat yang lain akhlak itu dianggap sebagai akhlak yang jelek. Oleh karena itu, hendaklah kita berusaha untuk mempelajari agama Islam ini karena didalamnya terkandung berbagai macam hukum-hukum, baik yang menyangkut masalah akhlak atau pun yang lainnya.


Pada tulisan yang ringkas ini, kami ingin sedikit menjelaskan tentang salah satu akhlak yang buruk yang wajib untuk kita tinggalkan karena bisa memadhorotkan diri kita sendiri dan juga orang lain. Dengan meninggalkan akhlak yang buruk ini, mudah-mudahan kita terhindar dari api neraka Allah Subhanahu wata'ala, dan ini merupakan bentuk dari pengamalan terhadap firman Allah Subhanahu wata'ala:


َا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At Tahrim :6)




Diantara akhlak buruk yang wajib untuk kita tinggalkan tersubut adalah dusta

Dusta adalah apa saja yang menyelisihi kenyataan. Dan dusta ini merupakan perbuatan buruk yang sangat berbahaya karena bisa membahayakan dirinya sendiri dan juga orang lain. Namun sangat disayangkan, sebagian dari kaum muslimin menganggap dusta adalah hal yang biasa saja sehingga mereka pun bermudah-mudahan melakukannya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:


إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ (105)

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (An Nahl : 105)


maka sudah sepantasnya bagi kaum muslimin yang beriman kepada Allah subhanahu wata'ala untuk menjauhi kedustaan karena itu merupakan perbuatan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wata'ala.




Dahulu orang-orang jahiliyah, yang dikenal dengan keburukannya, mereka saja menganggap dusta merupakan perbuatan yang buruk, sebagaimana dalam kisah Abu Sufyan (yang waktu itu masih musyrik) ketika beliau ditanya oleh Raja Heraklius tentang sifat-sifat Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam, maka beliaupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan jujur, dan beliau berkata :


“Demi Allah, kalau seandainya dusta itu tidak berpengaruh buruk padaku, niscaya aku akan berdusta atasnya.” Ini menunjukan kepada kita bahwa mereka kaum jahiliyah saja mengerti tentang buruknya kedustaan, maka lebih pantas lagi bagi kita sebagi seorang muslim untuk mengetahuinya dan juga menjauhinya.


Dusta ini juga merupakan salah satu dari perangainya orang-orang munafik, sebagaimana dalam hadits dalam shohihain dari hadits Abu Hurairoh beliau berkata : bersabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam : tanda-tanda munafik ada tiga, apabila dia berkata dia dusta, dan apabila dia berjanji dia mengingkari, dan apabila dia dipercaya dia berkhianat.




Berkata Al Imam An Nawawy dalam Shohih Muslim : para ulama berselisih pendapat tentang makna hadits ini, dikatakan oleh ahlu tahqiq dan kebanyakan para ulama dan itulah yang shohih dan yang terpilih bahwa maknanya adalah bahwasanya ini adalah perangai-perangainya orang-orang munafik, maka orang yang memiliki perangai-perangai ini berarti dia telah menyerupai orang-orang munafik dan telah berakhlak dengan akhlak mereka. Dan tidaklah yang dimaksudkan oleh Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya dia telah terjatuh kedalam kemunafikan yang besar yang akan kekal didasar api neraka.




Maka dari sini kita bisa mengambil faidah bahwasanya orang yang senang berdusta berarti dia telah terjatuh kedalam perangainya orang munafik, sehingga seharusnya bagi kita untuk menjauhi perbuatan tersebut.


Dusta ini bisa pula mengantarkan pelakunya kedalam kefajiran (perbuatan dosa), sebagaimana dalam Shohihain dari hadits Abdullah bin Mas'ud bahwasanya Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda;


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا »


: sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pelakunya kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya kepada surga, dan senantiasa seorang itu jujur dan berusaha untuk jujur sehingga dia ditulis disisi Allah subhanahu wata'ala sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pelakunya kepada kefajiran, dan kefajiran akan mengantarkannya kepada neraka, dan senantiasa seorang itu dusta dan berusaha untuk dusta sehingga dia ditulis disisi Allah subhanahu wata'ala sebagai pendusta.




Dalam hadits yang mulia ini Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk senantiasa jujur karena akan mengantarkan kedalam surga Allah Subhanahu wata'ala dan juga beliau memperingatkan untuk menjauhi kedustaan karena bisa mengantarkan kedalam neraka Allah Subhanahu wata'ala. Dan ini merupakan bentuk kasih sayang Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya.Beliau selalu mengajak umatnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang akan mengantarkannya kepada surga Allah Subhanahu wata'ala dan beliau pun memperingatkan umatnya dari hal-hal yang bisa mengantarkannya kedalam neraka Allah Subhanahu wata'ala.


Dan kedustaan yang paling besar adalah kedustaan atas nama Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana dalam firmanNya:

َمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (32)


Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? (Az Zumar : 32)


Dan firmanNya:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (68)


Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak[1159] tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Al 'Ankabut : 68)




Dalam ayat-ayat diatas, Allah Subhanahu wata'ala mengancam orang yang berbuat kedustaan atas Allah Subhanahu wata'ala dengan neraka jahannam, maka ini menunjukan bahwa hal tersebut merupakan dosa yang besar disisi Allah subhanahu wata'ala.


Kemudian diantara kedustaan yang besar adalah berdusta atas nama Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam AlBukhori dan Al Imam Muslim, Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


« مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ ».
“Barangsiapa yang mengadakan kedustaan atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia persiapkan tempat duduknya dari api neraka.


Hadits ini menunjukan pula bahwa berbuat dusta atas Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam merupakan dosa besar, karena pelakunya diancam akan dimasukkan kedalam neraka.


Dusta itu sangatlah beraneka ragam jenis dan modelnya, sehingga seseorang haruslah berhati-hati darinya. Diantara contoh dusta yang sering dianggap remeh adalah :

menjanjikan kepada seorang anak dengan sesuatu namun dia tidak memberikannya, seperti perbuatan seorang ibu yang mengatakan pada anaknya : kemarilah, nanti saya beri hadiah ini, namun setelah anak tadi datang , si ibu tidak memberikan kepadanya sesuatu apapun.


Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم انه قال : من قال لصبي تعال هاك ثم لم يعطه فهي كذبة

barangsiapa yang mengatakan kepada seorang anak kemari ambillah ini, kemudian dia tidak memberinya sesuatu, maka dia telah dusta. (HR.Ahmad dari Abu Hurairoh)


Mungkin hal ini dianggap sepele, namun akibat dari perbuatan ini sangatlah besar, disamping mendapatkan dosa dari perbuatan dustanya, dia juga pada hakekatnya telah mengajari pada anak tersebut untuk melakukan kedustaan, sehingga kelak sang anak juga akan meniru perbuatan orang tuanya itu.


Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:


فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ ».

“Barangsiapa yang membuat contoh dengan contoh yang baik dalam Islam, kemudian diikuti (diamalkan) oleh orang yang setelahnya, maka dia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun, dan barangsiapa yang membuat contoh dengan contoh yang jelek dalam Islam, kemudian diamalkan oleh orang yang setelahnya, maka dia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang yang mengamalkannya dengan tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah)


Contoh bentuk dusta lain yang dianggap sepele adalah berdusta dalam rangka untuk bermain-main atau bercanda. Ini juga banyak kita jumpai disekeliling kita,dan tidak sedikit yang melakukannya. Mereka menyangka bahwa hal ini tidaklah mengapa, namun Rosulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:


عن بهز بن حكيم عن أبي عن جدي قال : سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول ويل للذين يحدث بالحديث ليضحك به القوم فيكذب ويل له ويل له


kecelakaan bagi orang yang mengatakan dengan suatu perkataan (yang dusta) dalam rangka untuk membuat orang lain tertawa, kecelakaan baginya, kemudian kecelakaan baginya. (HR. At Tirmidzi dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya).




Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin mengatakan dalam syarah Riyadhus Sholihin : hadits ini merupakan ancaman atas suatu perkara yang sering dilakukan kebanyakan manusia(yaitu berdusta untuk melawak; manusia banyak yang melakukan hal ini dan tidak menyadari ancaman dari Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam )


Inilah diantara model atau bentuk kedustaan yang mungkin seseorang menganggapnya biasa saja, sehingga diapun terjerumus kedalamnya. Dan disana masih banyak model dusta yang lainnya. Semoga apa yang kami sebutkan ini bermanfaat bagi kita semuanya. Sebuah koreksi yang mendalam terhadap perangai yang ditengah-tengah masyarakat kita dianggap biasa.Sehingga, budaya dusta ini,dewasa ini telah melahirkansebuah generasi yang mencampakkan kejujuran pada relung-relung yang terdalam.Dan ketahuilah,bahwa korupsi dan manipulasi adalah buah dari budaya penuh kedustaan.




Pada akhirnya, sebagai penutup, kami ingatkan dengan firman Allah subhanahu wata'ala:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang – orang yang jujur (At Taubah :119)


Semoga Allah subhanahu wata'ala menjadikan kita semua termasuk dari hamba-hamba Allah Subhanahu wata'ala yang jujur dan bertakwa kepadaNya. Wallahu A'lam bish showab

http://www.salafybpp.com/5-artikel-terbaru/185-dusta-akhlak-yang-tercela-.html

0 komentar:

Posting Komentar