Senin, 10 Desember 2012

Mari Kenali Kaidah Tentang Bid’ah ( Tidak Ada Bid'ah Hasanah )

Berikut adalah beberapa kaidah mengenai Bid’ah yang saya kutip dari Buku “Salafy antara Tuduhan dan Kenyataan ( Bantahan Ilmiah Terhadap buku :Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Karya Syaikh Idahram), yang ditulis oleh Al-Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray halaman: 158-159 
========================

Agar dapat memahami masalah ini ulama membagi Bid’ah menjadi 2 bentuk, yaitu :
1. Bid’ah ASHILYYAH  atau HAQIQIYYAH, yaitu bid’ah yang tidak berdasarkan dalil sama sekali, tidak dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ dan istidlal yang diakui (mu’tabar) oleh ahli ilmu, tidak secara global maupun terperinci, oleh karenanya dinamakan BID’AH, karena merupakan sesuatu yang baru tanpa  ada contoh sebelumnya. *)

Contoh bid’ah ashilyyah atau haqiqiyyah adalah lafaz-lafaz dzikir dan shalawat yang sama sekali tidak berdasarkan dalil, seperti shalawat naariyyah, shalawat badar dan lain-lain.

2.  Bid’ah IDHAFIYYAH (yang disandarkan), adalah sesuatu yang memiliki dua sisi, di satu sisi sesuai sunnah karena berdasarkan dalil, di sisi yang lain merupakan bid’ah karena tidak berdasarkan dalil. **)
Contohnya adalah lafaz-lafaz dzikir atau shalawat yang berdasarkan dalil, namun dalam pelaksanaannya terdapat kebid’ahan, seperti ucapan tahlil : Laa Ilaaha Illallah.

Tidak diragukan lagi ini adalah lafaz dzikir yang disyari’atkan, namun jika seseorang menentukan jumlah tertentu yang tidak ditentukan oleh syari’at, seperti 1000 kali dalam sehari maka penentuan jumlah ini adalah BID’AH karena tidak berdasarkan dalil.

Untuk mengetahui bid’ah idhafiyyah dapat dilihat  dari 6 (enam) sisi ***), yaitu :
1. Sebab melakukan ibadah
2. Jenis (seperti jenis hewan yang disyari’atkan untuk kurban)
3. Bilangan (ketentuan jumlah)
4. Tata cara (kaifiyyah) beribadah
5. Waktu beribadah
6. Tempat beribadah 

Jadi, TIDAK cukup lafaz dzikir yang sesuai dalil saja, keenam sisi inipun harus sesuai dalil, jika tidak maka menjadi BID’AH.
Allahu a’lam bish-shawab

=======
Catatan Kaki :
*) Lihat Al-I’ tishom, Al-Imam Asy-Syatibi, 1/367, sebagaimana dalam pebahasan Nurus Sunnah wa Zhulumaatul Bid’ah, dalam kitab Aqidatul Muslim, Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wafh Al- Qahthani Hafizhahullah, 1/723.
**) Lihat Al-I’ tishom, Al-Imam Asy-Syatibi, 1/367, 445, sebagaimana dalam pebahasan Nurus Sunnah wa Zhulumaatul Bid’ah, dalam kitab Aqidatul Muslim, Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wafh Al- Qahthani Hafizhahullah, 1/723- 724.
***) Al-Ibda ‘ fi Kamaal As-Syar’i wa Khatharil ibtida’, Asy- Syaikh Al-’Utsaimin, hal. 21-23.

0 komentar:

Posting Komentar