Kamis, 13 Desember 2012

Inilah Alasan Mengapa Aku Enggan Berjilbab


Saudaraku yang semoga Allah merahmatimu..

Aku tuliskan catatan ini wahai saudaraku, bukan karena aku lebih baik darimu..
Atau bukan karena aku paling baik diantara kalian..

Sungguh, semata-mata ku lakukan karena aku peduli padamu. Karena kau saudaraku dan aku mencintai kebaikan bagimu sama seperti aku mencintai kebaikan untuk diriku sendiri. Dan barangkali kau pernah mendengar, bahwa agama ini adalah nasihat. Maka aku menasihati diriku sendiri yang utama kemudian kau, saudaraku di jalan Allah.


Bagiku hijab adalah suatu kebaikan yang teramat berharga. Ia merupakan kebanggaanku, kehormatanku, kemuliaanku, juga ciri khas serta identitasku sebagai seorang Muslimah. Maka dengan mengharap keridhaan dari Rabb-ku Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, aku menghendaki agar kebaikan yang kurasakan bersama hijab ini dapat pula kau rasakan.

Aku sampaikan begini sebab aku tidak ingin kemudian kau berkata di belakangku, “Mengapa orang ini mencampuri urusanku?! Ini hidupku dan aku yang menjalaninya. Berjilbab atau tidak biarlah urusanku dengan Tuhanku saja!”


Tidak, aku tidak menginginkan kalimat tersebut terucap dari lisanmu. Aku katakan kembali bahwa aku tidak memiliki keinginan untuk mencampuri urusanmu. Aku hanya menginginkan bagimu kebaikan sebagaimana aku menginginkan kebaikan untuk diriku.

Semoga Allah memberiku hidayah demikian pula bagimu..

Dibawah ini kutulis beberapa alasan para wanita Muslimah, mengapa mereka enggan menutupi auratnya, padahal telah datang pada mereka kabar dari Tuhan-nya bahwa mengenakan jilbab adalah wajib.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]

Perhatikanlah saudaraku, barangkali satu diantaranya adalah pernyataan yang menjadi alasanmu juga.

Pertama,
“.. ah, yang terpenting bagiku adalah hati, bukan penampilan! Apakah berjilbab ataukah tidak”

Betulkah begitu saudaraku? Betulkah bahwa penampilan atau hal yang tampak merupakan sesuatu yang kurang begitu penting bagimu?

Baiklah, bantulah dirimu untuk mengingat apa yang telah kau lakukan sejak pagi tadi. Bukankah pagi tadi kau membersihkan tubuhmu, memakai pakaian bagus, lalu memoles wajahmu dengan blush on dan lipstick berwarna peach, kemudian memberikan sedikit hair mask pada rambutmu, dan tak lupa menyemprotkan parfum lalu keluar menuju kampus atau tempat kerjamu. Kau akan pergi setelah menilai penampilanmu oke. Bukankah hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya penampilan teramat penting bagimu?

Well, aku anggap kau telah sependapat denganku, bahwa baiknya hati sangat penting. Namun penampilan zahir (tampak) pun sangatlah penting.

Selanjutnya aku kutipkan padamu sebuah hadits yang mulia dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam,

“ Ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging apabila baik gumpalan tersebut maka baiklah jasad tersebut dan sebalikya apabila rusak maka rusaklah jasad tersebut ingatlah bahwa itu adalah hati”

Perhatikanlah wahai saudaraku..
Bahwa ternyata baiknya hati dan baiknya jasad (penampilan) berbanding lurus, tidak mungkin kau mengambil salah satu dan mengenyampingkan yang lainnya. Jadi jika hatimu baik, maka akan baik pula jasad atau penampilanmu. Dan menutup auratmu dengan mengharap ridha Allah merupakan sebuah amalan zahir (tampak) yang sangat agung dan merupakan salah satu upaya untuk memperbagus penampilanmu. Tentunya merupakan sebuah kewajiban dari Rabb-mu Yang Maha Kuasa tanpa bisa kau negosiasikan kembali.

Kesimpulannya, tidak mungkin kau melakukan amalan batin sedang tidak diiringi dengan amalan zahir. Dan sesungguhnya seorang yang jujur dalam keimanannya untuk memperbaiki hatinya, pastilah tidak akan melewatkan untuk melakukan ketaatan kepada Allah yakni berhijab dan memperbaiki jasadnya (amalan zahir).


Kedua
“Aku lihat banyak sekali orang yang berjilbab namun akhlak mereka buruk. Dan ditempat lain banyak kawan-kawanku yang tidak memakai jilbab namun mereka baik..”

Jadi itulah yang membuatmu enggan berjilbab wahai saudaraku? Dan kau memilih menjadi seperti kawan-kawanmu yang tidak mengenakan jilbab namun mereka telah baik menurutmu?

Aku katakan padamu bahwa aku mengenal seseorang yang baik padaku namun dia adalah seorang pecandu alkohol. Apakah itu menunjukkan bahwa aku mesti menjadi seorang alcoholic?

Lalu akupun memiliki teman-teman dari kalangan Nasrani, Hindu dan Budha, beberapa dari mereka gemar memberi, suka menolong, dan sikap mereka sangat baik kepada manusia meski tidak seagama dengan mereka. Apakah hal tersebut kemudian membuatku mengatakan “Aku memilih menjadi seperti mereka. Menjadi seorang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha sebab mereka sangat baik”


Ketiga
“Jujur, aku khawatir kelak susah mendapatkan jodoh dengan jilbab yang ku kenakan”

O dear..  cobalah bertanya begini pada dirimu sendiri,
“Laki-laki seperti apa yang ku inginkan untuk dinikahi”
“Ayah yang bagaimana yang aku inginkan untuk anak-anakku kelak?”

Pikirkanlah untuk menjawab pertanyaan tersebut..
Saudaraku, apakah kau ingin menikah dengan laki-laki yang hanya ingin mencari pasangan dengan gaya rambut menarik dan betis yang mulus?

Dimana laki-laki tersebut tidak akan berpikir sedikitpun untuk menikahi wanita yang membungkus tubuhnya dengan jilbab sebab yang menarik hatinya adalah para wanita yang gemar berganti gaya rambut dan mempertontonkan setengah dadanya. Benarkah laki-laki seperti demikian yang kau inginkan untuk menikah denganmu?

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam tanzil-Nya,
“…wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula…” [An-Nuur: 26]

Subhanallah..
Kau punya waktu untuk merenungkannya kembali dengan pikiranmu yang jernih saudaraku..

Tidakkah kau inginkan seorang laki-laki shalih?

Bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau menginginkan suamimu kelak yang dapat menjadi seorang Imam bagimu dan anak-anakmu?

Seorang laki-laki yang dapat membimbingmu dan mengarahkanmu kepada kebaikan..

Seorang laki-laki yang menjaga kehormatanmu dan kehormatan keluargamu..

Seorang laki-laki yang memuliakanmu..

Seorang laki-laki yang memiliki tekad kuat untuk mengamalkan ayat Allah yang mengatakan:
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” [Lihat At-tahrim ayat 6]

Bukankah kau menginginkan seorang laki-laki yang menjadi teladan baik bagi anak-anakmu kelak?

Bukankah kau pernah bercita-cita memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah?

Jawablah pertanyaanku..
Bagaimana bisa kau mendapatkan apa yang kau ingini dan kau cita-citakan dari seorang laki-laki yang hanya menginginkan keindahan tubuh wanita untuk dipamerkan, yang bahkan tidak memiliki cukup iman untuk menyukai jilbab bagi istrinya??


Keempat
“Aku pun khawatir akan sulit mendapatkan pekerjaan  dan sulit untuk berkarir.”

Saudaraku, tidak pernahkah kau memperhatikan seekor burung?
Dia terbang pada pagi harinya meninggalkan sangkarnya, kemudian tidak lama kembali pada keluarganya dan membawakan mereka makanan.

Lalu siapakah Dzat yang memberi burung-burung tersebut rizki dari langit?

Aku yakin kau akan menjawab “Allah-lah Meha Pemberi Rizki”

Apakah kau berpikir bahwa Allah memberi rizki pada burung-burung tersebut dan tidak memberi rizki kepadamu?

Apakah kau berpikir bahwa Allah Ta’ala zalim?

Apakah kau akan berpikir bahwa Allah memerintahkan sesuatu untukmu kemudian Dia menyulitkanmu?

Bahwa Dia memerintahkanmu untuk berjilbab lalu membiarkanmu hidup di dunia tanpa memperoleh rizki?

Apa yang kau khawatirkan wahai saudaraku?

Perhatikanlah kalam Allah berikut,

“Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” [Huud : 6]

Saudaraku, aku berdoa kepada Allah agar melembutkan hati-hati kita..

Barangkali saat ini angan-anganmu terhadap dunia begitu tinggi..
Kau bercita-cita begini..  berambisi itu.. ingin menjadi begini dan begitu..
Kau ingin agar sukses di dunia kemudian melakukan sebab dan upaya agar tercapai keinginanmu tersebut. Namun sudahkah kau berpikir dan bercita-cita untuk kehidupanmu di akhirat nanti?

Maka akan kau jawab, “Tentu saja sista! Siapa-lah yang tidak ingin mencapai kesuksesan di akhirat?!”

Lalu sejauh mana upayamu dalam menggapai kesuksesan dan kebahagiaan tersebut wahai saudaraku?

Kau diam.

Bahkan kau ingin mendapatkan surga dalam keadaan enggan untuk taat kepada Rabb-mu? Enggan untuk berjilbab?

Kau berpikir untuk mengejar dunia, padahal sesungguhnya dunia akan berpaling darimu, membelakangimu serta mengkhianatimu. Sebab dunia pastilah akan musnah. Sedang akhirat, itulah negeri yang kekal dan abadi. Maka bagaimana kau mengejar sesuatu yang akan musnah dan membelakangi sesuatu yang kekal?

Alangkah indah nasihat dari Hasan Al-Bashri yang mengatakan.
“Permisalan antara dunia dan akhirat adalah seperti timur dan barat. Semakin engkau dekat pada satu sisi, semakin jauh engkau pada sisi yang lainnya.”

Saudaraku yang semoga Allah memberkahimu..

Sungguh, bukanlah aku menasihatimu untuk melupakan dan membelakangi dunia. Sebaliknya aku menasihati diriku sendiri kemudian kau agar bersemangat dalam memperoleh apa-apa yang bermanfaat bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat.

“Bersemangatlah memperoleh sesuatu yang bermanfaat begimu dan mintalah pertolongan kepada Allah. Serta jangan merasa lemah.” (HR. Muslim)

Dan agar bersemangat dalam menatap masa depan.
Disebabkan masa depan dunia memiliki ujung dan tidak kekal, maka akan sangat adil bagi kita untuk memilih memprioritaskan masa depan yang lebih cemerlang, menjanjikan, serta abadi. Tiada lain akhirat.

Allah Al-Ghaniy, Yang Maha Kaya berfirman dalam kalam-Nya yang mulia,

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq: 2-4]

Tersenyumlah saudaraku sebab Allah Ta’ala telah berjanji padamu dalam keadaan kau mengetahui bahwa janji Allah adalah benar.

Tersenyum lalu hiburlah lagi dirimu dengan hadits yang mulia berikut,

“Barang siapa yang Akhirat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran  berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang  kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya.” [HR. Tirmidzi]

Saudaraku, aku berharap kau tidak lagi khawatir akan rizki dan duniamu. Dan semoga hal ini tidak lagi menjadi alasanmu mengapa enggan berjilbab. Allah saja-lah Yang Memberi taufiq.

Kelima
“Pelan-pelan, aku ingin menjilbabi hatiku terlebih dahulu..”

Aku tersenyum. Sebab pernyataan inilah yang paling sering kau jadikan pelurumu dalam menyangkal nasihat-nasihat kawanmu tentang jilbab. Seringkali ku dengar para wanita mengucapkan ini dengan senyum mengembang dan rasa puas.

Aku bertanya padamu saudaraku, apa yang kau maksudkan dengan “menjilbab i”?

Apakah maksud dari menjilbabi olehmu adalah mensucikan, membersihkan, memperbaiki bagitu?

Baiklah aku ambil kesimpulan bahwa saat ini kau tengah berupaya memperbaiki, membersihkan dan mensucikan hatimu.

Lalu bagaimana upayamu sejauh ini?
Apa yang tengah kau lakukan untuk memperbaiki dan mensucikan hatimu tersebut?

Saudaraku, semoga Allah memperbaiki urusanmu..

Aku beri tahu sesuatu yang sangat penting untuk kau ketahui. Bahwa mensucikan hati dan menjadikannya bersih dari segala kotoran dan penyakit tidaklah dapat ditempuh kecuali dengan beberapa sebab seperti meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah, melakukan ketaatan dan memperbanyak bertaubat kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaknya mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [An-Nur: 30]

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat ini bahwa sucinya hati itu terjadi setelah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan, yaitu menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah Ta’ala.

Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.(Ibnul Qayyim)

Dan wahai saudaraku, dengan apa kau dapat menundukkan pandangan serta menjaga kehormatanmu jika bukan dengan berhijab?

Maka kau telah keliru dalam berpandangan dan mengambil sikap. Kau mengira dengan menunda berjilbab dan melakukan apa yang kau sebut dengan upaya menjilbabi hati adalah sebuah cara yang sudah benar, ternyata sebaliknya. Cobalah kau berpikir lagi, bagaimana mungkin kau dapat mensucikan hatimu, sedang tidak kau tempuh sebuah upaya yang berarti. Yang bahkan kau menunda-nunda kebaikan dan enggan untuk memenuhi perintah Rabb-mu. Lalu dengan tersenyum kau berkata “Aku ingin menjilbabi hati dulu..”. Tidakkah hal tersebut sia-sia belaka?

Saudaraku, tempuhlah sebab-sebabnya serta berlapang dadalah. Sungguh, mengenakan jilbab dan menjaga kehormatanmu itulah cara tepat untuk menjilbabi hati.


Keenam
“Yang penting aku shalat 5 waktu, berpuasa pada Ramadhan dan mengeluarkan zakat!”

Ya, kau benar saudaraku. Shalat, berpuasa dan mengeluarkan zakat adalah amalan-amalan yang agung dan termasuk kedalam kewajiban utama sebagai Muslim. Sebab islam dibangun dengan 5 rukun yang 3 diantaranya apa yang telah kau sebutkan tadi bukan? Kau pasti menghapal rukun tersebut.

Namun tentu kau mengetahui betul bahwa syariat Islam yang telah Allah turunkan dengan Hikmah dan Keadilan-Nya ini bukanlah sebatas perkara shalat atau puasa saja.

 Kau tahu bahwa perintah mengenakan jilbab adalah nyata tertulis didalam Kitabullah Al Karim. Bahwa tidak ada pertentangan dari zaman dahulu hingga sekarang antara para ulama tentang wajibnya menutupi aurat. Jika kau mendengar ada tokoh-tokoh yang menyerukan bahwa berjilbab tidaklah wajib, maka yakinlah bahwa mereka sejatinya tidak menginginkan syariat Allah melainkan mempertuankan hawa nafsu-nya . Berdoalah kepada Allah agar dijauhkan dari kesesatan mereka.

Dan aku katakan padamu bahwa tidaklah Allah turunkan perintah dan larangan bagi hamba-hamba-Nya kecuali Dia menghendaki kemudahan, kebaikan dan keselamatan.

Dalam Kitab-Nya yang mulia, Ar Rahman berfirman yang artinya,

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..” [An-Nur: 31]

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]

Maka khawatirlah wahai saudaraku, jika jiwamu condong kepada menerima syariat Allah yang satu lalu menolak syariat yang lainnya. Khawatirlah dengan ucapanmu yang enggan berjilbab dengan mengatakan, “Yang terpenting aku shalat, puasa, dan berzakat..”

Khawatirlah sebab Allah telah mencela Bani Israil, dengan sebab mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain.

“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” [Al-Baqarah: 85]


Ketujuh
“Jilbab membatasi kebebasan saya!”

Bagimu jilbab membatasi kebebasanmu, namun bagiku sebaliknya. Eye Shadow, lipstick, short dress, dan high heels lah yang sama sekali telah membatasi kebebasanku.

Lalu aku bertanya, apa definisi kebebasan menurutmu?

Barangkali kau hendak mengatakan bahwa kebebasan adalah “Ketika aku bebas melakukan apapun yang aku ingin lakukan”.

Demi Allah, bukan itu yang Rabb-mu kehendaki wahai saudaraku..

Kebebasan adalah dalam melakukan hal yang benar, bukan melakukan apapun yang ingin kau lakukan!

Saudaraku kau seorang Muslimah. Dan kau beriman kepada kitab Allah. Maka hal yang semestinya kau lakukan adalah berbangga dengan identitas seorang muslimah yakni hijab. Manakala orang-orang selainmu yakni kaum kafir berbangga dengan hot pant dan bikini maka kau berbangga jilbabmu. Tidakkah kau berpikir bahwa ini istimewa?
Hal isitimewa yang dikehendaki oleh Pencipta-mu untukmu, yang tidak dikehendaki oleh wanita-wanita kafir.

Bahwa Dia menghendaki kemuliaan bagimu. Semakin kau menutup rapat auratmu, maka semakin tinggi harga dirimu sebagai wanita. Semakin tinggi kehormatanmu. Dan ini adil sekali.

Aku sampaikan sebuah hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, bahwa beliau bersabda,

“Sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari ucapan nabi-nabi yang terdahulu adalah ‘Apabila engkau tidak malu, maka lakukan apa pun yang engkau mau’.”

Lagi-lagi “malu” menjadi tolok ukur seseorang dalam banyak perbuatannya. Bahwa orang yang menginginkan untuk berbuat sesuka hati menandakan kurang sekali rasa malunya.

Benarlah apa yang dikatakan seorang sahabat, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Malu dan iman itu senantiasa ada bersama-sama. Bila hilang salah satu dari keduanya, hilang pula yang lainnya.”

Dan benar sekali bahwa kau bebas untuk melakukan apa yang kau mau. Kau bebas berbuat, berpikir, berucap. Kau bebas memilih beragama ataukah tidak. Kau bebas memutuskan ingin menjilbabi tubuhmu atau tidak. Kau bebas melangkahkan kakimu kemana saja kau inginkan.

“If you feel no shame, then do as you wish”

Dan jangan putus mengingat bahwa Tuhanmu pun bebas membuat perhitungan denganmu.


Kedelapan
“Ya, aku tahu bahwa jilbab itu wajib bagi setiap wanita Muslim, namun aku betul-betul belum siap. Aku khawatir jika jika dipaksakan, nantinya akan on-off dalam memakainya”

Aku nasihatkan pertama-tama untukku kemudian engkau wahai saudaraku agar memperbanyak memohon ampun dan memohon hidayah kepada Rabb At Tawwab dan Al Haadii, Rabb Yang Maha Penerima Taubat serta Maha Pemberi Petunjuk. Berharaplah semoga dengan begitu Allah melembutkan hati-hati kita dan memudahkan kita dalam melakukan ketaatan.

Sungguh jika kau ketahui wahai saudaraku, perintah yang Allah tujukan bagimu dan kau enggan melaksanakannya maka siapakah yang kelak merugi? Apakah Dia, Allah Yang Maha Suci akan merugi??

Saudaraku, bahkan jika seluruh makhluk dari generasi pertama hingga generasi terakhir kalangan jin dan manusia mendurhakai Allah hingga taraf  kedurhakaan paling tinggi, maka tidaklah hal tersebut mengurangi kemuliaan Allah sedikitpun. Allah tidak pernah rugi sama sekali.

Maka semestinya kau mengetahui bahwa yang rugi adalah dirimu sendiri. Allah tidaklah memaksamu memilih jalan hidupmu. Bahkan kau bebas berbuat sekehendak hatimu. Dia hanya menolongmu agar kelak kau selamat. Sebab Dialah yang menghisabmu nanti.

Dan wahai saudaraku yang semoga Allah memuliakanmu..

Aku percaya kau memiliki kepercayaan diri untuk berdiri dan mengatakan:
“Aku yakin bisa memulai untuk menempatkan perintah Allah di atas keinginan atau kekhawatiranku sendiri. Dengan pertolongan-Nya aku percaya dapat melakukannya ‘Kami dengar dan kami taat’.”

Ketahuilah, apabila niatmu benar dan ada kesungguhan atasnya maka dengan pertolongan Allah, Dia-lah yang akan memberimu kesiapan dan kemantapan, tanpa perlu kau katakan,  “..nanti saja jika sudah mantap..”

Dia pulalah yang akan memberimu keistiqamahan. Tanpa perlu ragu dan mengatakan, “..nanti saja, khawatir jilbab-nya on-off”



Kesembilan
“Suatu hari nanti aku pasti berjilbab, tidak sekarang..!”

Semoga Allah memberi hidayah dan taufiq kepada kita..

Andaikan sahabat karibmu saat ini meneleponmu kemudian berkata “Nonton yuk!”, maka kemungkinan besar kau akan menjawab dengan bersemangat “yuk…kapan?? “

Lihatlah begitu semangatnya kau bersegera untuk melakukan sesuatu demi kesenangan duniamu. Sedangkan untuk kesenangan di akhiratmu kau mengatakan “..tidak sekarang!”

Saudaraku, beritahu aku apa yang kau maksudkan dengan suatu hari nanti PASTI?
Jangan katakan bahwa kau dapat meramal masa depanmu dimana kau mengataka,
“Hari itu.. aku pasti memakai jilbab!”

Semoga Allah memberimu kecerdasan. Kau tahu bahwa seorang yang cerdas adalah yang paling banyak mengingat pemutus kelezatan (maut). Cobalah berpikir untuk meluangkan sedikit waktumu demi mengingat kematian. Sebab yang pasti terjadi adalah hari dimana kau mati.

Kau tidak pernah tahu kapan dan di bumi mana kau akan diwafatkan. Maka berpikirlah kembali sebelum mengatakan, “.. tidak sekarang, biarlah suatu saat nanti.”

Bahkan saudaraku, kau tidak pernah tahu apakah esok hari kau masih diberi kesempatan oleh Rabb-mu menuju tempat kerjamu dengan gaya rambut terbaru.



Kesepuluh
“Hidayah belumlah sampai kepadaku..”

Saudaraku, apabila kau menginginkan sebuah sepatu baru, anggaplah kau pernah melihatnya di sebuah swalayan di kotamu. Kemudian kau duduk di rumahmu tanpa mengupayakan sesuatu berupa uang yang cukup dan usahamu untuk membeli sepatu tersebut lantas kau mengatakan, “Aku berharap sepatu dambaanku tersebut tiba dirumahku secepatnya.” Apakah kau berpikir sepatu tersebut akan benar-benar datang padamu?

Sungguh hidayah terlalu mahal untuk kau tunggui tanpa mengupayakan sesuatu yang berarti saudaraku..

Sesuai dengan usaha yang engkau berikan,
maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau angan-angankan.

Bahwa “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” [Al-Baqarah: 213]

Namun hidayah perlu untuk dipinta. Bahkan wajib bagi setiap hamba Allah untuk meminta hidayah kepada-Nya.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi yang artinya,

“Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.”

Maka lakukanlah sesuatu yang berarti wahai saudaraku!

Bersemangatlah untuk memperbanyak meminta hidayah dan taufiiq kepada Allah Azza wajalla, serta tempuhlah sebab agar semakin dekat dengan-Nya. Sungguh melakukan ketaatan dan amalan shalih serta berupaya menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah merupakan suatu upaya yang sangat berarti untuk memperoleh hidayah yang kau dambakan tersebut.

Sebagai penutup, izinkanlah aku mengutip sebuah nasihat indah dari seorang mantan petinju dunia, Muhammad Ali kepada putrinya Hana. Barangkali saja semakin menambah motivasimu untuk tidak menunda berhijab. Semoga Allah menjagamu..

“Hana, segala sesuatu ciptaan Allah yang berharga di muka bumi ini senantiasa tertutup dan sulit untuk didapatkan. Di manakah engkau menemukan berlian? Jauh di dalam tanah, tertutup dan terlindungi. Di manakah engkau menemukan mutiara? Jauh di dasar samudera, tertutup dan terlindungi dalam sebuah cangkang yang keras. Di manakah engkau menemukan emas? Jauh di dalam tanah yang ditambah, tertutup oleh banyak lapisan batuan… Engkau harus bekerja keras untuk mendapatkannya.”

Ia memandang dengan tatapan mata yang serius.

“Demikian pula tubuhmu. Jauh lebih berharga dari pada berlian dan mutiara, maka engkau juga harus mengenakan hijab agar tertutup.”

Hanya kepada Allah aku meminta agar menjadikan kita semua sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup kejelekan, dan tidak ada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Allah Saja-lah yang memberi taufiiq


21 Muharram 1432
Saudaramu di jalan Allah

sumber : http://aruhuriyya.wordpress.com/2011/03/13/inilah-alasan-mengapa-aku-enggan-berjilbab/

0 komentar:

Posting Komentar