Pertanyaan:
Benarkah pemahaman bahwa ilmu itu bisa
diambil dari siapapun, karena yang diambil adalah perkataan mereka dari
guru-guru mereka yang mencocoki kebenaran saja?
Jawaban:
Ucapan itu benar, (ilmu) diambil dari siapapun, dari guru-guru yang saya sebutkan tadi syarat-syaratnya*),
siapapun gurunya. Adapun kalau mengambil secara mutlak dari siapa saja,
sekarang kalau ia mengatakan, “Saya mengambil kebenaran dari siapa
saja,” itu artinya ia adalah alim ulama yang tidak ada lagi duanya.
Artinya ia bisa membedakan antara yang benar yang yang salah, sehingga
ia bisa mengambil dari siapa saja, walaupun dari ahlul bid’ah
diambil[nya].
“Ini bid’ah, ini haq, tidak apa-apa saya
diambil,” yang bisa membedakan ini siapa? Alim ulama! Kalau orang yang
baru belajar, tidak mungkin ia bisa seperti itu.
Karena itu orang yang baru belajar,
cari[lah] guru yang baik aqidahnya, baik manhajnya, orang yang tidak
menganut bid’ah sama sekali, supaya ilmu yang ia dapatkan (adalah) ilmu
yang benar. Dan karena itulah para ulama melarang duduk dengan ahlul
bid’ah karena bahaya mereka memasukkan hal-hal yang bukan dari agama
bisa merusak pemikiran seseorang.
*) Dalam kesempatan sebelumya, disebutkan syarat-syarat seorang guru yang kita boleh belajar kepadanya yaitu:
1. Guru tersebut mempunyai aqidah yang baik
2. Guru tersebut mempunyai manhaj yang lurus
3. Guru tersebut adalah seorang guru yang diketahui menasihati umat dan mempunyai itikad baik kepada umat
(Di transkrip dengan perbaikan
redaksi oleh Muhammad Syarif Abu Yahya dari rekaman kajian oleh Al
Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi yang terdapat dalam CD-50
Tasjilat Al Atsariyyah)
0 komentar:
Posting Komentar