Minggu, 17 Februari 2013

Adab-Adab di Dalam Rumah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Adab-adab ini sangat penting untuk melindungi rumah kita dari  para syaitan yang menjadikan rizki kita tidak barokah, karena mereka ikut serta dalam menikmatinya. Sebagaimana sabda nabi shalallahu alaihi wa sallam:
إذا دخل الرجل بيته فذكر الله عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان لا مبيت لكم ولا عشاء وإذا دخل فلم يذكر الله عند دخوله قال الشيطان أدركتم المبيت وإذا لم يذكر الله عند طعامه قال أدركتم المبيت والعشاء
Apabila seseorang masuk rumahnya, lalu menyebut nama Allah ketika masuk rumah dan ketika hendak makan juga menyebut nama Allah,  maka syaitan berkata: “Tidak ada tempat menginap dan makan malam buat kalian“, namun apabila tidak menyebut nama Allah ketika masuk rumah,  berkata syaitan : “Ada tempat bermalam buat kalian“ dan apabila tidak menyebut nama Allah ketika makan, mereka berkata: “Kalian mendapat tempat bermalam dan makan malam.” (HR. Muslim)


Karena begitu banyak, maka kami sebutkan beberapa adab yang kami anggap penting dan sering dilakukan sehari-hari. Di antaranya adalah:

1) Adab bersama Orangtua
Adab yang paling penting pada rumah seorang muslim adalah adab bersama orangtua, dan ini adalah sebagian adab-adabnya:
a. Berbuat baik, bersyukur, dan berbakti terhadap kedua orangtua serta mentaatinya pada perkara yang bukan maksiat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al-Israa’: 23)
Allah l berfirman:
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(Luqman: 14)

b.  Menghormati dan memuliakannya, serta  merendahkan diri di hadapannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Al-Israa’: 24)

c. Berbicara lemah lembut dan sopan dihadapannya serta tidak membentaknya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
“Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(Al-Israa’: 23)

d. Mendo’akan dan meminta ampunan bagi kedua orangtua setelah keduanya meninggal dunia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Al-Israa’: 24)

e. Meminta pertimbangan mereka sebelum memutuskan permasalahan.  Karena hal itu akan menjaga hati keduanya sebagai orang tua, sehingga tidak merasa diremehkan dan tidak membuat hati keduanya bersedih. Dimana dukungan dari kedua orang tua akan menambah kemantapan bagi diri anak.
f. Menunaikan janji keduanya.
g. Memuliakan kerabatnya.
h. Menyambung silaturahim yang mereka sambung sewaktu masih hidup.


2) Adab Makan dan Minum.
Perkara ini sungguh sangat ringan, namun sering terlalaikan di rumah-rumah sebagian kaum muslimin, yaitu adab makan dan minum. Padahal lebih ringan daripada sekedar mengangkat sesuap nasi ke mulut dan tidak lebih berat dari menahan rasa lapar.
Islam adalah dien rahmat bagi semesta alam. Dien yang menjelaskan segala bentuk kemaslahatan (kebaikan) bagi manusia. Termasuk dari keindahan dan kesempurnaan agama Islam adalah adanya adab ketika makan dan minum. pembahasannya secara ringkas sebagai berikut:
a. Membaca basmalah di awalnya dan hamdalah setelahnya.
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anakku, bacalah ‘bismillah’ (dengan nama Allah) dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa yang ada di depanmu. (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Dari Abu Umamah radhiallahu’anhu bahwasanya beliau n apabila telah selesai makan membaca do’a:
الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا
“Segala puji bagi Allah (Aku memujiNya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah, yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan, ya Rabb kami.” (HR. al-Bukhari)

b. Apabila lupa membaca do’a di awal lalu teringat ketika sedang makan, maka membaca:
بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
“Dengan menyebut nama Allah di awal dan akhirnya. (HR. Tirmidzi dan yang lainnya dari ‘Aisyah radhiallahu’anha)

c. Tidak mencela makanan, tapi disunnahkan memuji dan memuliakannya.  Tidak boleh istinja’ (bersuci dari najis) dengan makanan, dan tidak membuangnya pada tempat-tempat yang menjijikkan, seperti kloset dan yang lainnya.
Dari ‘Aisyah x Bahwasanya Nabi n bersabda:
أَكْرِمُوا الْخُبْزَ ” قَالَ: ” وَمِنْ كَرَامَتِهِ، أَنْ لَا يَنْتَظِرَ الْأُدُمَ
“Muliakanlah oleh kalian roti..!” Lalu beliau n berkata: “Dan dari memuliakannya adalah engkau tidak menunggu lauk untuk memakannya. (Dikeluarkan di Syu’abul Iman no. 5481  dan Mu’jamul Kabir dan yang lainnya)
Dalam riwayat yang lain:
إكرامه أن لا يوطأ ولا يمتهن كأن يستنجى به أو يوضع فى القاذورة والمزابل أو ينظر إليه بعين الاحتقار .
Memuliakan makanan atau roti adalah dengan tidak menginjaknya, tidak dihinakan dengan dipakai istinja’ atau diletakkan di tempat yang jorok, tempat sampah atau melihatnya dengan pandangan menghinakan.(Jam’ul Jawaami’  Imam As-Suyuthi: 1/4652)

d. Tidak makan dengan bersandar seperti keadaannya orang yang sombong yaitu berbaring pada salah satu lambungnya dan menyangga tangan di kepala.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
لَا آكُلُ مُتَّكِئًا
“Aku tidak makan dengan bersandar. (HR. Al-Bukhari dari Abu Juhaifah radhiallahu’anhu)
Maksud dari “bersandar“ yang dilarang adalah tidur miring berbaring pada salah satu lambungnya yang kanan ataupun yang kiri.” (lihat  catatan kaki As-Syamail Muhammadiyah Imam At-Tirmidzi:  1/154 )

e. Dianjurkan untuk menjilati jari-jemari dan piring karena kita tidak tahu letak barokah sebuah makanan, serta mengambil makanan yang jatuh lalu memakannya setelah dibersihkan.
Dari Jabir  bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
إذا وقعت لقمة أحدكم فليأخذها فليمط ما كان بها من أذى وليأكلها ولا يدعها للشيطان ولا يمسح يده بالمنديل حتى يلعق أصابعه فإنه لا يدري في أي طعامه البركة
“Apabila makanan salah seorang kalian jatuh, hendaklah dia ambil dan bersihkan (bagian makanan) yang terkena kotoran, lalu dia makan. Jangan dia tinggalkan untuk syaitan dan jangan diusap tangannya dengan sapu tangan sampai dia menjilati jari-jemarinya karena dia tidak tahu dimanakah makanan itu yang ada barokahnya. (HR. Muslim dan lainnya)

f. Bernafas di luar tempat minum tiga kali setelah meneguk air dan tidak bernafas di tempat minum ketika minum.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي أَنْ يَتَنَفَّسَ فِي اْلإِنَاءِ أَوْ يَنْفُخَ فِيْهِ
“Bahwa Rasulullah n telah melarang bernafas di dalam bejana atau melarang untuk meniup padanya.” (Shahih Sunan At-Tirmidzi no.1539 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

g. Dilarang makan atau minum pada tempat yang terbuat dari emas atau perak.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ شَرِبَ فِي إِنَاءٍ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ أَوْ إِنَاءٍ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ ، فَإِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa yang minum dari tempat yang terbuat dari emas atau perak atau terdapat pada tempat tadi terbuat dari  salah satu keduanya, maka dia menegukkan api jahannam ke dalam perutnya.(Shahih,  HR. Al-Baihaqi di Sunan Sughro)
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda:
وَلا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ ، وَلا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا ، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا ، وَلَكُمْ فِي الآخِرَةِ
“Dan janganlah kalian minum dari bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan makan dari piring-piringnya karena keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kalian nanti di akhirat.(HR. Muttafaqun ‘alaih)

h. Makan dan minum dengan sederhana tidak sampai kekenyangan.
Dari Miqdam bin Ma’di Karib a berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
مَا مَلَأ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ، حَسْبُ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ، يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
Tidaklah anak Adam memenuhi sebuah tempat yang lebih jelek dari perutnya, cukuplah baginya beberapa suap yang bisa menegakkan tulang sulbinya akan tetapi kalau memang harus maka sepertiga buat makanannya, sepertiga buat minumnya dan sepertiga buat nafasnya.


3) Adab-Adab Salam.
Adab ini sangat penting dimiliki oleh rumah seorang muslim untuk menumbuhkan kasih sayang dan kecintaan antar sesama anggota keluarga, karena salam termasuk salah satu sebab yang disyari’atkan dalam Islam untuk menumbuhkan rasa cinta dan sayang terhadap sesama.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (An-Nuur: 27)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (An-Nuur: 61)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤمِنُوا ، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا ، أوَلاَ أدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Tidaklah kalian masuk surga sampai kalian beriman dan tidaklah beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian melakukannya akan masuk surga? Sebarkan salam di antara kalian. (HR. Muslim)

Di antara adab-adab salam :
a. Mengucapkan salam kepada penghuni rumah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
 “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (An-Nuur: 61)
Dari Anas a, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا بُنَيَّ ، إِذَا دَخَلْتَ عَلَى أهْلِكَ ، فَسَلِّمْ ، يَكُنْ بَرَكَةً عَلَيْكَ ، وعلى أهْلِ بَيْتِكَ
“Wahai  anakku,  apabila engkau masuk kepada keluargamu ucapkanlah salam! akan menjadi barokah untukmu dan keluargamu. (HR. At-Tirmidzi,  hadits hasan shahih)

b. Mengucapkan salam sesuai ajaran Islam.
Hal ini karena kita saksikan di sekolah-sekolah ataupun di rumah-rumah muslimin yang telah mulai meninggalkan ucapan salam sesuai petunjuk Islam dan menggantinya dengan ucapan yang lain, seperti dengan: “Selamat pagi atau good morning.” Mengganti sesuatu yang baik dengan yang jelek, hal ini tidak ada maknanya dibanding ucapan salam yang diajarkan dalam Islam. Adapun seandainya hal  tersebut diucapkan dan ditambah dengan salam seperti contoh: “Assalaamu’alaikum, selamat pagi”, maka tidak mengapa.
Tetapi sebagian kaum muslimin menganggap bahwasanya ucapan salam khusus hanya di pondok-pondok pesantren saja, atau di masjid-masjid, tidak pada tempat yang lain seperti sekolah-sekolah atau perkantoran, padahal mereka mayoritasnya adalah muslimin.
Mereka lebih merasa bangga dengan apa yang datang dari orang-orang kafir serta malu dengan ajaran agama sendiri, kita meminta kepada Allah k untuk kita dan mereka taufik dan dijauhkan dari fitnah.
Ucapan salam secara Islami adalah :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
c. Membudayakan ucapan salam di rumah.
Dari Abu Hurairah a, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤمِنُوا ، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا ، أوَلاَ أدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Tidaklah kalian masuk surga sampai kalian beriman dan tidaklah beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian melakukannya akan masuk surga? Sebarkan salam di antara kalian. (HR. Muslim)

d. Membalasnya dengan yang semisal atau lebih baik lagi.
Contohnya :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ dibalas dengan وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمْ ini yang semisalnya .
Yang lebih baik :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ dibalas dengan وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمْ وَرَحْمَةُ اللهْ.


5) Adab-adab Meminta Izin dalam Islam.
Meminta izin adalah salah satu akhlak yang diajarkan dalam Islam untuk mendidik pemeluknya kepada derajat yang mulia, serta untuk menjaga kehormatan diri dan orang lain. Karena hal itu disyari’atkan demi menjaga mata dan pandangannya supaya tidak terjatuh dalam perkara yang tidak halal baginya untuk melihatnya.
Misalnya ketika seseorang tidak meminta izin untuk memasuki sebuah rumah, bisa jadi dia akan mendapati pemiliknya dalam keadaan yang tidak pantas untuk dilihat, akhirnya menimbulkan kebencian dan permusuhan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَا بَلَغَ الأطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, Maka hendaklah mereka meminta izin (apabila hendak masuk menemui kalian), seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(An-Nuur: 59)

Di antara adab-adab meminta izin adalah :
a. Tidak memasuki sebuah rumah sampai mengucapkan salam, kemudian meminta izin pemiliknya  untuk masuk.
Hal itu dilarang karena kita tidak boleh berbuat apa-apa pada sesuatu yang bukan milik kita. Kecuali apabila perkara tadi dipersiapkan untuk fasilitas umum atau berada di alam terbuka. Hal ini seperti rumah yang dipersiapkan untuk tamu atau rumah makan atau rumah persinggahan dalam bepergian atau rumah yang sudah diidzinkan oleh pemiliknya, maka dia boleh memasukinya tanpa izin lagi.
عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَامِرٍ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَأَلِجُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ اخْرُجِي إِلَيْهِ فَإِنَّهُ لَا يُحْسِنُ الِاسْتِئْذَانَ فَقُولِي لَهُ فَلْيَقُلْ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَدْخُلُ قَالَ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ ذَلِكَ فَقُلْتُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَدْخُلُ قَالَ فَأَذِنَ
“Dari Rib’i bin Hiros a, dari seseorang yang berasal dari Bani Amir, dia datang minta izin kepada Rasulullah n untuk masuk, lalu dia berkata :      “Apakah aku boleh masuk (tanpa mengucapkan salam)?, lalu beliaupun berkata kepada pembantunya: “Keluarlah dan temui dia karena dia tidak tahu cara minta izin, ajari dia untuk mengatakan: “Assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk?” Laki –laki itu lantas bertutur, aku mendengar ucapan beliau dari luar lalu aku katakan: “Assalamu’alaikum, boleh aku masuk?“ Maka beliaupun mengizinkannya. “ (HR. Ahmad dalam musnadnya)

b. Menyebutkan nama, sifat, atau kun-yahnya.
Dari Jabir radhiallahu’anhu berkata:
أتَيْتُ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – فَدَقَقْتُ البَابَ ، فَقَالَ : (( مَنْ هَذَا ؟ )) فَقُلتُ : أَنَا ، فَقَالَ : (( أنَا ، أنَا ! )) كَأنَّهُ كَرِهَهَا
Aku mendatangi Nabi n,lalu aku ketuk pintunya, beliau n menjawab: Siapa itu? Aku jawab: ‘Aku’! Beliau n mengatakan: “Aku-aku….” Seakan-akan beliau n tidak suka. (Muttafaqun ‘alaih)

c. Meminta izin tiga kali, apabila tidak ada jawaban maka kembali.
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiallahu’anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
الاسْتِئْذَانُ ثَلاثٌ ، فَإنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلاَّ فَارْجِعْ
“Meminta izin itu tiga kali. Kalau diizinkan maka masuklah kalau tidak maka pulanglah.
(HR. Muttafaqun ‘alaih)

d. Tidak berdiri di depan pintu tetapi di sebelah kanan atau sebelah kiri dari pintu.
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء وجهه ولكن من ركنه الأيمن أو الأيسر ويقول ” السلام عليكم السلام عليكم” وذلك أن الدور لم تكن عليها يومئذ ستور
“Dahulu  apabila beliau mendatangi rumah seseorang tidak berdiri di depan pintu, akan tetapi berdiri pada tiang pintu sebelah kanan atau kiri, dan mengucapkan: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ dan hal itu karena rumah-rumah zaman dahulu belum ada tirai penutupnya. (Shahih,  HR. Abu Dawud)

e. Apabila pemilik rumah menyuruhnya pulang, maka kembali pulang.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (An-Nuur : 28)


6) Adab-adab Tidur
Tidur adalah tanda-tanda kebesaran Allah l, salah satu nikmat dari nikmat-nikmat  Allah l yang menjadi bukti bahwa Allah l Maha Mampu untuk mematikan dan menghidupkan kembali makhluk-Nya. Dan rumah seorang muslim yang dicintai Allah l dan Rasul-Nya n, penghuninya akan mengikuti petunjuk nabinya n dalam  beradab sebelum tidurnya.
Di antara adab-adab dalam tidur adalah :
a. Berwudhu’ sebelum tidur.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
  إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ، فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلاةِ،
“Apabila engkau hendak mendatangi  tempat tidurmu, berwudhulah seperti wudhumu untuk sholat. (HR. al-Bukhari)

b. Tidur pada sisi lambung yang kanan.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأيْمَنِ
“Kemudian tidurlah pada lambungmu yang sisi kanan. (HR. al-Bukhari)

c. Meletakkan tangan kanan pada pipi yang kanan.
كان النبي إذا أخذ مضجعه من الليل وضع يده تحت خده
“Dahulu Nabi shalallahu alaihi wasallam jika hendak tidur malam, meletakkan tangan kanannya pada pipi (kanannya). (Lihat  Umdatul Qori’ syarah Shahih Bukhari: 33/62)

d. Membaca do’a ketika hendak tidur:
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَأَحْيَا
Dengan nama-Mu ya Allah, aku akan mati dan aku akan hidup(HR. al-Bukhari 11/113 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/2083)
Dan membaca do’a bangun tidur :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْر
 “Segala pujian milik Allah, yang menghidupkan kami setelah mematikan kami. Dan kepada-Nya kita kembali. (HR. al-Bukhari dan Muslim)


 7) Adab Dalam Duduk
Dalam rumah dambaan seorang muslim, penghuninya akan senantiasa menjaga adab-adab yang sesuai tuntunan agama Islam, sampai adab-adab dalam duduk .
Di antara adab-adabnya adalah :
a. Berjabat tangan dengan orang yang duduk di majelis atau pertemuan.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
أَيُّمَا مُسْلِمَيْنِ الْتَقَيَا فَأَخَذَ أَحَدُهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ ثُمَّ حَمِدَ اللَّهَ تَفَرَّقَا لَيْسَ بَيْنَهُمَا خَطِيئَةٌ
“Apabila dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan, kemudian memuji Allah Ta’ala lalu berpisah, hilanglah kesalahan dari keduanya. (Shahih, HR. Ahmad dan yang lainnya)
b. Duduk di tempat yang telah disediakan oleh tuan rumah.
c. Duduk sejajar dengan yang lainnya dan tidak duduk di tengah-tengah majelis kecuali dalam keadaan tempatnya sempit atau yang semisalnya.
d. Tidak duduk di tengah-tengah dua orang kecuali seizin mereka.
e. Mengakhiri majelis atau pertemuan dengan membaca do’a kaffaratul majelis.
سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Ashhaabus Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153)

( Di salin dari buku Baitiy Jannatiy (Rumahku Surgaku) halaman 70-85, Penulis al-Ustadz Abul Hasan al-Wonogiriy )

Perhatian : Dilarang mengubah artikel ini ke dalam file lain berupa e-book, chm, pdf ataupun file yang lainnya, serta di larang mengprint artikel ini tanpa seizin dari Maktabah Almuwahhidiin. Adapun untuk di copy paste ke blog ataupun website dipersilahkan dengan tetap mencantumkan sumbernya tanpa menambah ataupun mengurangi isi artikel. 

Bagi pembaca yang ingin ta’awun (bekerjasama) untuk mencetak artikel di website ini menjadi sebuah buku, silahkan menghubungi ke nomor 0857 1552 1845



0 komentar:

Posting Komentar