Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir
Seorang istri yang diberi taufiq oleh Allah Ta’aala adalah seorang istri yang berusaha menjadi istri yang shalihah. Karena dia tahu kebahagian rumah tangganya yaitu dengan dia berusaha menjadi istri yang baik yang menunaikan hak-hak suami, begitu juga dia tahu hal itu akan menjadi sebab dia mendapatkan kebahagian diakhirat kelak. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda :
إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحصنت فرجها وأطاعت بعلها دخلت من أي أبواب الجنة شاءت
“Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban di al-Mawaarid : 1296 dari Abu Hurairah)
Lalu sifat-sifat apa yang dimiliki seorang istri shalihah, diantaranya disebutkan dibawah ini :
1. Istri shalihah adalah seorang istri yang mentaati Allah dan Rasul-Nya serta mentaati suaminya
Wanita shalihah adalah seorang wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan kewajiban yang diwajibakan atasnya seperti shalat lima waktu, puasa pada bulan ramadhan, memakai hijab syar’i dan kewajibannya yang lainnya. Disamping itu mereka taat kepada suami-suami mereka.
Allah Ta’aalaa berfirman :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
“Maka perempuan-perempuan yang shalih, adalah yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka.” (Qs. an-Nisaa’ [4] : 34)
Berkata Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu dan selainnya tentang firman Allah Ta’aalaa“(Perempun-perempuan yang taat : قَانِتَاتٌ ), perempuan-perempuan yang taat kepada suami-suami mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحصنت فرجها وأطاعت بعلها دخلت من أي أبواب الجنة شاءت
“Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban di al-Mawaarid : 1296 dari Abu Hurairah)
Dan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فانظري أين أنت منه, فإنما هو جنتك ونارك
“Perhatikanlah posisimu (hubunganmu –ed) terhadap suamimu sebab dia adalah surgamu dan nerakamu.” (HR. Ahmad dan al-Hakim dan selainnya, ia menyatakan hadits shahih dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi)
Dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اثان لا تجاوز صلاتهما رءوسهما عبد ابق من مواليه حتى يرجع ومرأة عصت زوجها حتى ترجع
“Ada dua orang yang shalat mereka tidak naik melewati kepala mereka ; yakni seorang budak yang lari dari majikannya hingga kembali kepadanya, dan seorang istri yang bermaksiat kepada suaminya hingga ia kembali taat.” (HR. ath-Thabarani di Al-Mu’jam, al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah : 1/517 dari ‘Abdullah bin Amr al-Ash Radiyallahu ‘anhu)
2. Istri shalihah adalah istri yang mengakui kepemimpinan suami, menghormati dan tidak menggugat kepemimpinannya.
Seorang wanita yang mempunyai agama yang baik adalah seorang wanita mengakui kepemimpian suaminya, menghormati dan mentaatinya bukan seperti sebagian wanita yang jauh dari agama yang mengugat kepemimpinan suaminya, seakan-akan ia ingin menguasai suaminya. Seorang wanita shalihah adalah seorang wanita yang berkata kepada suaminya Wahai Suamiku, engkau adalah pemimpin rumah tangga kita, aturlah kami dengan aturan Allah, pimpinlah kami untuk taat kepada-Nya, bimbinglah kami terhadap apa yang maslahat (baik) untuk kami. Insya Allah engkau akan mendapatiku dan anak-anak menghormatimu, memuliakanmu dan taat kepadamu. Itulah kewajiban sebagai seorang yang dipimpin kepada yang memimpin.
Allah Ta’aalaa berfirman :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (Qs. an-Nisa’:34)
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Baqarah : 228)
3. Istri shalihah adalah istri yang selalu berusaha untuk menyenangi dan melayani suaminya, diantaranya dengan mempercantik diri di hadapan suami.
Wanita shalihah selalu berusaha melayani dan menyenangi suaminya diantaranya dengan berdandan dan mempercantik dirinya untuk suaminya, karena ia tahu hadits Rasulullah shalallallahu ‘alahi wasallam, dimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda :
خير النساء التي تسره إذا نظر إليها و تطيعه اذا أمر ولا تخالفه في نفسها ولا مالها بما يكرها
“Sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas dirinya dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya.” (HR. An-Nasa’i, al-Hakim dan Ahmad. Berkata Al-Hakim “Shahih menurut syarat Muslim” dan disepakai Imam adz Dzahabi dan hasankan oleh Syaikh al-Albani didalam Silsilah Ash Shahihah 4/453 dari sahabat Abu Hurairah)
Berbeda dengan wanita yang tak kenal agama yang berdandan dan mempercantik dirinya untuk orang lain, dan suaminya hanya mendapatkan ia dalam keadaan kusut, kumel dan bau asem.
Bagi istri shalihah melayani suami adalah aktivitas yang dia niatkan untuk beribadah kepada Allah sebuah kebahagian dan kesenangan tersendiri ketika ia melayani suaminya dan merasa lelah karenannya. itu semua dia lakukan dalam rangka mengharap ridha Allah.
4. Istri shalihah adalah seorang istri yang tidak menolak ajakan suaminya untuk berhubungan suami istri.
Diantara tujuan terbesar seseorang menikah adalah untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dengan cara yang halal dan aman. Bahkan tak sedikit sebagian mereka menikah karena alasan khawatir kalau tidak segera menikah terjatuh kepada perbuatan zina. Seorang istri yang memiliki agama tahu benar tentang kebutuhan yang satu ini, bahkan seorang istri shalihah selalu berusaha memenuhi ajakan suaminya dalam masalah hubungan suami istri dengan meniatkan niat yang baik supaya dirinya dan suami terjaga dari maksiat. Makanya dalam keadaan apapun seorang istri shalihah berusaha untuk selalu memenuhi ajakan suaminya untuk berhubungan suami istri. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا دعا الرجل زوجته لحاجته فلتجئه وإن كانت على التنور
“ Jika seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi kebutuhannya (berhubungan suami istri -ed), maka hendaklah istri memenuhi ajakannya meskipun dalam keadaan ia berada dihadapan tungku.” (HR. Ibnu Hibban didalam mawaarid : 1295 )
Sebaliknya sebagian istri yang jauh agama enggan memenuhi ajakan suaminya untuk berhubungan badan. Entah dengan alasan ia lelah, atau ia sedang bersitegang dengan suami, atau karena ketidak tahuannya akan dosa penolakan tersebut.
Bila suami mengajak istrinya untuk memenuhi syahwatnya, lalu istri menolak, maka penolakan ini bertentangan dengan tujuan di atas dan mendorong suami untuk melakukan tindakan haram. Karenanya, menjadi kewajiban istri menyambut ajakan suami untuk melakukan hubungan suami istri di waktu apa pun selama waktu tersebut diperbolehkan; malam atau pun siang. Menaati suami dalam masalah ini merupakan salah satu kewajiban yang paling ditegaskan dan membantahnya merupakan bentuk kemaksiatan terbesar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فأبت أن تجيء لعنتها الملا ئكة حتى تصبح
“Apabila seorang laki-laki memanggil istrinya di tempat tidur (untuk berhubungan –ed) lalu istrinya enggan untuk datang, maka para malaikat akan melaknatnya hingga (waktu) shubuh.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu)
Meski demikian, sebaiknya suami juga memperhatikan kondisi istri. Bisa jadi istri sedang sakit, sedang capek luar biasa dan berbagai kondisi lain yang mengganggunya. Sikap suami tersebut merupakan bagian dari interaksi yang baik dan kepribadian yang mulia
5. Istri Shalihah adalah istri yang selalu bersyukur dan jauh dari keluh kesah
Mereka adalah para istri yang selalu bersyukur kepada suaminya dan jauh dari keluh kesah. Mereka mensyukuri kebaikkan suaminya, mereka menyukuri uang pemberian suaminya, mereka mensyukuri kesederhaan suaminya, setiap apa yang diberikan dari suaminya mereka mensyukurinya dan tidak mengkufurinya. Bukan seperti sebagian wanita diberi sedikit nuntut yang banyak, diberi banyak selalu merasa kurang, diberi sesuatu yang istimewa dibandingkan dengan orang lain, tidak di beri mencela.
Allah Ta’alaa berfirman :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sagat pedih.”(Qs. Ibrahim : 7)
Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku melihat neraka dan aku melihat sebagian besar penduduknya adalah kaum wanita. Mereka (para sahabat -ed) bertanya, ‘Mengapa demikian wahai Rasulullah?’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يكفرن العشير ويكفرن الإلحسان, لو أحسنت الى إحداهن الدهر, ثمرأت منك شيأ قالت : ما رأيت منك خير قط
Mereka mendurhakai suami dan mengingkari kebaikannya. Sekiranya seorang dari mereka engkau perlakukan dengan baik sepanjang masa, lalu ia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, ia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sesuatupun kebaikan darimu selama ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
من يستعفف يعفه الله ومن يستغن يغنه الله
“Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah menjaga dirinya dan barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberi kecukupan baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا ينظر الله الى امراة لا تشكر لزوجها وهي لا تستغني عنه
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup/qana’ah) darinya.”(HR. an-Nasa’i, al-Baihaqi, at-Tirmidzi dan ia berkata hadits ini sanadnya shahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi dari ‘Abdullah bin ‘Amr
6. Istri shalihah adalah istri yang berta’awun dalam kebaikan dengan suaminya.
Istri shalihah adalah seorang istri yang berta’awun dengan suaminya dalam kebaikkan. Allah Ta’aala berfirman tentang hal ini
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (Qs. al-Maidah [5] : 2)
Bukan istri yang malah menjadi fitnah bagi suaminya, ingin berangkat ta’lim disuruh libur, ingin menyisihkan uang untuk infak diingatkan dengan kebutuhan keluarga, ingin bantu dakwah kurang didukung. Tentang hal ini Allah Ta’aala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (Qs. at-Taghabun [64] : 14)
7. Istri shalihah adalah seorang istri yang jauh dari sikap nusyuz
Istri shalihah adalah istri yang tidak melakukan nusyuz terhadap suaminya, yaitu menempatkan diri lebih tinggi dari suami, dengan membantah perintahnya, keluar dari ketaatan kepadanya, tidak ridha terhadap posisi yang telah ditetapkan Allah untuknya. Diantara sikap nusyuz adalah :
- Menolak ajakan suami untuk berhubungan suami istri.
- Mengkhianati suami terkait dengan kehormatan dirinya, yaitu dengan menjalin hubungan haram dengan laki-laki lain.
- Menyakiti suami dengan perkataan buruk, mencelanya atau mencacinya.
- Keluar dari rumah suami tanpa ijin suami.
- Menyebarluaskan rahasia suami dan merusak kehormatannya.
Itu diantara sifat-sifat istri shalihah yang kekita seorang istri berusaha mensifati dirinya dengan sifat tersebut maka secara sebab ia akan mendapatkan kebahagian didalam rumah tangganya dan dalam kehidupan akhiratnya kelak.
http://nikahmudayuk.wordpress.com/2012/03/17/dengan-menjadi-istri-shalihah-meraih-kebahagian-dunia-dan-akhirat/
0 komentar:
Posting Komentar