Kebiasaan Mewariskan Kecintaan
oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-
[Pengasuh Ponpes Al-Ihsan Gowa, Sulsel]
Satu diantara sekian banyak tujuan-tujuan syariat Islam, agama kita mengajarkan umatnya agar menciptakan at-tahabub
(saling mencintai). Ini adalah program mulia yang diemban oleh Islam.
Lantaran itu, Islam membimbing umatnya agar memelihara kebiasaan at-tahadi (saling
memberi hadiah), sebuah kebiasaan yang akan mewariskan kecintaan kaum
muslimin. Kebiasaan ini mulai luntur di kalangan umat Islam, diakibatkan
sibuknya mereka dengan berbagai macam urusan dunia dan merebaknya sifat bakhil, sehingga banyak diantara kita yang bersikap tajahul (bermasa bodoh) dan tanasi (pura-pura lupa) tentang sunnah dan ajaran yang satu ini, yaitu sunnahnya saling memberikan hadiah diantara umat Islam.
Sunnah ini juga semakin luntur, karena para dai dan muballigh kurang menyampaikan kebiasaan solidaritas ini. Tambah lagi, sebagian
umat Islam yang terlalu cinta dunia dan amat bakhil dengan harta
bendanya, ia tak ingin mengeluarkan sesuatu di jalan kebaikan, kecuali
ia mendapatkan balasan serupa.
Jelas semua fenomena ini menyelisihi petunjuk Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, beliau bersabda,تَهَادُوْا تَحَابُّوْا“Saling memberilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (no. 594), Abu Ya'laa dalam Al-Musnad (no. 6148), Ad-Dulabiy dalam Al-Kuna (1/150 & 2/7), Ibnu Adi dalam Al-Kamil (4/1424), Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (6/169) dan dalam Syu'abul Iman (no. 8976). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (no. 1601)]
Hadits ini menjelaskan kepada
kita bahwa memberi hadiah merupakan salah satu sebab terkuat yang
mewariskan dan melahirkan kecintaan dan kasih sayang. Kenapa demikian?
Al-Imam Zainuddin Abdur Rauf Al-Munawiy -rahimahullah- berkata menjawab hal itu,
وذلك لأن الهدية تؤلف القلوب وتنفي سخائم الصدور وقبولها سنة لكن الأولى ترك ما فيه منة
“Demikian itu, karena
hadiah akan mendekatkan hati dan membuang kejengkelan hati. Menerima
hadiah adalah sunnah. Akan tetapi yang lebih utama meninggalkan hadiah
yang di dalamnya terdapat minnah (utang jasa)”. [Lihat At-Taisir bi Syarh Al-Jami' Ash-Shoghir (1/928)]
Apa yang beliau katakan, amat benar. Dengan
hadiah, semua penyakit dalam hati berupa kedengkian, buruk sangka dan
kejengkelan akan bersih darinya. Selanjutnya seorang akan semakin akrab
dan dekat dengan saudaranya.
Hadiah yang kita berikan kepada saudara kita ibarat tali
yang akan mengikat hati kita dengan hati mereka. Hati mereka tak akan
lepas dan menjauh darinya dengan adanya hadiah yang kita berikan kepada
mereka.
Sudah menjadi tabiat manusia,
ia senang dan bergembira bila ia mendapatkan pemberian dari orang lain.
Ia pun akan dekat dan mencintai saudaranya. Disinilah anda akan
mengetahui bahwa hadiah adalah sebab dan sarana yang akan menyambung dan
mengeratkan hubungan seorang muslim dengan saudaranya!!
Al-Imam Abul Walid Al-Baajiy -rahimahullah- berkata,
يُرِيدُ وَاللَّهُ
أَعْلَمُ أَنَّهَا مِنْ أَسْبَابِ التَّوَاصُلِ الَّتِي تُؤَكِّدُ
الْمَوَدَّةَ ، وَقَدْ قَبِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
الْهَدِيَّةَ
“Beliau (Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-) menginginkan (dengan hadits ini) –wallahu a’lam-
bahwa hadiah termasuk diantara sebab-sebab langgengnya hubungan yang
akan menguatkan mawaddah (kecintaan). Sungguh Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam- telah menerima hadiah”. [Lihat Al-Muntaqo (4/300) oleh Al-Baajiy]
Ketika Al-Imam Abu Umar Ibnu
Abdil Barr menjelaskan bahwa tak boleh bagi umat Islam saling membenci,
sebab kebencian akan merusak agama, maka beliau menjelaskan bahwa agama
ini justru memerintahkan kita untuk saling mencintai, seraya beliau
berkata,
ولهذا أمر صلى الله عليه و سلم بالتواد والتحاب حتى قال تهادوا تحابوا
“Oleh karena ini, Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan untuk saling mengasihi dan
mencintai sampai beliau bersabda, “Saling memberilah hadiah, niscaya
kalian akan saling mencintai”. [Lihat At-Tamhid (6/116)]
Memberikan hadiah merupakan salah satu sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang harus kita lestarikan.
Pertama kita biasakan pada keluarga dan keturunan kita, lalu dari situ
kita ajarkan juga kepada masyarakat Islam, sebagaimana yang dilakukan
oleh para sahabat. Kita dengarkan atsar di bawah ini, agar kita mengerti
kemuliaan pribadi para sahabat yang terbimbing di bawah lentera
nubuwwah (kenabian).
Dari Tsabit, ia berkata, “Dahulu Anas -radhiyallahu anhu- berkata,يا بَنِي تَباذَلُوا بَينَكُم ، فَإنَّهُ أَود لِما بَينَكُم“Wahai anak-anakku, saling memberilah diantara kalian. Karena, sesunguhnya hal itu lebih mendatangkan keciantaan diantara kalian”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (hal. 208). Hadits ini dinilai shohih sanadnya oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Adab (no. 595)]
Saling memberi hadiah telah
dicontohkan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bagi para
sahabatnya, sehingga para sahabat dikenal dengan sifat “al-jud wal-karom” (dermawan
dan murah hati)!! Cerita hidup mereka anda dapat rasakan keindahannya
di balik kitab-kitab sejarah yang telah ditulis oleh para ulama Islam[1].
Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr Al-Malikiy -rahimahullah- berkata,
كان رسول الله صلى الله
عليه و سلم يقبل الهدية وندب أمته إليها وفيه الإسوة الحسنة به صلى الله
عليه و سلم ومن فضل الهدية مع اتباع السنة أنها تورث المودة وتذهب العداوة
على ما جاء في حديث مالك وغيره مما في معناه
“Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam- pernah menerima hadiah dan menganjurkan umatnya kepada
hal itu. Di dalam hal itu terdapat keteladan yang baik kepada beliau
-Shallallahu alaihi wa sallam-. Diantara keutamaan (memberi) hadiah –di
samping mengikuti sunnah, hadiah akan mewariskan kecintaan dan menghilangkan permusuhan berdasarkan sesuatu yang datang dalam hadits Malik dan selainnya yang semakna dengannya”. [Lihat At-Tamhid (21/18)]
Hadiah bagaimana pun kecilnya, jangan
dipandang remeh. Ia sangat kuat dalam mengokohkan kecintaan seseorang
kepada orang lain. Hal inilah yang sering dilalaikan oleh kebanyakan
orang diantara kita. Apalagi jika diantara mereka terdapat perselisihan.
Jarang diantara kita yang berusaha memberi hadiah. Padahal jika ia mau
mengeratkan kembali tali persaudaraan yang terurai dengan hadiah,
niscaya ia akan dapatkan persaudaraan itu akan kembali erat.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata,
وهذا شيءٌ مجرب ،فمعلومٌ أن
الإنسان لا يمكن أن يقع في قلبه محبة إلا لسببٍ ظاهر يحمله على المحبة ،
فإذا الأمر كان كذلك ، فاذكر ما كان للنبي عليه الصلاة والسلام وما للخلفاء
الراشدين وما لغيرهم من عباد الله ، اذكر ما لهم من الصفات الحميدة
والخصال الطيبة ،
“Ini merupakan perkara
yang mujarab. Sudah dimaklumi bahwa seorang manusia, tak mungkin akan
muncul dalam hatinya suatu kecintaan, kecuali karena ada sebab yang
jelas akan mengarahkannya mencintai. Jika masalahnya demikian, maka
ingatlah sesuatu yang dijalani oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-
dan para Khulafa’ Rosyidin serta selain mereka dari kalangan hamba-hamba
Allah; ingatlah sesuatu yang mereka miliki berupa sifat-sifat terpuji
dan perangai-perangai yang baik”. [Lihat Syarh Al-Aqidah As-Safariniyyah (1/489)]
Para pembaca yang budiman,
inilah salah satu sunnah nabawiyyah yang perlu kita galakkan dan
biasakan di tengah lalainya dan tenggelamnya manusia di tengah hiruk pikuknya dunia dan kebakhilan manusia terhadap dunia akibat berurat akarnya kecintaan mereka kepada alam fana ini!![2]
Biasakanlah dirimu membuat
tabungan pahala di akhirat. Karena, itulah milikmu pada hakikatnya.
Adapun sesuatu yang kau banggakan dan habiskan untuk keperluan
bersenang-senang di dunia, maka semua itu tiada guna dan kita pun pada
akhirnya akan meninggalkannya bagi orang-orang yang kita tinggal!!![3]
[1] Sejarah hidup mereka anda dapat baca dalam Usdul Ghobah karya Ibnul Atsir, Tarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy, Siyar A’lam An-Nubala’ karya Adz-Dzahabiy, dan Al-Ishobah fi Tamyiz Ash-Shohabah karya Ibnu Hajar.
[2]
Hal itu tampak bila mereka diajak ber-infaq membangun masjid atau
pesantren, maka banyak yang lipat tangan dan tidak bersiap. Tapi tiba
gilirannya diajak untuk berkorban dalam membeli tiket untuk menonton
konser Metallica atau boyband Korea,
maka banyak diantara kita yang ringan tangan dan tanpa pikir akan cepat
membeli tiketnya agar tak kehabisan, sampai terkadang pelaksana konser
mencetak puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu tiket. Ternyata semua
ludes dan habis terjual, subhanallah!! Walaupun musik
haram dalam agama, mereka tetap semangat membeli dan menghabiskan
uangnya di jalan setan!!!. Alangkah anehnya manusia ini!!!!
[3] Artikel ini rampung pada Hari Ahad, 25 Syawwal 1434 H -bi aunillah wa idznih- di rumah kami, di Gowa. Semoga Allah memberkahinya.
sumber : http://pesantren-alihsan.com/
0 komentar:
Posting Komentar