Selasa, 11 Desember 2012

Manhaj Ahlus Sunnah dalam Mengkritik Seseorang

Oleh Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan

Soal : Bagaimana manhaj Ahlus Sunnah dalam mengkritik seseorang kemudian menyebutkan nama mereka, apakah menjelaskan kepada umat tentang kesalahan-kesalahan beberapa da’i termasuk fitnah yang harus dihindari ?

Jawab : Kesalahan adalah sesuatu yang harus dijelaskan dan dipisahkan dari kebenaran, adapun tentang individu tertentu, maka tidak ada manfaatnya mencela mereka, bahkan bisa jadi akan menimbulkan mudharat, kita tidak mengkritik orang-orangnya, namun kita hanya ingin menjelaskan kesalahan dan menerangkan kebenaran kepada umat agar mereka mengambil yang benar dan meninggalkan yang salah. Jadi bukan untuk mencela kepribadian seseorang atau balas dendam terhadapnya, bukan ini tujuannya. Seseorang yang melakukannya dengan tujuan untuk balas dendam adalah pengekor hawa nafsu. Adapun orang yang meniatkannya untuk menjelaskan kebenaran kepada masyarakat maka dialah penasihat bagi kaum muslimin.

Apabila keadaan menuntut untuk disebutkan nama orang yang dibantah tersebut supaya masyarakat mengetahuinya maka yang seperti ini adalah karena kemaslahatan yang nyata.

Para ahli hadits menyebutkan nama-nama rawi yang dicela, mereka mengatakan : Si Fulan, Si Fulan dan Si Fulan adalah para pendusta, Fulan lainnya buruk hafalannya, Si Anu seorang Mudallis, mereka menjelaskan dengan mengatakan Fulan (menyebutkan namanya). Mereka tidak bertujuan untuk mencela seseorang namun hanya bermaksud untuk menjelaskan kebenaran supaya diketahui bahwa orang ini dalam periwayatan haditsnya dicela sehingga manusia menjauhinya dan berhati-hati terhadapnya. Intinya adalah tergantung pada maksud dan tujuan, jika tujuannya adalah untuk mencela seseorang maka ini adalah hawa nafsu sehingga tidak boleh dilakukan.

Andaikan tujuannya adalah untuk menjelaskan kebenaran dan nasihat kepada masyarakat maka hal itu tidak mengapa, Alhamdulillaah. (1)
====================
Foot note :
1. Ibnu Mubarak mengatakan : “Al Mu’alla bin Hilal adalah tokoh, hanya saja jika datang sebuah hadits dia akan berdusta  lalu orang Sufi mengatakan kepadanya : ” Wahai ‘Abdurrahman (Ibnu Mubarak) kenapa engkau melakukan ghibah ? maka beliau mengatakan : diam kamu, apabila tidak kita jelaskan maka bagaimana akan membedakan antara kebenaran dan kebathilan. ” (Al-Kifayah :9)

(Dinukil untuk http://najiyah1400h.wordpress.com dari buku : Jawab Tuntas Masalah Manhaj. Karya : Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al-Fauzan. Dikumpulkan oleh : Jamal bin Furaihan Al-Haritsi. Penerjemah : Abu Hudzaifah Yahya & Abu Luqman. Penerbit : Pustaka Al-Haura, Jogjakarta.  Hal:150-151)

0 komentar:

Posting Komentar