Kamis, 03 Januari 2013

Beli Rumah, Mobil, dan Naik Haji dulu baru BOLEH Poligami

Tanya:
Ustadz mohon nasehatnya seorang ummahat dengan 5 anaknya pergi meninggalkan rumah suaminya di hari suaminya melamar akhwat lain (taadud) karena bernadzar jika janji suaminya untuk memberi rumah, mobil dan ibadah haji telah ditunaikan baru akan berpoligami, ternyata suaminya melanggar dan umahat tsb menjalankan nadzarnya pergi meninggalkan suaminya..sebagai teman dekatnya nasehat apa yang harus ana sampaikan?

 
Jawab:
Nasehatkan kepadanya untuk bertaqwa kepada Allah. Nadzarnya adalah sesuatu yang maksiat. Karena wanita tidak boleh meninggalkan rumah suaminya tanpa seizinnya dan tanpa alasan yang benar. Bahkan wanita yang dicerai sekalipun disyari’atkan untuk tidak meninggalkan rumah suaminya sampai masa ‘iddahnya selesai. Adapun suaminya yang berpoligami padahal belum membelikannya rumah, mobil, dan membawanya naik haji, bukan alasan yang membenarkannya untuk meninggalkan rumah suaminya. 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعَصِيَةٍ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ ابْنُ آدَمَ
“Tidak ada pemenuhan untuk sebuah nadzar yang berada dalam maksiat dan tidak pula (untuk sebuah nadzar) dalam perkara yang tidak dipunya oleh anak Adam”. (HR. Muslim dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu)


Hadist diatas meskipun dalam bentuk berita tetapi yang dimaksud adalah larangan.
-Kemudian nasehatkan pula kepadanya untuk bersabar. Bila dia menginginkan penyelesain yang baik maka sabar adalah jalan keluarnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً، خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ
Tidaklah seseorang diberi sebuah pemberian yang lebih baik dan lebih luas melebihi kesabaran.” (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu)


Dia bisa membicarakan masalahnya dengan baik bersama suaminya. Lagi pula kebahagian itu tidak diukur dengan materi.


Tetapi dengan kedekatan kita kepada Allah. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang bisa saling mengerti, memahami, menerima, dan sabar diantara mereka. Kalau kita memang mempunyai cinta yang sejati kepada pasangan kita, bukankah kita rela mengorbankan apa saja untuk kebahagian pasangan kita? Tentunya selama tidak bertentangan dengan syariat Allah. Ketahuilah, barangkali yang menurut kita buruk ternyata merupakan kebaikan untuk kita, dan demikian pula sebaliknya.

Allah berfirman:
وَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia merupakan kebaikan buat kalian, dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu padahal ia merupakan keburukan buat kalian”. (Al Baqarah: 216)


Wallahu a’lam bish shawab.


Sumber : BBG Assunnah, Admin Ustadz Ayub Abu Ayub Hafizhahullaah

0 komentar:

Posting Komentar