Kamis, 05 September 2013

Kebiasaan Mewariskan Kecintaan

Kebiasaan Mewariskan Kecintaan
oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-
[Pengasuh Ponpes Al-Ihsan Gowa, Sulsel]


Satu diantara sekian banyak tujuan-tujuan syariat Islam, agama kita mengajarkan umatnya agar menciptakan at-tahabub (saling mencintai). Ini adalah program mulia yang diemban oleh Islam. Lantaran itu, Islam membimbing umatnya agar memelihara kebiasaan at-tahadi (saling memberi hadiah), sebuah kebiasaan yang akan mewariskan kecintaan kaum muslimin. Kebiasaan ini mulai luntur di kalangan umat Islam, diakibatkan sibuknya mereka dengan berbagai macam urusan dunia dan merebaknya sifat bakhil, sehingga banyak diantara kita yang bersikap tajahul (bermasa bodoh) dan tanasi (pura-pura lupa) tentang sunnah dan ajaran yang satu ini, yaitu sunnahnya saling memberikan hadiah diantara umat Islam.

Sunnah ini juga semakin luntur, karena para dai dan muballigh kurang menyampaikan kebiasaan solidaritas ini. Tambah lagi, sebagian umat Islam yang terlalu cinta dunia dan amat bakhil dengan harta bendanya, ia tak ingin mengeluarkan sesuatu di jalan kebaikan, kecuali ia mendapatkan balasan serupa.

Jelas semua fenomena ini menyelisihi petunjuk Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Saling memberilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (no. 594), Abu Ya'laa dalam Al-Musnad (no. 6148), Ad-Dulabiy dalam Al-Kuna (1/150 & 2/7), Ibnu Adi dalam Al-Kamil (4/1424), Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (6/169) dan dalam Syu'abul Iman (no. 8976). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (no. 1601)]
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa memberi hadiah merupakan salah satu sebab terkuat yang mewariskan dan melahirkan kecintaan dan kasih sayang. Kenapa demikian?

Al-Imam Zainuddin Abdur Rauf Al-Munawiy -rahimahullah- berkata menjawab hal itu,
وذلك لأن الهدية تؤلف القلوب وتنفي سخائم الصدور وقبولها سنة لكن الأولى ترك ما فيه منة
“Demikian itu, karena hadiah akan mendekatkan hati dan membuang kejengkelan hati. Menerima hadiah adalah sunnah. Akan tetapi yang lebih utama meninggalkan hadiah yang di dalamnya terdapat minnah (utang jasa)”. [Lihat At-Taisir bi Syarh Al-Jami' Ash-Shoghir (1/928)]

Apa yang beliau katakan, amat benar. Dengan hadiah, semua penyakit dalam hati berupa kedengkian, buruk sangka dan kejengkelan akan bersih darinya. Selanjutnya seorang akan semakin akrab dan dekat dengan saudaranya.

Hadiah yang kita berikan kepada saudara kita ibarat tali yang akan mengikat hati kita dengan hati mereka. Hati mereka tak akan lepas dan menjauh darinya dengan adanya hadiah yang kita berikan kepada mereka.

Sudah menjadi tabiat manusia, ia senang dan bergembira bila ia mendapatkan pemberian dari orang lain. Ia pun akan dekat dan mencintai saudaranya. Disinilah anda akan mengetahui bahwa hadiah adalah sebab dan sarana yang akan menyambung dan mengeratkan hubungan seorang muslim dengan saudaranya!!

Al-Imam Abul Walid Al-Baajiy -rahimahullah- berkata,
يُرِيدُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّهَا مِنْ أَسْبَابِ التَّوَاصُلِ الَّتِي تُؤَكِّدُ الْمَوَدَّةَ ، وَقَدْ قَبِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم الْهَدِيَّةَ
“Beliau (Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-) menginginkan (dengan hadits ini) –wallahu a’lam- bahwa hadiah termasuk diantara sebab-sebab langgengnya hubungan yang akan menguatkan mawaddah (kecintaan). Sungguh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- telah menerima hadiah”. [Lihat Al-Muntaqo (4/300) oleh Al-Baajiy]

Ketika Al-Imam Abu Umar Ibnu Abdil Barr menjelaskan bahwa tak boleh bagi umat Islam saling membenci, sebab kebencian akan merusak agama, maka beliau menjelaskan bahwa agama ini justru memerintahkan kita untuk saling mencintai, seraya beliau berkata,
ولهذا أمر صلى الله عليه و سلم بالتواد والتحاب حتى قال تهادوا تحابوا
“Oleh karena ini, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan untuk saling mengasihi dan mencintai sampai beliau bersabda, “Saling memberilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai”. [Lihat At-Tamhid (6/116)]

Memberikan hadiah merupakan salah satu sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang harus kita lestarikan. Pertama kita biasakan pada keluarga dan keturunan kita, lalu dari situ kita ajarkan juga kepada masyarakat Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat. Kita dengarkan atsar di bawah ini, agar kita mengerti kemuliaan pribadi para sahabat yang terbimbing di bawah lentera nubuwwah (kenabian).
Dari Tsabit, ia berkata, “Dahulu Anas -radhiyallahu anhu- berkata,
يا بَنِي تَباذَلُوا بَينَكُم ، فَإنَّهُ أَود لِما بَينَكُم
“Wahai anak-anakku, saling memberilah diantara kalian. Karena, sesunguhnya hal itu lebih mendatangkan keciantaan diantara kalian”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (hal. 208). Hadits ini dinilai shohih sanadnya oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Adab (no. 595)]
Saling memberi hadiah telah dicontohkan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bagi para sahabatnya, sehingga para sahabat dikenal dengan sifat “al-jud wal-karom” (dermawan dan murah hati)!! Cerita hidup mereka anda dapat rasakan keindahannya di balik kitab-kitab sejarah yang telah ditulis oleh para ulama Islam[1].

Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr Al-Malikiy -rahimahullah- berkata,
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يقبل الهدية وندب أمته إليها وفيه الإسوة الحسنة به صلى الله عليه و سلم ومن فضل الهدية مع اتباع السنة أنها تورث المودة وتذهب العداوة على ما جاء في حديث مالك وغيره مما في معناه
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah menerima hadiah dan menganjurkan umatnya kepada hal itu. Di dalam hal itu terdapat keteladan yang baik kepada beliau -Shallallahu alaihi wa sallam-. Diantara keutamaan (memberi) hadiah –di samping mengikuti sunnah, hadiah akan mewariskan kecintaan dan menghilangkan permusuhan berdasarkan sesuatu yang datang dalam hadits Malik dan selainnya yang semakna dengannya”. [Lihat At-Tamhid (21/18)]

Hadiah bagaimana pun kecilnya, jangan dipandang remeh. Ia sangat kuat dalam mengokohkan kecintaan seseorang kepada orang lain. Hal inilah yang sering dilalaikan oleh kebanyakan orang diantara kita. Apalagi jika diantara mereka terdapat perselisihan. Jarang diantara kita yang berusaha memberi hadiah. Padahal jika ia mau mengeratkan kembali tali persaudaraan yang terurai dengan hadiah, niscaya ia akan dapatkan persaudaraan itu akan kembali erat.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata,
وهذا شيءٌ مجرب ،فمعلومٌ أن الإنسان لا يمكن أن يقع في قلبه محبة إلا لسببٍ ظاهر يحمله على المحبة ، فإذا الأمر كان كذلك ، فاذكر ما كان للنبي عليه الصلاة والسلام وما للخلفاء الراشدين وما لغيرهم من عباد الله ، اذكر ما لهم من الصفات الحميدة والخصال الطيبة ،
“Ini merupakan perkara yang mujarab. Sudah dimaklumi bahwa seorang manusia, tak mungkin akan muncul dalam hatinya suatu kecintaan, kecuali karena ada sebab yang jelas akan mengarahkannya mencintai. Jika masalahnya demikian, maka ingatlah sesuatu yang dijalani oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para Khulafa’ Rosyidin serta selain mereka dari kalangan hamba-hamba Allah; ingatlah sesuatu yang mereka miliki berupa sifat-sifat terpuji dan perangai-perangai yang baik”. [Lihat Syarh Al-Aqidah As-Safariniyyah (1/489)]

Para pembaca yang budiman, inilah salah satu sunnah nabawiyyah yang perlu kita galakkan dan biasakan di tengah lalainya dan tenggelamnya manusia di tengah hiruk pikuknya dunia dan kebakhilan manusia terhadap dunia akibat berurat akarnya kecintaan mereka kepada alam fana ini!![2]

Biasakanlah dirimu membuat tabungan pahala di akhirat. Karena, itulah milikmu pada hakikatnya. Adapun sesuatu yang kau banggakan dan habiskan untuk keperluan bersenang-senang di dunia, maka semua itu tiada guna dan kita pun pada akhirnya akan meninggalkannya bagi orang-orang yang kita tinggal!!![3]

[1] Sejarah hidup mereka anda dapat baca dalam Usdul Ghobah karya Ibnul Atsir, Tarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy, Siyar A’lam An-Nubala’ karya Adz-Dzahabiy, dan Al-Ishobah fi Tamyiz Ash-Shohabah karya Ibnu Hajar.

[2] Hal itu tampak bila mereka diajak ber-infaq membangun masjid atau pesantren, maka banyak yang lipat tangan dan tidak bersiap. Tapi tiba gilirannya diajak untuk berkorban dalam membeli tiket untuk menonton konser Metallica atau boyband Korea, maka banyak diantara kita yang ringan tangan dan tanpa pikir akan cepat membeli tiketnya agar tak kehabisan, sampai terkadang pelaksana konser mencetak puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu tiket. Ternyata semua ludes dan habis terjual, subhanallah!! Walaupun musik haram dalam agama, mereka tetap semangat membeli dan menghabiskan uangnya di jalan setan!!!. Alangkah anehnya manusia ini!!!!

[3] Artikel ini rampung pada Hari Ahad, 25 Syawwal 1434 H -bi aunillah wa idznih- di rumah kami, di Gowa. Semoga Allah memberkahinya.

sumber : http://pesantren-alihsan.com/


0 komentar:

Posting Komentar