Muhammad Ahmad dari Urdun (Jordania)
berkata : Saya bertanya tentang (derajat) Keshohihan hadits Nabawi yang
aku telah mendengarnya dari salah seorang Ikhwan lebih dari setahun yang
lalu. Maka sungguh aku telah mendengarnya berkata bahwa sesungguhnya
Nabi Shalallahu alaihi Wassallam berkata “ Sholat dengan menggunakan Imamah (Surban) [1] lebih baik dibanding empat puluh kali Sholat tanpa Imamah”
Apakah ini adalah Hadits (Rasulullah Shalallahu alaihi Wassallam ) atau bukan ???
Apakah ini adalah Hadits (Rasulullah Shalallahu alaihi Wassallam ) atau bukan ???
Maka beliau ( Ibnu Baaz Rahimahullah ) menjawab : Hadits ini adalah Hadits Bathil Maudhu’ (palsu) yang didustakan atas Rasulullah Shalallahu alaihi Wassallam
. Dan Imamah juga yang lainnya dari jenis pakaian mengikuti adat
manusia (masyarakat. Pent). Maka apabila engkau berada di kalangan
manusia yang kebiasaanya adalah memakai Imamah maka pakailah Imamah dan
apabila engkau berada di kalangan manusia yang kebiasaannya tidak
memakai imamah dan mereka menggunakan Al-Gutroh[2]atau membiarkan tanpa sesuatu apapun menutupi kepala mereka maka lakukanlah seperti yang mereka lakukan.
Maka Imamah bukanlah dari termasuk dari
perkara-perkara yang dituntut secara syar’i akan tetapi imamah termasuk
dari perkara-perkara yang mengikuti adat manusia. Dan seorang Insan
diperintahkan untuk memakai apa-apa yang dipakai oleh manusia kecuali
(pakaian) yang haram. Karena sesungguhnya apabila dia menyelisihi
manusia di dalam hal pakaian mereka maka pakaiannya menjadi pakaian Syuhroh[3] dan sesungguhnya dia dilarang dari pakaian Syuhroh.
Allahuma , kecuali apabila dia
berada di negeri asing dan pakaian penduduk negeri ini menyelisihi
pakaian laki-laki yang datang kepada mereka ini, maka dalam keadaan itu
tidak mengapa bagi dia untuk tetap diatas pakaiannya yang (digunakan)
di negerinya. Karena sesungguhnya manusia telah mengetahui bahwa
sesungguhnya laki laki ini adalah orang asing dan sesungguhnya tidak
mengherankan apabila pakaiannya menyelisihi pakaian mereka . Sebagaimana
yang kita temui sekarang di Mekkah dan Madinah , manusia memakai
pakaian mereka atas bentuk (model) (yang mereka gunakan) di negeri
mereka dan tidak ada satu pun yang mengingkari hal tersebut. Dan
kesimpulan dari pembahasan ini sesungguhnya kita katakan bahwa hadits
ini yang ditunjuk (ditanyakan) oleh penanya adalah hadits Batil Maudhu’ yang didustakan atas nama Rasulullah Shalallahu alaihi Wassallam
Kedua kami katakan bahwa memakai Imamah
bukanlah sunnah akan tetapi (hukum) memakainya adalah tunduk (taat)
kepada adat manusia yang laki-laki ini tinggal di antara mereka . Maka
apabila mereka menggunakan Imamah maka hendaknya dia menggunakannya dan
apabila mereka tidak menggunakannya maka hendaknya dia tidak
menggunakannya. Dan aku katakan bahwa sesungguhnya Sunnah adalah
mencocoki manusia yang dia tinggal di dalamnya di dalam pakaian mereka
selama pakaian (mereka) tidak terlarang secara syar’I , maka
sesungguhnya wajib atasmu dan atas mereka untuk menjauhinya (pakaian
terlarang itu.pent) . Kemudian sesungguhnya aku telah menyebutkan bahwa
sesorang insan apabila datang ke negeri yang pakaian mereka menyelisihi
pakaian penduduk negerinya dan dia dikenal sebagai orang asing, maka
tidak ada kesalahan baginya utuk tetap di atas bentuk (model) pakaian
penduduk negerinya dan tidaklah hal tersebut teranggap sebagai syuhroh.
Fatawa Nuurun alad Darb , Ibnu Baaz Rahimahullah 111/109-110
[1]
Imamah adalah Surban yang dililitkan dengan atau diikat berputar
mengelilingi kepala, termasuk adat dari penduduk negeri Yaman dan
sebagian negeri lainnya.
[2]
Al-Gutroh adalah surban yang digunakan menutupi kepala tanpa dililit
dan dibiarkan tergerai lepas, sebagaimana kebiasaan penduduk Saudi
Arabia dan sebagian negeri lainnya.
[3] Pakaian Syuhroh
adalah yang memalingkan pandangan dan menimbulkan Rasa heran dan
tertawaan. Dan tidaklah yang termasuk darinya pakaian yang menutupi
aurat, karena hal tersebut tidak akan menyebabkan keanehan dan tertawaan
kecuali dari yang lemah agamanya dan rendah akalnya. (Fatawa Lajnah Da’imah lil Buhuts wal Ifta’ no. 3618)
محمد أحمد
من الأردن يقول أسأل عن صحة حديث نبوي سمعته من أحد الإخوة قبل أكثر من سنة
فقد سمعته يقول بأن النبي صلى الله عليه وسلم قال (صلاة بعمامة خير من
أربعين صلاة بدون عمامة) هل هذا حديث أم لا؟
فأجاب رحمه الله تعالى:هذا الحديث حديث باطل
موضوع مكذوب على رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم والعمامة كغيرها من
الألبسة تتبع عادات الناس فإن كنت في أناس اعتادوا لبس العمامة فالبسها
وإذا كنت في أناس لا يعتادون لبس العمامة وإنما يلبسون الغترة أو يبقون بلا
شيء يستر رؤوسهم فافعل كما يفعلون فالعمامة ليست من الأمور المطلوبة شرعا
لكنها من الأمور التابعة لعادات الناس والإنسان مأمور أن يلبس ما يلبسه
الناس إلا إذا كان محرما لأنه إذا خالف الناس في لباسهم صار لباسه شهرة وقد
(نهي عن لباس الشهرة) اللهم إلا إذا كان في بلد غريب وكان لباس أهل هذا
البلد يخالف لباس هذا الرجل القادم إليهم فحينئذٍ لا بأس أن يبقى على لباسه
في بلده لأن الناس يعرفون أن هذا رجل غريب وأنه لا غرابة أن يكون لباسه
مخالفاً للباسهم كما يوجد الآن عندنا ولا سيما في مكة والمدينة أناس يلبسون
ثيابهم على الزي الذي كانوا عليه في بلادهم ولا أحد يستنكر ذلك وخلاصة
القول أن نقول هذا الحديث الذي أشار إليه السائل حديث باطل موضوع مكذوب على
رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم
ثانياً أن نقول لبس العمامة ليس سنة ولكنه خاضع لعادات الناس الذين يعيش بينهم هذا الرجل فإن كانوا يلبسون العمامة لبسها وإن كانوا لا يلبسونها لم يلبسها وأقول إن السنة موافقة الناس الذين تعيش فيهم في لباسهم ما لم يكن لباسا ممنوعا شرعا فإنه يجب اجتنابه عليك وعليهم ثم إني ذكرت أن الإنسان إذا قدم إلى بلد يخالف لباسهم لباس أهل بلده وهو معروف أنه غريب فلا حرج عليه أن يبقى على زي أهل بلده لأنه لا يعد ذلك شهرة
ثانياً أن نقول لبس العمامة ليس سنة ولكنه خاضع لعادات الناس الذين يعيش بينهم هذا الرجل فإن كانوا يلبسون العمامة لبسها وإن كانوا لا يلبسونها لم يلبسها وأقول إن السنة موافقة الناس الذين تعيش فيهم في لباسهم ما لم يكن لباسا ممنوعا شرعا فإنه يجب اجتنابه عليك وعليهم ثم إني ذكرت أن الإنسان إذا قدم إلى بلد يخالف لباسهم لباس أهل بلده وهو معروف أنه غريب فلا حرج عليه أن يبقى على زي أهل بلده لأنه لا يعد ذلك شهرة
Fatwa Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin Rahimahullahu
Soal : Memakai imamah, apakah perkara tersebut Sunnah yang Tsabit dari Shalallahu alaihi Wassallam ??
As-Syaikh Rahimahullah : Tidak,
memakai Imamah bukan sunnah akan tetapi merupakan adat (kebiasaan). Dan
Sunnah untuk setiap insan untuk memakai apa yang dipakai manusia selama
bukan yang diharamkan secara Dzatnya dan sesungguhnya apa yang kami
katakan ini karena sesungguhnya apabila dia memakai sesuatu yang
menyelishi apa yang manusia terbiasa dengannya maka tentunya hal
tersebut adalah Syuhroh dan Nabi Shalallahu alaihi Wassallam melarang dari pakaian Syuhroh.
Maka apabila kita berada di negeri yang
(penduduknya) memakai Imamah maka kita memakai Imamah dan apabila kita
berada di negeri yang (penduduknya) tidak memakai Imamah maka kita tidak
memakai Imamah. Dan aku menyangka bahwa sesungguhnya negeri-negeri
Muslimin pada zaman ini berbeda-beda, maka di sebagian negeri
kebanyakkan memakai Imamah dan di sebagian negeri (lainnya) sebaliknya.
Dan Nabi Shalallahu alaihi Wassallam memamakai Imamah karena
Imamah merupakan kebiasaan di zamannya. Oleh sebab ini beliau tidak
memerintahkan untuk memakai Imamah bahkan beliau melarang dari pakaian Syuhroh
yang dengannya diambil (makna) bahwa sesungguhnya sunnah di dalam
pakaian adalah seorang Insan mengikuti apa yang manusianya menganggapnya
(kebiasaan /adat) kecuali sesuatu yang haram.
Maka Apabila dilazimkan bagi kita (dengan ucapan kita ini) bahwa sesungguhnya manusia telah menjadi kebiasaan mereka (saat ini) adalah memakai pakaian sutera dalam keadaan mereka laki-laki , maka kita katakan ini adalah Haram dan kita tidak akan mencocoki mereka dan apabila di suatu negeri yang laki-lakinya terbiasa memakai pakaian turun (di bawah) dari mata kaki maka kita katakan ini haram dan kita tidak akan mencocoki mereka.
Maka Apabila dilazimkan bagi kita (dengan ucapan kita ini) bahwa sesungguhnya manusia telah menjadi kebiasaan mereka (saat ini) adalah memakai pakaian sutera dalam keadaan mereka laki-laki , maka kita katakan ini adalah Haram dan kita tidak akan mencocoki mereka dan apabila di suatu negeri yang laki-lakinya terbiasa memakai pakaian turun (di bawah) dari mata kaki maka kita katakan ini haram dan kita tidak akan mencocoki mereka.
Liqo Al-Bab Al-Maftuh , Ibnu Utsaimin Rahimahullah 160/24
Teks asli :
س : لبس العمامة هل هي سنة ثبتت عن الرسول صلى الله عليه وسلم؟
الشيخ: لا، لباس العمامة ليس
بسنة، لكنه عادة، والسنة لكل إنسان أن يلبس ما يلبسه الناس ما لم يكن
محرماً بذاته، وإنما قلنا هذا؛ لأنه لو لبس خلاف ما يعتاده الناس لكان ذلك
شهرة، والنبي صلى الله عليه وسلم نهى عن لباس الشهرة، فإذا كنا في بلد
يلبسون العمائم لبسنا العمائم، وإذا كنا في بلد لا يلبسونها لم نلبسها،
وأظن أن بلاد المسلمين اليوم تختلف، ففي بعض البلاد الأكثر فيها لبس
العمائم، وفي بعض البلاد بالعكس، والنبي صلى الله عليه وسلم كان يلبس
العمامة؛ لأنها معتادة في عهده، ولهذا لم يأمر بها بل نهى عن لباس الشهرة
مفيداً إلى أن السنة في اللباس أن يتبع الإنسان ما كان الناس يعتادونه، إلا
أن يكون محرماً، فلو فرضنا أن الناس صاروا يعتادون لباس الحرير وهم رجال
قلنا: هذا حرام ولا نوافقهم، ولو كنا في بلد اعتاد الرجال أن يلبسوا اللباس
النازل عن الكعبين قلنا: هذا حرام ولا نوافقهم
Fatwa Lajnah Da’imah lil Buhuts wal Ifta
Soal : Apa pendapat kalian tentang memakai Imamah ??
Jawab : Memakai imamah termasuk dari adat dan bukanlah termasuk Ibadah dan sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi Wassallam
memakainya karena merupakan pakaian kaumnya. Dan tidak shohih
sedikitpun tentang keutamaan tentang imamah kecuali bahwa Rasulullah
Shalallahu alaihi Wassallam telah memakainya. Maka yang disyariatkan
bagi seorang insan adalah memakai apa yang telah menjadi pakaian
penduduk negerinya selama bukan dari perkara yang diharamkan.
Fatwa Lajnah Da’imah. No. 18409
Teks asli :
س: ما رأيكم بلبس العمامة ؟
ج : لبس العمامة من العادات وليس
من العبادات ، وإنما لبسها النبي صلى الله عليه وسلم لأنها كانت من لباس
قومه ، ولم يصح في فضل العمائم شيء ، غير أن النبي صلى الله عليه وسلم
لبسها ، فالمشروع للإنسان أن يلبس ما تيسر له من لباس أهل بلده ما لم يكن
محرما
http://assamarindy.wordpress.com/2012/11/02/hukum-memakai-imamah/
0 komentar:
Posting Komentar