Suatu hari di masjid raya negeri Fusthat,wilayah Mesir.Seorang ulama
terkenal bernama Abul Fadhl Al Jauhari sedang menyampaikan ilmu agama
untuk khalayak ramai.Di dalam kesempatan tersebut,Al Jauhari menjelaskan
bahwa Rasulullah pernah menjatuhkan talak,mengucapkan dzihar dan melakukan ii’la’.
Di antara hadirin,terlihat seseorang yang nampak asing bagi Al
Jauhari dan orang-orang.Orang asing itu sendiri bernama Muhammad bin
Qasim Al ‘Utsmani.
Setelah keluar meninggalkan masjid,Al ‘Utsmani bersama satu rombongan
orang lantas mengikuti Al Jauhari dari belakang,sampai ke
rumahnya.Mereka dipersilahkan masuk.Setelah berbincang-bincang dan
tamu-tamu telah beranjak pamit,Al Jauhari memberi kesempatan kepada Al
‘Utsmani untuk berbicara.
“Hari ini,saya menghadiri majlis Anda.Saya mendengar Anda menerangkan bahwa Rasulullah pernah melakukan ii’la’ dan menjatuhkan talak,hal ini benar.Namun,Anda juga mengatakan bahwa Rasulullah mengucapkan dzihar,padahal hal ini tidak pernah terjadi.Sebab,dzihar itu termasuk ucapan mungkar dan dusta.Jadi,tidak mungkin hal ini terjadi pada diri Rasulullah”,Al ‘Utsmani berterus terang.
Saat itu juga,Al Jauhari memeluk Al ‘Utsmani dan mencium kepalanya.
Al Jauhari menyatakan,”Sejak detik ini,saya bertaubat dari pendapat
tersebut.Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan,atas teguran ini”
Keesokan harinya,sebagaimana biasa,Al Jauhari menyampaikan ilmu untuk khalayak ramai di masjid raya Fusthat.
Dalam kesempatan tersebut,Al Jauhari mengumumkan rujuknya dari
pendapat yang disampaikannya pada hari sebelumnya.Sekaligus beliau
memuji Al ‘Utsmani.
“Saya adalah guru kalian.Namun,orang ini (Al ‘Utsmani) adalah guruku.Kemarin,saya menyatakan bahwa Rasulullah pernah melakukan iila’,menjatuhkan talak dan mengucapkan dzihar.Namun,tidak ada seorang pun dari kalian yang menegur”,kata Al Jauhari.
Kemudian Al Jauhari menceritakan ulang tentang kejadian kemarin bersama Al ‘Utsmani .
Al Jauhari lalu menutup pembicaraan di majlis tersebut dengan
berkata,”Saya menyatakan taubat dari pendapat kemarin dan saya rujuk
kepada kebenaran.Barangsiapa yang kemarin hadir,janganlah ia berpendapat
demikian! Barangsiapa yang hari ini tidak hadir,hendaknya diberitahu
oleh yang hadir.Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan”
Subhaanallah!
Pelajaran penting dan berharga! Berani mengaku salah adalah sifat
terpuji.Siap untuk merujuk kepada kebenaran merupakan akhlak mulia.Hanya
hamba yang berjiwa besar saja yang mampu melakukannya.
Memang berat,bukan? Walaupun demikian,marilah kita belajar dan
berlatih untuk selalu siap mengaku salah.Buang rasa malu dan sungkan
sejauh-jauhnya! Mendahulukan ego tidak akan membawa manfaat.Astaghfirullah
Setelah membawakan kisah di atas,Ibnul ‘Arabi
menasehati,”Perhatikanlah! Semoga Allah merahmati kalian.Perhatikanlah
agama yang kokoh ini! Juga sikap hormat kepada ilmu dan ahlul ilmi! Di
hadapan khalayak ramai,seorang ulama yang berkedudukan tinggi dan telah
terkenal kemuliaannya,menerima kebenaran dari seseorang yang asing dan
tidak diketahui dari mana asalnya! Teladanilah beliau,pasti kalian akan
memperoleh petunjuk!”
Iila’ : Sumpah seorang suami untuk tidak mendekati istrinya.Waktunya tidak boleh lebih dari empat bulan
Dzihar : Ucapan seorang suami kepada istrinya,”Punggungmu seperti punggung Ibuku!”
sumber : http://tashfiyah.net/2013/06/berani-mengaku-salah/
0 komentar:
Posting Komentar