Sekilas, banyak orang mengira bahwa generasi terdahulu dan terbaik umat Islam adalah sosok-sosok sederhana. Senyatanya, sepak terjang mereka yang menakjubkan begitu sulit diterka. Mereka adalah sekumpulan manusia yang mengemban misi membela agama Allah subhaanahu wa ta’ala dan meraih syahid. Tentunya, bukan aksi radikal tanpa bimbingan syariat dan ulama.
Latar Belakang Pertempuran
Dalam menapaki sejarah, Abu Bakar As-Shiddiq telah menyuguhkan banyak kebaikan di berbagai belahan bumi. Pergulatan ini berlanjut tatkala tampuk pemerintahan beralih kepada khalifah Umar bin al-Khaththab. Kebijakan pertama yang diterapkan oleh beliau adalah merombak struktur kepemimpinan pasukan Islam.
Sahabat Abu Ubaidah bin al-Jarrah dikukuhkan sebagai panglima tertinggi menggantikan posisi sahabat Khalid bin al-Walid sebelumnya. Abu Ubaidah dikenal sebagai sosok yang santun dan memiliki semangat juang yang tinggi. Beliau memiliki rekam jejak yang terhitung gemilang. Tidak didapati di kediamannya kecuali sebilah pedang tajam, tameng besi, dan pelana kuda. Pantaslah beliau menyandang gelar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Amin Hadzihil Ummah (Kepercayaan Umat Ini).
Imperium Romawi adalah negara adidaya yang tidak ada kekuatan manapun di dunia kala itu yang mampu menandingi. Namun, reputasi tersebut hancur dengan kiprah para mujahidin di pentas internasional. Paska perang Yarmuk, Heraklius raja Romawi menempatkan skuad tempur berskala besar pada satu titik lokasi, yaitu wilayah Fihl.
Kekalahan demi kekalahan tak juga menyurutkan skenario makar Romawi terhadap kaum muslimin. Perang Damaskus merupakan penaklukan putaran kedua di Syam yang termasuk teritorial penting Romawi. Damaskus adalah wilayah yang cukup luas dan menjadi basis pertahanan sekaligus ibukota Syam. Perang ini berlangsung pada tahun 14 H.
Persiapan Pasukan Islam
Sahabat Abu Ubaidah menindaklanjuti instruksi khalifah untuk menaklukkan Damaskus. Terlebih dahulu beliau mengirim armada perang ke sejumlah wilayah akses di garis demarkasi Damaskus, guna memecah konsentrasi musuh dan membendung pengiriman bantuan tempur oleh Heraklius. Sebuah strategi pengurai konspirasi terselubung.
Para mujahidin dituntut untuk memiliki kapabilitas dan pengalaman yang memadai dalam menjalani serangkaian peristiwa berikutnya. Diyakini, Islam akan senantiasa tinggi dan tiada yang lebih tinggi darinya. Berawal dari prinsip itulah kaum muslimin menatap jauh ke depan akan adanya timbangan akhirat, bukan timbangan dunia.
Pertempuran Meletus di Wilayah Fihl
Garda depan dipimpin oleh sahabat Khalid bin al-Walid, sayap kanan di bawah komando sahabat Abu Ubaidah, sayap kiri diatur oleh Amru bin al-Ash, dan pasukan infanteri dipimpin sahabat Iyadh. Sesampainya pasukan Islam di Fihl, ternyata musuh mengalihkan jalur aliran sungai ke lokasi para mujahidin hingga menyebabkan tanah menjadi becek dan berkubang.
Pasukan Romawi berjumlah 80.000 serdadu dilengkapi konstruksi persenjataan yang mutakhir. Resimen gabungan artileri-kavaleri ini di bawah komando panglima senior yang bernama Siqlab. Setelah berlalu beberapa hari, musuh menyerbu di tengah kegelapan malam. Dengan acuan bahwa para mujahidin dalam keadaan lengah.
Di tempat terpisah, pasukan Islam senantiasa siaga siang dan malam. Gempuran musuh justru dihantam dengan skema penyerangan agresif terpusat. Tak ayal, musuh begitu tersentak mendapat perlawanan sengit dengan gaya elegan dari para jawara padang pasir. Pertempuran berkecamuk hingga pagi dan berlanjut sampai malam keesokan harinya.
Pekikan takbir terdengar menggema dimana-mana. Perang terus bergulir. Tiap-tiap satuan kompi bertempur memberikan kontribusi lebih bagi kemenangan Islam. Tak heran, musuh menuai kenyataan pahit ketika hari beranjak malam. Siqlab pun terbunuh pada bentrokan bersenjata ini. Akhirnya pasukan Romawi melarikan diri dari medan laga.
Kontan saja, melihat aktivitas fisik tersebut milisi militan Islam mengoptimalkan daya tempur. Wilayah Fihl bersimbah darah. Mereka menggiring musuh yang tersisa ke parit berlumpur penuh air yang sebelumnya dipersiapkan sebagai jebakan bagi kaum muslimin. Justru menjadi bumerang atas musuh.
Diperkirakan jumlah pasukan Romawi yang terbunuh pada perang ini sebanyak 80.000 serdadu. Pasukan Islam mendapat harta rampasan perang yang sangat melimpah. Perjuangan ini patut menjadi panutan bagi orang-orang yang hidup setelahnya. Segala kesempurnaan pujian hanya milik Allah subhaanahu wa ta’ala.
Pengepungan Benteng Damaskus
Seluruh brigade beserta jajarannya di bawah komando sahabat Abu Ubaidah segera bergerak cepat menuju bumi Damaskus. Perkembangan aktual dilaporkan kepada Khalifah Umar secara intensif. Sahabat Abu Ubaidah sendiri kerap menasehati akan nikmat dan janji Allah subhaanahu wa ta’ala, membangkitkan semangat juang para prajurit bahwa jihad fi sabilillah lebih mulia dari dunia beserta isinya.
Milisi militan Islam terus merangsek maju tanpa ada kendala berarti. Pasukan Islam kala itu berjumlah 20.000 prajurit. Nampaknya, tidak ada kekuatan apapun yang dapat menahan derap langkah mereka. Sampai akhirnya tiba di kompleks benteng pertahanan Damaskus. Mekanisme pengepungan langsung diberlakukan.
Benteng Damaskus memiliki karakteristik yang amat kokoh. Tersusun dari bebatuan, dengan ketinggian mencapai lebih dari enam meter dan tebal tiga meter. Memiliki lima pintu gerbang yang sangat besar lagi kokoh. Diperkuat dengan kedalaman parit air berlumpur yang lebarnya mencapai tiga meter mengelilingi benteng, memiliki arus yang deras berasal dari aliran sejumlah sungai di sekitarnya.
Pembangunan benteng Damaskus dengan spesifikasi tersebut dalam rangka meredam laju invasi militer dari rival terbesarnya, yaitu imperium Persia. Para mujahidin terpanggil keteguhannya menghadapi tantangan ini. Disadari, bahwa kekalahan tidak sepenuhnya terkait dengan jumlah pasukan yang sedikit, namun dikarenakan berbagai dosa yang dilakukan.
Sahabat Abu Ubaidah segera menempatkan tiap bataliyon di depan pintu gerbang yang telah ditetapkan. Pasukan Islam tidak memberi mereka ruang gerak sedikitpun. Sahabat Khalid bin al-Walid membawa panji perang berwarna hitam pada perang ini. Semasa hidupnya, beliau memiliki 80 bekas luka sehingga tidak ada sejengkal pun pada tubuhnya melainkan didapati goresan luka.
Pasukan Romawi yang berlindung di dalam benteng berkekuatan 60.000 serdadu. Dipimpin oleh seorang panglima kawakan berkasta tinggi bernama Nisthas. Musuh melaporkan kronologi pengepungan ini kepada Heraklius. Namun kenyataan menorehkan cerita lain. Para pejuang justru meningkatkan status pengepungan dari segala arah.
Para mujahidin menghantam benteng dengan menggunakan persenjataan berat dan sejumlah manjaniq (ketapel pelontar ukuran besar). Sementara musuh berkomitmen mempertahankan benteng sekuat tenaga.
Akhir dari Pertempuran
Di saat bantuan pasukan tidak bisa menembus blokade pasukan Islam, pihak Damaskus tidak bisa berharap banyak. Awalnya, musuh menganalisa bahwa para mujahidin tak akan bertahan lama dalam pengepungan tersebut kala musim dingin yang sangat ekstrem. Pasalnya, mereka berasal dari jazirah Arab yang panas dan gersang.
Musuh lalai bahwa mereka berhadapan dengan tentara-tentara Allah. Kesabaran dan keyakinan seorang mukmin dapat memupus berbagai rintangan yang ada. Kombinasi itu kian menambah kegagahan dalam bertarung.
Setelah pengepungan berlalu 70 hari, anak seorang pendeta dilahirkan pada malam itu. Pendeta tersebut menyelenggarakan pesta jamuan makan yang dihadiri oleh penduduk Damaskus. Musuh asyik berpesta-pora hingga lalai dalam sistem penjagaan benteng.
Di sisi lain, sahabat Khalid bin al-Walid senantiasa siaga memantau perkembangan yang ada. Badan intelijen selalu memberikan laporan hasil pengintaian. Lampu-lampu kompleks benteng dipadamkan malam itu. Beliau bersama tim khusus beranggotakan para jagoan perang langsung bergerak perlahan tanpa sepengetahuan elemen bataliyon di tempat lain.
Tim khusus ini menyeberangi sisi parit yang sangat deras aliran airnya pada posisi yang paling berbahaya. Mereka membawa peralatan persenjataan yang dimasukkan dalam kantong terbuat dari kulit, lalu diikat pada leher mereka. Sebelumnya, mereka berpesan, “Bila kalian mendengar pekikan takbir dari atas benteng, naiklah, dan ikuti kami!”
Singkatnya, mereka berhasil memanjat benteng. Takbir pun bergema dengan suara lantang dari arah atas. Lalu mereka turun ke dalam kompleks benteng, menyerang beberapa penjaga pintu, dan berhasil membuka paksa pintu gerbang beberapa saat kemudian.
Pasukan sahabat Khalid bin al-Walid yang berada di depan pintu gerbang sebelah timur merangsek maju dan berhasil memasuki benteng tersebut di saat matahari terbit. Dalam kesenyapan mereka menyerang musuh dengan leluasa. Bentrokan kembali terjadi. Suasana tegang menyelimuti kompleks pertahanan itu.
Akhirnya musuh keluar dari arah pintu lain dan mengajukan permintaan damai. Terjadilah perdamaian dengan berbagai kesepakatan.
Di masa pemerintahannya, Khalifah Umar berhasil menaklukkan dua kerajaaan adikuasa dunia; Persia dan Romawi, dengan memasukkan1.036 kota ke dalam teritorial kekuasaan kaum muslimin. Beliau menghancurkan syiar-syiar kekafiran dan membangun serta menyemarakkan syiar-syiar Islam. Sebuah potret nyata atas curahan dedikasi terbaik untuk Islam. Semoga Allah meridhainya.
Para pembaca yang mulia, inilah untaian mutiara yang tersaji dari sejarah perjuangan generasi terbaik umat ini:
1. Kejayaan akan diraih umat Islam tatkala mereka kembali kepada Al-Qur’an dan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang besar dan mulia, tidak sebagaimana yang diklaim oleh sekte Syiah.
3. Diperbolehkan menjalin ikatan damai dengan pihak kafir, manakala ulil amri (pemerintah dan ulama) melihat adanya kemaslahatan padanya.
Wallahu a’lamu bish shawab.
Penulis: Al-Ustadz Muhammad Hadi hafizhahullah
0 komentar:
Posting Komentar