Oleh : Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
Soal : Apa hukumnya seseorang yang menyukai seorang yang berilmu atau
da’i dan dia mengatakan : “Aku sangat menyukainya, aku tidak ingin
mendengar ada seseorang yang membantahnya dan aku akan mengikuti
pendapatnya walaupun dia menyelisihi dalil Al-Qur’an atau As-Sunnah.
Karena syaikh tersebut lebih tahu dari kita tentang dalil..
Jawaban :
TIDAK BOLEH seseorang melakukan hal tersebut karena ini adalah sikap
FANATIK yang di-BENCI oleh ALLAH Ta’ala dan merupakan sikap yang
TERCELA.
Kita mencintai para ulama dan Alhamdulillah kita juga
mencintai para da’i di jalan ALLAH, namun apabila SALAH SEORANG DARI
MEREKA MELAKUKAN KESALAHAN DALAM SUATU PERMASALAHAN MAKA KITA
MENJELASKAN KEPADA MANUSIA TENTANG KEBENARAN DALAM PERMASALAHAN
TERSEBUT, DAN ITU TIDAKLAH MENGURANGI KECINTAAN TERHADAP ULAMA/DA’I YANG
DIBANTAH ITU, BAHKAN TIDAK PULA KEDUDUKANNYA.
Berkata Al-Imam Malik : ” Siapapun dari kita bisa saja diterima atau
ditolak pendapatnya kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam”.
Apabila kita menolak pendapat seorang ulama, bukanlah berarti kita
membenci dan menjatuhkannya, namun kita hanya ingin menjelaskan DUDUK
PERKARA YANG BENAR. Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan ketika
salah seorang rekan mereka melakukan kesalahan, dia mengatakan : ” FULAN
ITU ORANG YANG KITA CINTAI, AKAN TETAPI KEBENARAN LEBIH KITA CINTAI
DARINYA.”. Ini adalah jalan yang benar.
Jangan kalian pahami bahwa bantahan terhadap seorang ulama dalam
suatu permasalahan yang dia terjatuh padanya adalah celaan baginya atau
rasa benci kita kepadanya, bahkan senantiasa para ulama sebagian dari
mereka membantah sebagian yang lain dalam keadaan mereka bersaudara dan
saling mencintai.
Tidak boleh kita menerima sepenuh hati semua pendapat seorang tokoh
tertentu, benar ataupun salah, karena ini adalah sikap fanatik.
Orang yang diambil semua pendapatnya dan tidak ditinggalkan
sedikitpun adalah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam karena beliau
adalah orang yang menyampaikan risalah dari Rabb-Nya dan tidak berkata
dengan hawa nafsu, adapun yang selain beliau maka mereka terkadang salah
dan terkadang benar. Tidak ada satupun manusia yang terjaga dari
kesalahan kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam.
Wajib bagi kita untuk mengetahui permasalahan ini dan kita
TIDAK berbicara tentang yang salah dikarenakan kecintaan/berpihak
terhadap seseorang, bahkan wajib bagi kita untuk menjelaskan kesalahan
tersebut, Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda :
” Agama ini adalah nasehat, kita katakan : untuk siapa ? Maka Beliau
Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda : “Untuk ALLAH, Kitab-Nya,
Rosul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin serta kaum muslimin pada
umumnya.”
Menjelaskan kesalahan seseorang termasuk NASEHAT untuk semuanya,
adapun MENUTUPI kesalahannya maka hal itu MENYELISIHI nasehat yang telah
diperintahkan oleh ALLAH ‘Azza wa Jalla.
============
Dikutip dari Buku : terjemah kitab Al Ajwibah Al Mufidah ‘an
As’ilatil Manahij Al Jadidah, judul edisi Indonesia : Jawab Tuntas
Masalah Manhaj, Penyusun : Jamal Bin Furaihan Al Haritsi. Penerbit asli :
Darul Minhaj. Penerjemah : Abu Hudzaifah Yahya, abu Luqman. Penerbit
Indonesia : Pustaka AlHaura, jogjakarta. Hal. 167-168
Senin, 10 Desember 2012
Posted by Maktabah Al-Karawanjy on 12/10/2012 11:37:00 AM with No comments
Posted in Ahlussunnah Wal Jamaah, Aqidah, Fatwa, Manhaj, Salafy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar