بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Inti kekufuran ada empat : Kesombongan yang menghalangi dari
ketundukan kepada Allah, dengki yang menghalangai dari menerima nasihat,
kemarahan yang menghalangi dari bersikap adil, dan syahwat yang
menghalangi dari semangat beribadah. Apabila hilang kesombongan, maka
mudah untuk tunduk dalam ketaatan kepada Allah. Hilangnya dengkiakan
memudahkan penerimaan nasihat. Hilangnya kemarahan akan memudahkan sifat
redah hati dan berlaku adil. Hilangnya syahwat akan menumbuhkan
kesabaran, sikap menjaga diri dan ibadah yang lainnya.
Apabila seseorang diuji dengan memiliki keempat tabiat ini, sungguh
memindahkan bukit dari tempatnya jauh lebih mudah daripada menghilangkan
keempat sifat ini. Orang semcam ini tidak akan pernah benar amalannya.
Demikian pula jiwanya, tidak akan bersih selama sifat-sifat ini ada.
Setiap kali berusaha beramal, sifat-sifat ini merusaknya. Segala
kejelekan terlahir dari sifat-sifat ini. Ketika sifat ini benar-benar
melekat dalam qalbu, kebatilan akan terlihat sebagai kebenaran dan
sebaliknya. Kemudian dunia akan mendekat dan akhirat akan semakin
menjauh darinya.
Apabila kita perhatikan kekufuran dan pembangkangan umat terdahulu,
terlihat bahwa sebabnya adalh empat hal ini, yang karenanya pula adzab
diturunkan kepada mereka. Berat atau ringannya adzab sesuai dengan berat
atau ringannya empat sifat ini. Siapa yang membuka pintu empat sifat
ini bagi dirinya berarti telah membuka seluruh pintu-pintu kejelekan
untuk dirinya di dunia dan di akhirat. Karena empat sifat ini
menghalangi dari keikhlasan, bertaubat kepada Allah, menerima kebenaran
dan nasihat dari saudaranya kaum muslimin, serta tawadhu’ kepada Allah
dan rendah hati terhadap makhluk-Nya.
Penyebab tumbuhnya empat sifat ini adalah kebodohan terhadap Rabbnya
sekaligus kebodohan terhadap dirinya sendiri. Apabila ia mengetahui
segala sifat-sifat kesempurnaan dan kemuliaan Rabbnya, serta segala
cacat dan kekurangan dirinya, ia akan jauh dari menyombongkan diri. Ia
tidak akan marah untuk melampiaskan keinginan jiwa, tidak pula dengki
kepada orang lain atas nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Karena dengki pada hakikatnya adalah bagian dari penentangan terhadap
Allah. Di mana ia tidak menyukai nikmat Allah pada seorang hamba yang
Allah sendiri senang untuk menganugerahkan nikmat-Nya kepada orang
tersebut. Ia juga ingin agar nikmat itu hilang dari orang tersebut
sedangkan Allah tidak suka hal itu. Maka dengki melawan takdir Allah.
Jadi, cara menghilangkan dua sifat ini adalah dengan mengetahui Allah
dengan sebenar-benarnya dan ridha terhadap ketetapan Allah. Adapun cara
menghilangkan kemarahan adalah dengan tahu diri bahwasannya ia tidak
pantas melampiaskan kemarahan dan membalas dendam untuk memuaskan
jiwanya. Karena pelampiasan ini berarti mendahulukan diri sendiri dengan
memuaskan hawa nafsunya sekaligus membuat marah penciptanya.
Sebab terbesar untuk menghilangkan kerusakan ini adalah dengan
membiasakan jiwa untuk selalu marah hanya karena Allah saja dan untuk
meraih ridha-Nya semata. Semakin besar sensitivitas marah dan ridhanya
karena Allah, maka semakin kecil kepakaannya untuk marah dan ridha demi
dirinya.
Demikian sebaliknya.
Sedangkan syahwat, penyembuhannya adalah dengan mengetahui bahwa
pelampiasan nafsunya tersebut justru merupakan sebab terbesar
terhalanginya dari kepuasan dan kenikmatan yang diinginkannya.
Sebaliknya, mengekang syahwat adalah sebab terbesar didapatkannya
kenikmatan yang diharapkan. Jadi, ketika engkau membuka pintu syahwat
berarti engkau berusaha menghalangi jiwa dari kenikmatan, sebagaiaman
menutup pintu syahwat berarti telah berusaha mencapai kenikmatan yang
sempurna dari segala sisinya.
Kemarahan laksana binatang buas, apabila telah menangkap buruannya,
dia akan memangsanya hingga tak tersisa. Sedang syahwat seperti api,
apabila terdapat faktor yang mendorongnya, segera syahwat tersebut
membakar sampai habis. Kesombongan seperti orang yang berusaha
menurunkan raja dari tahta. Allah adalah pemilik kesombongan. Allahlah
yang akan merendahkan dan menghukumnya karena kesombongannya. Adapun
dengki bak perlawanan kepada orang yang lebih kuat dan bukan
tandingannya. Orang yang dengki tidak akan mampu merubah takdir pada
dirinya.
Barangsiapa mampu menundukan syahwat dan kemarahannya, niscaya
syaithan akan meninggalkannya. Sedangkan siapa yang dikalahkan oleh
syahwat dan kemarahannya, syaitan tidak perlu lagi menggoda dan
menipunya. Allahu a’lam [farhan].
Referensi : Al Fawaid karya Al Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah-
Diambil dari Majalah Tashfiyah Edisi 8 Hal 93-95
http://almanshuroh.net/inti-kekufuran/
0 komentar:
Posting Komentar