بسم الله الرحمن الرحيم
Berikut kami nukilkan sebagian tanya jawab yang terjadi
antara Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Wushaby -حفظه الله- dengan para pelajar
asing di Dar Al-Hadits, Ma’bar. Berlangsung setelah pertemuan para
masyayikh. Semoga bermanfaat:
Pertanyaan:
Benarkah menikah akan menghalangi dari menuntut ilmu?
Jawab: Tidak mesti begitu, hal itu sesuai dengan
kondisi istri. Terkadang menghalangi dan terkadang justru membantu.
Kalau istri itu shalihah maka ini akan membantu -insyaallah- untuk
menuntut ilmu. Kalau istri tersebut tidak shalihah dan tuntutan yang
mereka tuntut dalam pernikahannya sangat melimpah maka ini akan
merintangi. Kalau seorang thalibul ilmi tidak memilih wanita yang penuh
tamak terhadap dunia, tidaklah wanita yang mengejar kecuali dunia, ingin
dan ingin, tuntutannya tidak henti-henti, maka dia harus jauhi model
wanita seperti ini.
Demikian juga menjauhi (wanita)
yang keluarganya memiliki tuntutan yang tak henti-henti dalam
pernikahan. Setiap kesempatan mereka memiliki rentetan tuntutan padanya,
maka hal ini akan merintangi dari thalabul ilmi. Bisa jadi akan menjadi
sebab orang ini putus dari menuntut ilmu.
Adapun jika maharnya yang dituntut itu ringan, dan tuntutan
yang lain juga sedikit, dan mereka justru membantu untuk mengejar
kebaikan (menuntut ilmu), si istri memiliki sifat zuhud terhadap dunia,
dan cinta kebaikan dan ilmu, maka ini akan membantu dalam menuntut ilmu.
Pertanyaan:
Bolehkah seorang penuntut ilmu taklid pada seorang ‘alim tertentu atau madzhab tertentu?
Jawab: Kondisinya sebagai penuntut ilmu maka
hendaknya dia memuji Allah تعالى atas posisi ini, dia bukan orang awam.
Maka dia hendaknya berusaha dan semangat untuk mencari yang lebih sesuai
dengan dalil. Dalam suatu masalah bisa jadi dia sependapat dengan Imam
Malik, dalam masalah lain dia cocok dengan Abu Hanifah, dalam masalah
lain di cocok dengam Syafi’i atau Ahmad, dan demikian. Hendaknya dia
memilih yang mendekati kebenaran dan mencocoki dalil.
Dan dalam kondisi darurat -dia tidak mengetahui dalil- dan
tidak mendapati kecuali pendapat seorang ulama maka tidak mengapa dia
mengikutinya. Sampai jika dia mendapatkan yang lebih benar dari pendapat
ini maka dia berpindah pada yang lebih benar.
Pertanyaan:
Seorang penuntut ilmu mencela guru dan
tempat belajarnya, kemudian setelah dinasehati sebagian temannya dia
mengaku bersalah dan kembali pada kebenaran. Apakah ini cukup sebagai
taubatnya? Atau ada hal lain yang harus dia lakukan?
Jawab: Dia harus beristighfar kepada Allah تعالى dan
bertaubat pada-Nya akan apa yang telah dia lakukan berupa cacian. Dan
hendaknya dia berlindung kepada Allah تعالى dari syaithan yang terkutuk.
Perbuatan mencaci ulama dari ahlus sunnah wal jama’ah merupakan tipu
daya syaithan. Sebagaimana disebutkan oleh Allah تعالى:
{ وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ }
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah” (Al-A’raf: 200)
Dan juga dia harus meluruskan dengan gurunya, meminta maaf
kepadanya, selama guru tersebut adalah seorang ahlus sunnah wal jama’ah
dan merupakan orang yang selalu menjunjung al-haq mengikutinya.
Dia menyadari bahwa dia jatuh pada kesalahan karena
mengekor pada ucapan dan nukilan katanya, katanya, lalu dia terbawa
arus. Lalu hendaknya pada waktu mendatang dia lebih hati-hati dan
menutup telinga dari katanya dan katanya. Hendaknya juga lebih konsen
terhadap thalabul ilmi, dan memohon kepada Allah تعالى kekokohan, taufiq
dan kelurusan. Allah lah yang memberikan hidayah taufiq.
Pertanyaan Pelajar Tunisia:
Disana ada yang kami ajak
bicara dan kami dapati dia membela (Ali Hasan) Al-Halaby, bagaimana kita
akan membantahnya?
Jawab: Dia hendaknya dinasehati supaya kembali
kepada ucapan para ulama, kepada buku-buku ulama dari ahlus sunnah wal
jama’ah yang ditulis terkait masalah ini. Sama saja buku tersebut
tulisan Asy-Syaikh Rabi’ حفظه الله atau selain beliau dari ulama ahlus
sunnah wal jama’ah. Jika dia menerima nasehat alhamdulillah, dan jika
tidak menerima maka kita memohon kepada Allah تعالى agar memberinya
hidayah dan taufiq. Yang jelas kritikan terhadap Al-Halaby sangatlah
banyak. Hanya kepada Allah تعالى kita memohon pertolongan.
Pertanyaan:
Sebagian keluarga saya belajar kepada orang
sufi, dan saya terus menasehatinya sampai saat ini. Yang jadi masalah
adalah di tempat saya tidak ada dakwah Salafiyah, yang ada adalah dakwah
Turatsiyah. Apakah beoleh bagi saya menyarankan agar mereka belajar
kepada Turatsy, karena merek lebih ringan daripada sufi?
Jawab: Beri mereka nasehat untuk menjauhi hizbiyin
(Turatsy) dan menjauhi sufi. Kirimkan kepada mereka nasehat untuk
mejauhi mereka semua. Dan lihat kalau mungkin saja ada orang yang bisa
akes internet masuk ke situs-situs alhus sunnah wal jama’ah maka itu
kebaikan yang besar dan ilmu yang banyak. Alhamdulillah situs-situs
ahlus sunnah wal jama’ah begitu banyak dan penuh manfaat. Entah itu
situs yang dari Yaman, atau situs Asy-Syaikh Ibnu Baz, atau situs
Asy-Syaikh AL-Fauzan, atau situs Al-Lajnah Ad-Da’imah, atau situs
Asy-Syaikh Al-Albany, atau situs Asy-Syaikh ibnu ‘Utsaimin, dan
selainnya. (Kalau ingin situs berbahasa Indonesia maka ada situs-situs
dan blog ahlus sunnah di Indonesia, semisal: salafy.or.id, atau
asysyari’ah,com atau salafybpp,com dan lain sebagainya cukup banyak.)
sumber : http://thalibmakbar.wordpress.com/2013/05/05/asy-syaikh-al-wushaby-menjawab-seputar-pernikahan-taklid-mencela-guru-al-halaby-belajar-pada-turatsy/
0 komentar:
Posting Komentar