Rasulullah bersabda yang artinya “Kalian akan
mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan
kalian, dan pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti
tahi lalat di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai sesuatu yang buruk.”
[HR. Abu Dawud dan Hakim]
Saudaraku yang dirahmati Allah…
Penampilan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Orang yang berpenampilan baik tentu akan lebih dihargai
daripada orang yang berpenampilan buruk. Bahkan di Indonesia ada suatu
nilai dalam masyarakat Jawa yang mengajarkan “Ajining diri saka lathi, Ajining sarira saka busana”, yang
intinya bahwa kehormatan seseorang itu dinilai dari ucapan dan
pakaiannya. Suatu nilai yang sebenarnya sudah jauh ditanamkan oleh
Rasulullah n.
Namun sayang, terkadang di kalangan pemuda Islam, masalah penampilan ini kerap diabaikan. Dengan alasan “Kalau sudah ngaji itu nggak perlu nggaya-nggaya banget. Pokoknya nutup aurat.”, kita sering melihat pemuda yang pakaiannya terkesan asal-asalan.
Saudaraku yang dirahmati Allah…
Memang sebagai pemuda muslim, kita tidak perlu mengikuti trend
fashion yang berubah-ubah. Tdak perlu membeli baju yang mahal. Tidak
perlu ikut-ikutan merubah gaya rambut agar dianggap keren. Namun agama
ini mengajarkan umatnya untuk berpenampilan bagus, yang bisa
menyenangkan orang yang kita temui. Nah, berikut beberapa kriteria
“penampilan bagus” yang diajarkan oleh Rasulullah n:
1. RAPI
a. Berpakaian rapi. Berpenampilan rapi artinya pakaian kita
tidak kusut. Jangan sampai kita datang ke pengajian atau shalat
berjamaah di masjid dalam kondisi pakaian kita masih banyak bekas-bekas
lipatan. Setrikalah pakaian kalian hingga licin sehingga tidak terlihat
awut-awutan. Apabila pakaian baru saja digunakan, jangan langsung
ditaruh sembarangan, namun digantung menggunakan gantungan pakaian agar
tidak kusut.
b. Merapikan rambut. Selain pakaian, penting juga untuk
mengatur rambut kita. Apabila kusut maka sisirlah. Apabila sudah cukup
panjang dan mulai susah ditata, lebih baik dipotong. Dari Jabir bin
Abdullah c, beliau berkata yang artinya “Rasulullah n datang kepada kami
untuk berziarah di rumah kami. Tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang
kusut rambutnya, maka beliau berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menata rambut kepalanya ?“ [HR. Ahmad dan Nasa’i].
Namun bagi wanita dilarang untuk memotong rambutnya hingga sangat
pendek menyerupai laki-laki. Karena fitrah wanita memang memiliki rambut
yang panjang.
2. BERSIH
a. Berpakaian bersih. Bersih artinya bebas dari kotoran.
Apabila pakaian kita terkena noda dan tidak bisa dihilangkan, maka
cepat-cepat direndam agar mudah dicuci. Sehingga apabila kita
menggunakannya kembali, noda-noda tersebut sudah tidak berbekas sehingga
terlihat elok kembali. Dari Jabir bin Abdullah c, beliau berkata yang
artinya “Rasulullah n datang kepada kami untuk berziarah di rumah kami.
Tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang pakaiannya kotor, maka beliau
berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat mencuci bajunya ?” [HR. Ahmad dan Nasa’i]
Jangan lupa mensikat sepatu dan sandal kita. Kan jadi tidak indah bila pakaian kita bersih, namun alas kaki kita penuh kotoran.
b. Berbadan bersih. Kebersihan bukan hanya menyangkut pakaian,
namun juga kebersihan badan kita. Sudah seharusnya kita menjaga
kebersihan dengan mandi. Mandi dapat menghilangkan kotoran sehingga
menjauhkan seorang muslim dari penyakit dan menjaga agar badannya tidak
bau. Wajah yang bersih dan badan yang wangi tentu membuat orang lain
suka berinteraksi dengan kita.
Dari Abu Hurairah z, bahwa Rasulullah n bersabda yang artinya “Dari
Abi Rofi’, ia berkata, bahwa Rasulullah n pada suatu malam berkeliling
mengunjungi beberapa istrinya. Maka beliau mandi setiap keluar dari
rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya, ‘Ya, Rasulullah, tidakkah
mandi sekali saja?’ Maka jawab Rasulullah n, ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.’” [HR. Ibnu Majah dan Abu Daud]
c. Bergigi dan mulut bersih. Kebersihan gigi juga tidak boleh
dilupakan. Orang lain tentu tidak nyaman berbicara dengan orang yang
giginya kotor masih ada bekas makanan. Saking pentingnya, Rasulullah n
bersabda yang artinya, “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu.” [HR. Muslim]
Gigi yang rajin disikat dengan siwak atau pasta gigi akan terjaga
kesehatannya sehingga tidak mudah rusak atau berlubang. Ini juga membuat
mulut kita menjadi tidak bau, sehingga orang lain pun nyaman berbicara
dengan kita. Rasulullah n bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang makan bawang merah dan bawang putih serta kucai, maka janganlah dia mendekati masjid kami.” [HR. Muslim].
Maksud dari hadits tersebut bukan mengharamkan bawang untuk dimakan,
tetapi hendaknya setelah makan makanan yang berbau tajam, kita
membersihkan mulut kita agar tidak bau. Apabila kita merasa sudah rajin
membersihkan gigi dan mulut kok masih sering bau, maka waspadalah! Ada
kemungkinan gigi kita berlubang. Harus segera mengobatinya ke dokter
gigi agar tidak terjadi infeksi sehingga pengaruh buruknya tidak
menjalar ke anggota tubuh yang lain.
d. Melakukan sunnah yang fitrah. Rasulullah n bersabda yang artinya, “Lima
hal yang termasuk fitrah (kesucian): Mencukur bulu kemaluan, khitan,
menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” [HR. Bukhari dan Muslim]
e. Membersihkan kendaraan kita. Di awal artikel ini sudah
disebutkan hadits yang mengajarkan untuk memperbaiki kendaraan. Yang
paling mudah tentu membersihkannya. Motor yang sering kita gunakan
untuk bepergian, apabila tidak sempat dicuci, minimal harus sering
dilap.
3. INDAH
Berpenampilan indah artinya kita bisa memadukan pakaian kita agar
enak dipandang. Bukan berarti harus yang baru dan mahal. Namun artinya
pakaian tersebut harus cocok paduannya, sesuai standar masyarakat
setempat, asal tidak menyelisihi syariat.
Misal kita mengenakan sarung. Kita tentu menjaga agar sarung kita diatas mata kaki. Namun masyaAllah,
jangan sampai karena saking semangatnya, sarung tersebut lebih tinggi
dari celana yang kita kenakan dibalik sarung, sampai-sampai celana yang
kita gunakan di balik sarung kelihatan (balapan). Ini jelas
menyelisihi standar kelaziman dan keindahan yang ada dalam masyarakat
kita. Solusinya jangan mengangkat sarung terlalu tinggi, atau kita
memilih celana dibalik sarung yang tidak terlalu panjang.
Ini juga berlaku bagi yang ingin mengenakan tsaub (jubah ala
saudi). Jangan sampai ujung jubah itu jauh lebih tinggi dari celana di
dalamnya. Bahkan apabila ada orang arab yang melihatnya, ia pasti akan
merasa ganjil. Apabila tsaub kita memang ujungnya tinggi, lebih baik kita mengenakan sarung.
Juga apabila kita bergaul dengan masyarakat, jangan hanya mengenakan baju koko dengan bawahan sirwal
(celana lebar) yang tingginya hanya sebetis. Masyarakat kita memandang
bahwa orang yang mengenakan celana seperti itu sebagai pakaian yang
tidak sopan. Seperti mau pergi main saja. Pakailah sarung, karena
masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal sarung sebagai pakaian
sopan bagi kaum muslimin.
Perhatikan juga paduan warnanya. Jangan sampai misalnya kita berbaju
koko merah namun sarungnya hijau. Tentu orang lain melihat perpaduan
warna pakaian kita tidak cocok. Masalah keindahan ini memang masalah
selera. Namun masyarakat kita sudah memiliki aturan perpaduan dasar
dalam berpakaian. Selama itu tidak menyelisihi syariat, bukankah lebih
baik kita mengikuti aturan tersebut? “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan” [HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad]
Bahkan apabila kita tidak mengindahkan kelaziman berpakaian dalam
masyarakat, ada kemungkinan membuat mereka menjauh dari dakwah Islam. “Islam itu kok orang-orangnya gak rapi ya? Perpaduan pakaiannya ngawur” . Naaudzubillah min dzaalik. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.
Karena itulah, sangat penting untuk berusaha menjaga penampilan kita
di tengah-tengah masyarakat. Namun jangan memaksakan diri untuk membeli
pakaian yang baik Apabila memang kita tidak mampu membeli yang baru dan
punyanya hanya itu, tidak mengapa. Yang penting kita tetap menjaga
kerapian dan kebersihan penampilan kita.
4. WANGI
Penting untuk menjaga agar tubuh kita tidak bau ketika berinteraksi
dengan orang lain. Apalagi masa remaja biasanya produksi keringat sangat
tinggi, dan biasanya bau keringat tersebut sangat tidak sedap.
Solusinya segera mandi bila setelah keringatnya kering, kita. Seusai mandi, gunakanlah penghilang bau badan (deodorant)
yang biasanya digunakan di ketiak. Karena memang di lipatan-lipatan
tubuh seperti ketiak itulah produksi keringat paling banyak dan berbau
tidak sedap.
Juga disunnahkan untuk menggunakan wewangian. Rasulullah n adalah
pribadi yang menyenangkan. Orang yang duduk di dekatnya selalu merasa
betah karena beliau selalu berbadan wangi. Anas z menceritakan, “Tidak pernah aku mencium bau wangi atau bau semerbak yang lebih wangi dari bau dan semerbak Nabi n”. [HR. Bukhari]
Namun penggunaan wewangian untuk bergaul ke luar rumah ini hanya
dibolehkan untuk laki-laki. Wanita hanya boleh menggunakan wewangian di
dalam rumahnya, tidak di luar rumah. Rasulullah n bersabda, “Seorang
perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki
agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut
adalah seorang pezina” [HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad]
Begitulah saudaraku…
Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga penampilan.
Tujuannya agar umatnya dihargai orang lain, dan agar agama ini terlihat
sebagai agama penuh rahmat yang membawa kesejukan bagi seluruh alam. Allaahu alam (Ristyandani)
diambil dari Majalah Tashfiyah edisi 22 (http://tashfiyah.net/2013/04/berpenampilan-baik/)
0 komentar:
Posting Komentar