بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sesungguhnya wajib atas setiap da’i
muslim untuk memperhatikan perbedaan antara dakwah terhadap kaum
muslimin dan dakwah terhadap non muslim yakni bagaimana metode yang di
terapkan terhadap mereka masing – masing.
Sebagaimana dimaklumi bawah nabi telah
mengarahkan dakwah ini secara umum kepada seluruh manusia, baik yang
mukmin maupun kafir. Dan terhadap kedua jenis ini tentunya mempunyai
metode yang berbeda tatkala menerangkan al haq kepadanya.
Manhaj yang menghimpun semua masalah
dakwah yang ada tentunya adalah dakwah kepada tauhidulullah, mengesankan
Allah dengan ( menyerahkan ) semua bentuk peribadatan hanya kepada
Allah dan menjauhi semua bentuk syirik. Allah Subhananhuwata’ala
berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
Rasul pada tiap – tiap umat ( untuk menyerukan) sembahlah Allah ( saja )
dan jauhilah Taghut itu “ ( An Nahl : 36 )
Maka, dakwah pertama yang disampaikan
kepada orang – orang kafir tentunya adalah dakwah kepada perkara yang
tidak sah diterima semua amalan mereka kecuali dengan perkara tersebut,
yaitu perakara Tauhid.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan oleh seorang da’i
Sehubungan dengan metode dakwah ini, ada
beberapa hal yang harus menjadi perhatian seorang da’i dalam setiap
gerak langkah dakwahnya yaitu, :
1. Tauhidullah, hal ini merupakan landasan dan prinsip pertama dimana orang – orang kafir harus diajak kepadanya.
Hal ini telah di jelaskan oleh Rasulullah kepada Mu’adz ketika mengutusnya ke Yaman ;
“ engkau akan mendatangi sekelompok
masyarakat dari ahli kitab ( Yahudi dan Nasrani ) maka hendaklah yang
pertama kali kau ajak mereka kepada :Laa illaha ilallah ( bersaksi bawah
tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah)
Sebab itulah, Rasul pertama yang Allah
Subhanahuwata’ala untus kepada penduduk muka bumi ini, yaitu Nuh
‘Alahissalam mengajak manusia ( yang ada ketika itu ) kepada tauhid dan
menjauhi syirik. Sebagaimana firman Allah Subhanahuwata’ala :
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ
مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ
يَوْمٍ عَظِيمٍ
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh
kepada kaumnya lalu ia berkata : “wahai kaumku sembahlah Allah, sekali –
kali tidak ada sesembahan bagimu selainNya.” Sesungguhnya ( kalau kamu
tidak menyembah Allah ), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang
besar (kematian)” ( Al A’raf 59)
2. Menyodorkan kenyataan yang ada kepada
kaum musyrikin tersebut melalui argumentasi dan bukti yang kuat serta
perumpamaan yang tepat ketika menerangkan betapa rendahnya para
sesembahan yang mereka seru di samping Allah. Menegaskan bahwa para
sesembahan mereka sama sekali tidak mampu memberikan manfaat, mudharat,
tidak memiliki daya dan upaya serta kekuatan, bahkan mereka sangat butuh
kepada yang lain.
Hendaknya dia memberikan berbagai
argumen yang akurat tidak adanya faedah dari semua sesembahan tersebut.
Bahkan mereka sangat butuh kepada rahmat dan karunia Allah
Subhanahuwata’la, demikian jga kebutuhan mereka untuk beribadah kepada
Allah Subhanahuwata’ala dan menghadap kepadaNya.
Kita lihat bagaimana dakwah Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam di tengah- tengah kaumnya di saat itu. Beliau hadapkan
kepada kenyataan tentang sesembahan mereka dengan metode dialog tentang
keatiadaan kodrat ( kemampuan ) para sesembahan tersebut yang mereka
seru di samping ( menyeru juga kepada ) Allah Subhanahuwata’ala.
Beliau menunjukan bahwa para sesembahan
itu tidaklah lain hanya sekian dari makhluk – makhluk ciptaanNya. Benda –
benda itu hanyalah bintang, matahari,bulan yang terbit dan terbenam (
pada waktu yang ditentutukan), mereka semua membutuhkan dzat yang
mengedarkan mereka pada orbitnnya. Sehingga sungguh tidak pantas apalagi
berhak untuk menyandang sifat ilahiyah ( disembah, diibadahi ). Setelah
itu beliau sebagaimana firman Allah Subhanahuwata’ala berkata kepada
masyarakat tersebut.
يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
“ Hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”. ( Al An’am : 78)
Dan inilah, beliau menyodorkan hakekat
sesembahan yang dipuja – puja oleh masyarakat ketika itu,lengkap dengan
dalil – dalil aqli maupun fitrah manusia. Allah Subhanahuwata’ala
menerangkan hal ini:
قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ () أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ
“ berkata Ibrahim : “ Apakah berhala –
berhala itu mendengarkan ( do’a) mu sewaktu kamu berdo’a ( kepadanya)?
Atau dapatkah mereka memberi manfa’at kepadmu atau memberi mudharat?” (
Asy Syu’ara : 72:23)
3. Mengalihkan perhatian orang – orang
kafir itu kepada keajaiban perbuatan Allah Subhanahuwata’ala di dalam
ayat - ayat kauniah ( alam semesta ) ini, menerangkan jauhnya
perrbedaan antara keajaiban tersebut dan hinanya sesembahan yang mereka
puja – puja selain Allah Subhanahuwata’ala. Termasuk ayat – ayat dan
burhan tersebut ialah bagaimana hebatnya penciptaan langit,bumi,
matahari dan bulan. Inilah perbuatan Allah yang nyata dengan semua dalil
dan buktinya.
Mengingat mereka kepada awal mula
penciptaan mereka. Bagaimana hebatnya kekuasaan Allah terhadap hal
tersebut. Dimana tentunya yang telah menciptakan semua ini. Bukanlah
dzat yang lemah untuk menciptakan yang lain, sebagaimana firman Allah
Subhanahuwata’la :
وَضَرَبَ
لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ
رَمِيمٌ () قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ
بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“ Dan dia membuat perumpamaan bagi
kami,dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata : “ Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah : “
ia akan mendapatkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan
dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk .” ( Yaasiin : 78-79)
Dan sebetulnya dengan bukti – bukti yang
jelas ini, sudah cukup jauh berlawanan dengan fitrah ( asal
penciptaan) manusia yang Allah ciptakan mereka diatasnya. Artinya, tidak
mungkin bagi siapapun yang tentunya menepisnya keberkahan mereka untuk
menerima perlakuan ibadah seperti yang di tuduhkan oleh orang – orang
kafir. Alllah berfirman :
مَّا
الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ
الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ انظُرْ
كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“ Al Masih putera Maryam hanyalah
seorang Rasul yang sesungguhnya yang telah berlalu sebelumnya beberapa
Rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua duanya biasa memakan
makanan. Perhatikan bagaimana kami menjelaskan kepada mereka ( Ahli
Kitab ) tanda – tanda kekuasaan ( kami ) kemudahan perhatikanlah
bagaimana mereka berpaling ( dari memperhatikan ayat – ayat Kami itu) “ (
Al Maidah : 75 )
4.Hendaknya dia menggunakan dua metode targhib dan tarhib terhadap orang – orang kafir ini.
At – Targhib dengan kehidupan ukhrawi
(akhirat) dan kenikmatan abadi dan At Tarhib dengan berbagai hal yang
dinantikan oleh mereka yang mendustakan ayat – ayat Allah dan para
RasulNya. Membuat perumpamaan dalam masalah ini dengan keadaan ummat –
ummat yang telah berlalu di mana mereka mendustakan para Rasul dan
menentang perintah Rabb mereka serta menyimpang dari fitrah.
Seperti yang dilakukan oleh Nabi Nuh ‘Alaihissalam terhadap kaumnya sebagaimana firman Allah Subhanahuwata’ala ;
يَغْفِرْ
لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ
أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“ Niscaya Allah akan mengampuni sebagain
dosa – dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang
ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak
dapat di tangguhkan, kalau kamu mengetahui”. ( Nuh :4)
http://www.salafy.or.id/perbedaan-antara-dakwah-terhadap-kaum-muslimin-dengan-ummat-selain-mereka/
0 komentar:
Posting Komentar