Penulis : Al-Ustadz Abu Imron Sanusi
Said Bin Al –Musayyib, Beliau memiliki
seorang putri yang sangat cantik, suatu ketika sang khalifah Abdul
Malik bin Marwan datang untuk meminang putrinya untuk dinikahkan kepada
putranya Al-Walid bin Abdul Malik, namun Said bin Musayyib menolak
lamaran tersebut bahkan dia menikahkan putrinya dengan seorang muridnya
yang miskin dan yatim yang bernama Katsir bin Abdul Muthallib bin Abi
Wada’ah hanya dengan dua atau tiga dirham. Karena penolakannya ini
beliau dihukum 60 kali cambuk, disiramkan air dingin ke tubuhnya saat
musim dingin, dan dipakaikan kepadanya jubah yang terbuat dari wol.
Dengarkan kisah sang pemuda yang bercerita tentang rizki yang
menghampiri dirinya …
Saya adalah seorang yang selalu duduk
bermajelis di Mesjid Nabawi untuk menuntut ilmu dan saya selalu duduk
dalam halaqohnya Said ibnu Musayyib, suatu waktu saya tidak hadir dalam
majelis dalam beberapa hari lamanya, sehingga Said bin Musayyib merasa
kehilangan diriku, beliau khawatir kalau saya sakit atau sedang ditimpa
sesuatu, beliau pun bertanya kepada orang-orang namun tidak ada seorang
pun yang mengetahui tentang beritaku. Setelah beberapa hari saya pun
kembali hadir dalam majelisnya, diakhir pelajaran, beliau menyapa saya
dan mendoakan saya lalu beliau menanyakan : “Kemana saja kamu wahai Abu Wada’ah?”
Saya katakan: ’’Sesungguhnya istri saya meninggal dunia maka saya sibuk untuk mengurusinya’’
Ia menjawab: ’’Mengapa engkau tidak memberitahu kami sehingga kami dapat membantumu?”
Saya katakan: ’’Tidak, semoga Alloh membalas kebaikanmu.’
Maka ketika saya akan beranjak dari
tempat duduk, beliau tetap memerintahkan saya untuk duduk ditempat,
setelah semuanya beranjak dari tempat duduknya, beliaupun mendekati saya
seraya mengatkan:
“Wahai Abu Wadaah, apakah belum terpikir olehmu untuk mencari istri baru?”
Saya menjawab: “Semoga Alloh
merahmatimu, siapa orang yang mau menikahkan putrinya denganku, saya
adalah seorang pemuda yatim lagi miskin, saya tidak memiliki harta
kecuali hanya 2 atau 3 dirham saja. “
Lalu beliau berkata kepadaku: “Aku yang akan menikahkan putriku denganmu.”
Maka saya pun terperanjat, seakan-akan mulut saya tidak dapat berbicara. Saya berkata:
“Anda….? Apakah anda akan menikahkan putri anda denganku padahal engkau telah mengetahui keadaan saya ?”
Beliau menjawab: ”Ya, kami apabila
melihat seorang itu baik agamanya dan akhlaknya maka kami akan
menikahkannya, dan engkau menurut kami adalah orang yang baik agama dan
akhlaknya.”
Lalu beliau memanggil beberapa orang
yang tidak jauh darinya, setelah mereka datang, lalu beliau memuji Alloh
dan bersalawat kepada Nabi-Nya lalu menikahkan saya dengan putrinya
dengan mahar uang dua dirham, setelah akad selesai maka saya pun
bangkit, saya seperti orang bingung, saya tak dapat mengucapkan
kata-kata karena saking gembiranya. Lalu saya pun pulang kerumah, dan
tatkala itu saya masih berpuasa hingga saya merasa lupa dengan puasa
saya.
Saya terus berkata: “Celaka engkau
wahai Abu Wada’ah, apa yang baru saja engkau lakukan…dari mana engkau
akan mendapatkan uang… kepada siapa engkau akan berutang….?
Hingga tibalah waktu berbuka. Selepas
mengerjakan sholat magrib saya segera menuju meja makan yang hanya
terhidang roti dan minyak, baru saja saya memulai satu atau dua kali
suapan, tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu rumahku,
Saya pun bertanya: ”Siapa?”
Lalu dijawab: “Said”
Saya pun terkejut karena telah saya
teliti tidak ada seorangpun yang bernama Said yang saya kenal kecuali
hanya Said bin Musayyib, hal ini tidak seperti biasanya, karena selama
40 tahun tidaklah beliau terlihat kecuali hanya berada antara rumah atau
mesjid saja. Hingga saya berpikir panjang berangkali beliau
berkeinginan untuk membatalkan akad pernikahan yang tadi siang telah
beliau ucapkan, lalu saya katakan:
“Wahai Abu Muhammad, mengapa anda tidak mengutus orang saja untuk memberi tahu agar saya yang mendatangi anda?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan hari ini engkau lebik berhak untuk aku datangi.
Saya katakan: “Kalau begitu silahkan masuk!”
Beliau menjawab: “Tidak, aku hanya ingin menyampaikan suatu perkara.”
Saya katakan: “Semoga Alloh merahmatimu, perkara apa itu?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya
putriku sekarang telah sah menjadi istrimu dengan syariat Alloh dan
akupun tahu tidak ada seorang pun yang dapat menghibur kesedihanmu, dan
aku tidak ingin engkau bermalam sendirian sedang istrimu pun bermalam
sendirian, maka aku mengantarkannya untukmu, ”
Lalu aku menoleh, ternyata ia telah berdiri dibelakang beliau, lalu beliau memerintahkan kepada putrinya:
“Wahai putriku sekarang masuklah engkau ke rumah suamimu!”
Maka tatkala dia hendak melangkah
seakan-akan kain bajunya mengikat kakinya, karena rasa malu , hingga
hampir-hampir saja ia terjatuh, sedang saya….saya hanya berdiri
tercengang tidak tahu apa yang akan saya katakan, lalu saya langsung
mendahului masuk dan menghampiri meja makan lalu saya pindahkan ke
tempat yang gelap agar istri baru saya tidak melihatnya. Kemudian dengan
penuh kegembiraan saya naik ke atas loteng saya seraya memanggil para
tetangga,
“Kemarilah….kemarilah! Sesungguhnya
Said telah menikahkanku dengan putrinya di masjid dan sekarang dia telah
datang kerumahku maka kemarilah dan temanilah ia, karena aku akan
menjemput ibuku didesa sebelah”
Maka datanglah seorang nenek keheranan “Celaka
engkau apa yang telah engkau ucapkan, apakah Said telah menikahkan
putrinya denganmu lalu memboyongnya datang ke rumahmu….padahal kemarin
ia menolak pinangannya Al Walid bin Abdul Malik!”
Aku menjawab: “Benar kemarilah dan lihatlah sekarang dia berada di dalam rumahku”
Maka beberapa tetanggaku pun datang
seakan-akan tidak percaya, kemudian mereka mendoakanku dan mengajak
bicara istriku. Tidak seberapa lama datanglah ibu saya, tatkala ia
melihat istri saya yang sangat cantik maka ia memandangi saya seraya
berkata:
“Aku tidak akan berbicara denganmu
sebelum aku membawa istrimu pulang dan tinggal bersamaku beberapa hari
setelah itu baru akan aku serahkan kepadamu”’
Saya katakan: “Silahkan apa yang ibu kehendaki ?”
Maka setelah berlalu tiga hari, ibu saya
pun datang menyerahkan istri saya, ternyata dia adalah seorang wanita
yang paling cantik dikota madinah,paling menjaga kitabulloh,paling
banyak merwayatkan hadit-hadit Rasululloh dan wanita yang paling banyak
mengerti hak-hak suami. Lalu saya pun tinggal bersamanya beberapa hari,
lalu saya pun datang kembali menghadiri majlis bapaknya ( Said bin
Musayyib), saya ucapkan salam dan beliau pun menjawabnya dan beliau
tidak berbicara setelah itu, tatkala pelajaran telah selesai dan semua
manusia telah beranjak pergi kecuali saya dan beliau. Lalu beliau
bertanya:
“Bagaimana keadaaan istrimu wahai Abu Wada’ah?”
Saya menjawab: “Sungguh ia adalah sebaik-baik orang yang dicintai oleh teman dan dibenci oleh musuh.”
Lalu beliau berkata: “Al hamdulillah.”
Dan tatkala saya kembali ke rumah,
tiba-tiba saya mendapati bahwa beliau telah menyiapkan harta yang sangat
banyak untuk mencukupi kebutuhan saya dan istri saya.
( Sumber H.R.Abu Nuaim dalam Hilyatul auliya)
Mutiara kisah :
1) Mengenal seorang Ulama Tabi’in yang bernama Said bin musayyib
2) Sifat ketawadhuan yang dimiliki oleh Said bin Musayyib
3) Mengenal nama murid dari Said ibnul Musayyib yang bernama Katsir abu Wada’ah
4) Alloh akan meninggikan derajat seorang penuntut ilmu
5) Tanda kesholehan seorang hamba adalah pada agamanya bukan pada hartanya
6) Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya
7) Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mencarikan pasangan yang sholeh untuk anak-anaknya
Sumber : Kisah-kisah
Keteladanan,Kepahlawanan,Kejujuran, Kesabaran, Menggugah ,Serta Penuh
dengan Hikmah dan Pelajaran Sepanjang Masa. Penerbit : Maktabah
At-Thufail, Panciro-Gowa (Makassar-Sulsel).
URL Sumber :http://almakassari.com
0 komentar:
Posting Komentar