Kepergian
putranya ke sisi Allah Pemilik alam semesta. Sang ibu tidak mampu
membuka mulutnya, kecuali sepatah-dua kata yang lirih hampir tidak
terdengar saat ditanya.
Kala
itu hancur perasaannya melihat buah hatinya kini tidak berdaya lagi dan
malaikat maut telah menggenggam nyawanya. Hari-hari bersama si kecil
menjadi memori yang susah terhapus dari benaknya. Senyum dan tangisan si
bocah terasa terngiang-ngiang di telinganya. Semua membisu dengan duka
yang merambah dalam sanubari. Seakan-akan semut-semut yang merayap ikut
merasakan pilu hati sang bunda.
Bunda,
relakan kepergian anakmu. Hapuslah air matamu. Bunda, tabahkan hatimu
bunda; Iringi ia dengan panjatan doa dan munajatmu yang tulus di
hari-harimu; semoga di suatu saat nanti ia akan bersamamu dalam bahagia
yang berhias canda dan ria.
Bunda,
hapus luka hatimu. Ingatlah bahwa tidak ada sehelai daun yang jatuh di
bumi, kecuali dengan izin-Nya. Demikianlah tidak ada jiwa yang lepas
dari kandung badan, melainkan dengan ketetapan Rabb-mu. Bunda, pujilah
Allah -Azza wa Jalla-, Rabb Yang Menciptakan segala sesuatu.
Yakinlah
Bunda bahwa tidak sesuatu Dia tetapkan, sedang engkau ridho dan rela
dengan ketentuannya, kecuali engkau akan disayangi. Bunda, relakanlah
kepergian kasihmu dan buah hatimu. tidak ada kesedihan yang diiringi
sabar, melainkan Allah ganti dengan kebahagiaan abadi nan indah.
Bunda,
ketahuilah bahwa anakmu yang pergi akan menjadi tabungan kebaikan bagi
di akhirat. Suka-duka yang engkau lalui akan terganti dengan bahagia
yang berkepanjangan.
Ketahuilah bahwa Rabb-mu Yang Maha Mulia, Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ
وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) [البقرة/156، 157]
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami
kembali)“. Mereka itulah yang mendapat sholawat (pujian) dan rahmat dari
Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.
Al-Baqoroh : 156-157)
Al-Imam
Abu Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata saat
menjelaskan makna sholawat dalam ayat ini, “Maknanya, pujian dari Allah
atas mereka dan rahmat (kasih sayang)”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir
(1/468)]
Ayat
ini mengurai dua keutamaan yang akan engkau raih –wahai Bunda- bila
dikau bersabar dan yakin atas ketentuan Rabb-mu. Besarkanlah Rabb-mu,
niscaya Dia akan membesarkan semangatmu dan lapangkanlah hatimu yang
sempit. Pujilah Robb-mu Allah -Azza wa Jalla- atas segala kondisi,
niscaya akan memujimu dan menolongmu di saat kau butuh kepada-Nya. Raga
dan jiwamu, kasih dan cintamu adalah milik-Nya.
Di
kala tidak dinyana olehmu, Dia mengambil milik-Nya yang selama ini
menjadi impian dan buah hatimu, maka tabahkanlah hatimu dan sadarkan
dirimu bahwa ia memang milik Rabb.
Bunda,
sadarilah dari hati kecilmu bahwa Rabb masih menyayangimu. Kepergian si
kecil bukanlah siksaan, akan tetapi kasih sayang datang menhampirimu.
Bundaku sayang, disana ada suatu keutamaan yang agung sedang menanti
dirimu sebagai buah kasih dari Allah Sang Maha Pencipta lagi Maha
Pemurah.
Kali
ini aku akan mengajakmu -wahai Bunda- untuk menelusuri taman-taman ilmu
yang penuh keindahan dan kenyamanan demi melipur lara yang mendera
kalbumu sayang. Taman-taman indah itu berupa hadits-hadits Nabimu
-Shallallahu alaihi wa sallam-, Nabi yang amat penyayang kepadamu dan
seluruh umatnya. Kini aku hadirkan di hadapanmu seuntai kumpulan
hadits-hadits pelipur laramu, wahai Bunda.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَا
مِنِ امْرَأَةٍ تُقَدِّمُ ثَلَاثًا مِنَ الْوَلَدِ تَحْتَسِبُهُنَّ،
إِلَّا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ ” فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: أَوِ
اثْنَانِ ؟ قَالَ: ” أَوِ اثْنَانِ
Tidak
ada seorang perempuan yang merelakan tiga orang anaknya, sedang ia
mengharap pahala (di balik hal itu), kecuali ia akan ke dalam surga.
Seorang wanita bertanya, “Apakah dua orang juga?” Beliau bersabda, “Ya,
dua orang juga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/246). Hadits ini dinilai
shohih oleh Syu'aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad (7357)]
Ulama Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- berkata,
“Barangsiapa
yang meninggal dua orang anaknya, maka ia akan masuk surga dan kedua
anak itu akan melindunginya dari neraka. Hal itu tidaklah khusus bagi
wanita, baik orang tua, mau pun anak. Karena adanya hadits-hadits yang
banyak mencakup kedua jenis kelamin”. [Lihat Ash-Shohihah (6/399/no.
2680)]
Bunda,
lihatlah keutamaan besar yang menanti dirimu. Adakah keutamaan yang kau
idamkan selama ini melebihi surga? Tentunya tidak, wahai bunda.
Karenanya, raihlah keutamaan besar ini dengan keikhlasan dan sikap
tabahmu. Hapuslah air matamu dan senyumlah menatap janji yang agung ini.
Semua
ini engkau dapatkan dari sisi Allah sebagai bentuk kasihnya kepadamu.
Anak yang selama ini kau rawat dan kau kasihi, kini telah pergi agar ia
menjadi tangga bagimu dalam meraih kasih sayang Allah.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَا
مِنَ النَّاسِ مُسْلِمٌ يَمُوتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ
يَبْلُغُوا الْحِنْثَ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ
رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ
“Tak
seorang muslim yang meninggal tiga orang anaknya yang belum mencapai
masa baligh, kecuali Allah akan memasukkannya (yakni, orang tua) ke
dalam surga dengan berkat rahmat-Nya (sayang-Nya) kepada mereka (yakni,
anak-anak)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (1381), An-Nasa'iy dalam
Sunan-nya (1873)Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1605)]
Saking
sayangnya Allah kepada anakmu –wahai Bunda- sampai anda pun sebagai
orang tua dan perawatnya akan di masukkan bersama mereka dalam surga
yang indah dan luas, insya Allah.
Al-Imam
Ibnu Rajab Al-Hambaliy -rahimahullah- berkata, “Allah menyayangi
anak-anak kecil kaum muslimin dengan rahmat (kasih sayang) yang sempurna
sampai Allah memberikan keutamaan kepada anak-anak itu, lalu
orang-orang tua mereka masuk surga, karena keutamaan rahmat Allah ini”.
[Lihat Tasliyah Nufus An-Nisaa' wa Ar-Rijaal inda Faqd Al-Athfaal (hal.
18), karya Ibnu Rajab, cet. Mathobi' Al-Humaishiy, 1420 H]
Anak-anak
muslim yang meninggalkan orang tuanya menuju Allah, akan menjadi
kebanggaan bagi orang tuanya, sebab anak-anak itu akan Allah masukkan ke
surga. Mereka siap menyambut orang tuanya dengan penuh kebahagiaan di
depan surga.
Abu Sinan Kholid bin Ghollaq Al-Qoisiy -rahimahullah- berkata,
قُلْتُ
لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّهُ قَدْ مَاتَ لِيَ ابْنَانِ فَمَا أَنْتَ
مُحَدِّثِي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِحَدِيثٍ تُطَيِّبُ بِهِ أَنْفُسَنَا عَنْ مَوْتَانَا قَالَ قَالَ نَعَمْ
صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ الْجَنَّةِ يَتَلَقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ أَوْ
قَالَ أَبَوَيْهِ فَيَأْخُذُ بِثَوْبِهِ أَوْ قَالَ بِيَدِهِ كَمَا آخُذُ
أَنَا بِصَنِفَةِ ثَوْبِكَ هَذَا فَلَا يَتَنَاهَى أَوْ قَالَ فَلَا
يَنْتَهِي حَتَّى يُدْخِلَهُ اللَّهُ وَأَبَاهُ الْجَنَّةَ
“Aku
pernah katakan kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya ada dua orang anakku
telah meninggal. Apakah anda bisa menceritakan kepadaku tentang sebuah
hadits yang dapat membuat hati senang tentang orang-orang yang telah
meninggal”. Beliau berkata, “Ya, ada. Anak-anak kecil mereka adalah
jentik-jentik surga. Seorang diantara mereka akan menyambut bapaknya
atau kedua orang tuanya seraya memegang pakaiannya atau tangannya
sebagaimana aku memegang ujung pakaianmu ini. Anak itu tidak berhenti
(dari memegangnya) sampai Allah memasukkannya ke dalam surga bersama
ayahnya”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (no. 2635)]
Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata,
“Asalnya
jentik-jentik itu adalah binatang kecil di dalam air yang tidak
meninggalkan air. Maksud hadits ini, bahwa anak kecil itu akan berada
dalam surga, sedang ia tidak meninggalkannya”. [Lihat Al-Minhaj
(16/182)]
Sebuah
keistimewaan yang amat besar bagimu kaum ibu, jika engkau bersabar dan
merelakan anakmu diambil oleh Pemiliknya ke alam baqa. Anak itu akan
menyambutmu dari semua pintu-pintu surga yang mereka inginkan.
Syarohbil bin Syuf’ah -rahimahullah- berkata,
“Utbah bin Abd As-Sulamiy -radhiyallahu anhu- berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
(ما من مسلم يموت له ثلاثة من الولد لم يبلغوا الحنث إلا تلقوه من أبواب الجنة الثمانية من أيها شاء دخل)
“Tidaklah
seorang muslim meninggal tiga orang anaknya yang belum mencapai baligh,
kecuali mereka (anak-anak itu) akan menyambutnya dari pintu-pintu surga
yang delapan, dari pintu mana saja ia hendak masuk”. [Ibnu Majah dalam
As-Sunan (1604) dan Ahmad dalam Al-Musnad (4/183). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Syaikh Syu'aib Al-Arna'uth dalam Takhrij Al-Musnad
(no. 17639)]
Perhatikanlah
baik-baik bahwa anak kesayanganmu –wahai bunda- tidak merelakan dirimu
masuk ke dalam neraka sampai mereka memberikan syafaat bagi di sisi
Allah. Mereka tidak mau masuk surga sampai kalian menyertainya ke surga
sebagaimana kalian dahulu bersusah payah di dunia menyertainya semasa
kecil, tanpa kenal capek dan penat. Wahai kaum ibu, kalianlah di dunia
yang bersabar mengandung mereka dan membawanya kesana-kemari.
Tiba
saatnya Allah memanggil mereka dan mencabut nyawanya, maka bersabarlah,
karena anak-anakmu yang mendahuluimu tidak akan sia-sia di sisi Allah.
Mereka akan menyertai dan mengantar kalian ke surga dengan penuh rasa
kasih dan sayang.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّهُ
يُقَالُ لِلْوِلْدَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ ” .
قَالَ: ” فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ حَتَّى يَدْخُلَ آبَاؤُنَا
وَأُمَّهَاتُنَا “، قَالَ: ” فَيَأْتُونَ “، قَالَ: ” فَيَقُولُ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ: مَا لِي أَرَاهُمْ مُحْبَنْطِئِينَ ، ادْخُلُوا الْجَنَّةَ
“، قَالَ: ”فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ آبَاؤُنَا (3) “، قَالَ : ” فَيَقُولُ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ “
“Dikatakan
kepada anak-anak kecil pada hari kiamat, “Masuklah kalian ke surga”.
Beliau bersabda, “Mereka pun berkata, “Wahai Rabb-ku, (saya tidak mau)
sampai bapak dan ibu kami masuk surga”. Beliau bersabda, “Lalu mereka
(para orang tua) datang”. Beliau bersabda, “Allah -Azza wa Jalla-
berfirman, “Kenapa aku lihat mereka (anak-anak kecil itu) itu ngambek?
Masuklah kalian (anak-anak kecil) ke dalam surga”. Beliau bersabda,
“Mereka pun berkata, “Wahai Rab-ku, orang tua kami?” Beliau bersabda,
“Allah berfirman, “Masuklah kalian bersama orang tua kalian!!” [HR.
Ahmad dalam Al-Musnad (4/105). Hadits ini dikatakan oleh Syu'aib
Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 16971), "Sanadnya jayyid
(baik)".]
Bunda
yang tersayang, masa-masa indah bersama si kecil memang susah
dilupakan. Bagaimana tidak, sedang mereka adalah buah hati seorang ibu
yang menantikan suasana yang terindah dalam hidupnya. tidak kenangan
bersama si kecil, kecualia ia akan muncul di saat-saat kesendirian. Ia
bagaikan permata indah penghias sanubari.
Kali
ini aku akan mengajak bunda untuk menelusuri sebuah kisah yang pernah
terjadi di zaman kenabian sebagaimana hal itu terjadi bagimu. Cobalah
mengambil pelajaran darinya, niscaya engkau akan mendapati kesejukan di
balik bimbingan Nabimu yang mulia, Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa
sallam-.
Qurroh bin Iyas Al-Muzaniy -radhiyallahu anhu- berkata,
كَانَ
نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ يَجْلِسُ
إِلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ وَفِيهِمْ رَجُلٌ لَهُ ابْنٌ صَغِيرٌ
يَأْتِيهِ مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ فَيُقْعِدُهُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَهَلَكَ
فَامْتَنَعَ الرَّجُلُ أَنْ يَحْضُرَ الْحَلْقَةَ لِذِكْرِ ابْنِهِ
فَحَزِنَ عَلَيْهِ فَفَقَدَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ مَالِي لَا أَرَى فُلَانًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
بُنَيُّهُ الَّذِي رَأَيْتَهُ هَلَكَ فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ عَنْ بُنَيِّهِ فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ
هَلَكَ فَعَزَّاهُ عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ يَا فُلَانُ أَيُّمَا كَانَ
أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ تَمَتَّعَ بِهِ عُمُرَكَ أَوْ لَا تَأْتِي غَدًا
إِلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ إِلَّا وَجَدْتَهُ قَدْ سَبَقَكَ
إِلَيْهِ يَفْتَحُهُ لَكَ قَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ بَلْ يَسْبِقُنِي
إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَفْتَحُهَا لِي لَهُوَ أَحَبُّ إِلَيَّ قَالَ
فَذَاكَ لَكَ
“Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- jika duduk, biasanya ada beberapa orang
diantara sahabatnya yang duduk bersamanya. Diantara mereka ada seorang
lelaki yang memiliki anak kecil yang ia bawa di balik punggungnya, lalu
ia pun mendudukkannya di depannya.
Kemudian
anak itu mati. Akhirnya, lelaki itu enggan hadir dalam halaqoh
(majelis), karena mengingat anaknya; ia bersedih (atas kematian)
anaknya.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mencari-cari lelaki itu seraya bersabda, “Mengapa aku tidak pernah melihat fulan?”
Mereka (para sahabat) menjawab, “Wahai Rasulullah, anak kesayangannya yang pernah anda lihat, telah meninggal dunia”.
Kemudian
orang itu pun ditemui oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- seraya
menanyainya tentang anak kesayangannya. Lelaki itu mengabarkannya kepada
beliau bahwa ia telah meninggal dunia. Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam- pun menghiburnya seraya bersabda,
“Wahai
fulan, Manakah yang lebih engkau senangi: engkau bersenang-senang
dengannya sepanjang umurmu ataukah esok hari engkau tidak mendatangi
sebuah pintu diantara pintu-pintu surga, kecuali engkau akan
mendapatinya; anakmu telah mendahuluimu ke pintu itu, siap membukakan
pintu bagimu”
Orang
itu berkata, “Wahai Nabi Allah, bahkan ia mendahuluiku ke pintu surga,
lalu ia membukakan surga untukku adalah aku lebih senang”.
Beliau
bersabda, “Itulah untukmu”. [HR. An-Nasa'iy dalam Sunan-nya (2088).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ahkam Al-Jana'iz (hal.
205)]
Di
dalam hadits ini terdapat sebuah permata faedah yang amat berharga
bahwa seorang yang memiliki satu orang anak kecil yang meninggal akan
mendapatkan syafaat dari anaknya untuk masuk ke dalam surga yang penuh
kenikmatan.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ
قَدَّمَ ثَلاَثَةً لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ ، كَانُوا لَهُ حِصْنًا
حَصِينًا مِنَ النَّارِ فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ : قَدَّمْتُ اثْنَيْنِ؟
قَالَ : وَاثْنَيْنِ ، فَقَالَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ أَبُو الْمُنْذِرِ
سَيِّدُ الْقُرَّاءِ : قَدَّمْتُ وَاحِدًا ؟ قَالَ : وَوَاحِدٌ ، وَلَكِنْ
ذَاكَ فِي أَوَّلِ صَدْمَةٍ.
“Barangsiapa
yang merelakan tiga orang anaknya yang belum mencapai masa baligh, maka
mereka (anak-anak yang mati) itu akan menjadi benteng yang kokoh
baginya dari api neraka”.
Abud Darda’, “Aku telah merelakan dua orang anakku”. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Dua orang juga”.
Ubay
bin Ka’ab Abul Mundzir Penghulu para qurro’ berkata, “Aku telah
merelakan satu orang anakku”. Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda, “Satu orang juga. Namun itu semua di awal guncangan
(musibah)”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (1/429), At-Tirmidziy dalam
Sunan-nya (1061) dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1606). Hadits ini
dinilai shohih oleh Syu'aib Al-Arna'uth dalam Takhrij Al-Musnad (4077)]
Ketahuilah
bahwa semua janji dan keutamaan yang disebutkan dalam hadits-hadits ini
akan didapatkan oleh seseorang bila ia bersabar dan mencari pahala di
awal ia mengalami musibah itu. Bunda, bersabarlah dan haraplah rahmat
Rab-mu Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Hapuslah duka laramu
dengan menanti kebahagiaan abadi di sisi Rabb-mu. Buah hati yang telah
tiada, kini menjadi kebaikan bagimu di sisi Allah. Ia akan menyambutmu
dan membimbingmu ke dalam taman-taman surga.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
“مَنْ
كَانَ لَهُ فَرَطَانِ مِنْ أُمَّتِي، دَخَلَ الْجَنَّةَ ” فَقَالَتْ
عَائِشَةُ: بِأَبِي، فَمَنْ كَانَ لَهُ فَرَطٌ ؟ فَقَالَ: ” وَمَنْ كَانَ
لَهُ فَرَطٌ يَا مُوَفَّقَةُ “
“Barangsiapa
yang memiliki dua pendahulu (yakni, anak kecil yang meninggal) dari
kalangan umatku, maka ia akan masuk surga”. A’isyah berkata, “Bapakku
sebagai tebusanmu, apakah orang yang memiliki seorang pendahulu (yakni,
seorang anak yang mati mendahuluinya) juga (akan masuk surga)?
Beliau
bersabda,. “Orang yang memiliki seorang pendahulu (yakni, seorang anak
yang mati mendahuluinya) juga (akan masuk surga), wahai wanita yang
diberi taufiq”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (1062) dan Ahmad dalam
Al-Musnad (1/334) dari Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma-. Hadits ini
dinilai hasan li ghoirih oleh Syu'aib Al-Arna'uth dalam Takhrij
Al-Musnad (3098)]
Sang
ayah pun tidak perlu bersedih kala ditinggal mati oleh sang kekasih
(istri) yang mati bersama buah hatinya saat melahirkan. Ketahuilah bahwa
mereka akan mendapatkan tempat kemuliaan di sisi Allah. Bersabarlah
–wahai sang bapak- di saat mereka meninggalkan untuk menghadap Rabb-nya.
Disinilah seorang ibu tidak perlu merasa takut mati saat melahirkan anaknya.
Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda saat menyebutkan salah satu
diantara orang-orang yang mati syahid, beliau menyebutkan wanita yang
meninggal bersama bayinya saat melahirkan, dalam sabdanya,
وَالنُّفَسَاءُ يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ
“Wanita
nifas akan ditarik oleh anaknya (yang meninggal bersamanya) dengan tali
pusarnya ke dalam surga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/489) &
(5/328). Dinilai hasan-shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih
At-Targhib (1396)]
Surga
adalah sebuah janji bagi para ibu yang merelakan anaknya pergi, tanpa
keluh kesah. Bahkan ia berbaik sangka kepada Allah bahwa pasti Allah
akan memberikan balasan yang terbaik.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
” مَنْ أَثْكَلَ ثَلَاثَةً مِنْ صُلْبِهِ ، فَاحْتَسَبَهُمْ عَلَى اللهِ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ “
“Barangsiapa
yang kematian tiga orang anak kandungnya, lalu ia pun mengharapkan
pahalanya kepada Allah -Azza wa Jalla-, maka telah pasti baginya surga”.
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/144) Syu'aib Al-Arna'uth menyatakan
hadits ini shohih dalam Takhrij Al-Musnad (17298)]
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ
مَاتَ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ ، لَمْ
يَرِدِ النَّارَ إِلَّا عَابِرَ سَبِيلٍ يعني الْجَوَازَ على الصراطِ
“Barangsiapa
yang kematian tiga orang anaknya yang belum mencapai masa baligh, maka
ia tidak akan mendatangi neraka, kecuali sekedar melintasi jalan, yakni
melewati shirot (jembatan)”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir
sebagaimana dalam Majma' Az-Zawa'id (3/7) dari Abdur Rahman bin Basyir
Al-Anshoriy -radhiyallahu anhu-. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh
Al-Albaniy -rahimahullah- dalam Shohih At-Targhib (2001)]
Anak
kecil yang meninggal semasa belum baligh akan menjadi perisai
(pelindung) bagi orang tuanya dari sengatan api neraka. Subhanallah,
sungguh sebuah kemuliaan bagi para orang tua yang ditinggal mati oleh
anaknya yang tercinta.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
«لا
يموتُ لأحد من المسلمين ثلاثةٌ من الوَلَد فيحتسِبُهم ، إلا كانوا له
جُنَّةً من النارِ، فقالت امرأة عند رسولِ الله – صلى الله عليه وسلم- : يا
رسول الله ، أو اثنان ؟ قال : أو اثنانِ»
“Tidaklah
seorang diantara kaum muslimin kematian tiga orang anaknya, lalu ia
mengharapkan pahala dengannya, kecuali mereka (anak-anak) itu akan
menjadi perisai (pelindung) baginya dari api neraka”. Seorang wanita di
sisi Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bertanya, “Apakah dua
orang juga?” Beliau jawab, “Ya, dua orang anak juga”. [Malik dalam
Al-Muwaththo' (no. 162) dari Abun Nadhr As-Sulamiy -radhiyallahu anhu-.
Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Arna'uth
-rahimahullah- dalam Takhrij Jami' Al-Ushul (no. 7364)]
Bunda,
mungkin engkau bersedih karena memikirkan anakmu di akhirat. Siapakah
yang akan memeliharanya? Ketahuilah anakmu tidak akan di sia-siakan oleh
Allah -Azza wa Jalla-. Dia akan dipelihara oleh Kholilullah (Kekasih
Allah), Nabi Ibrahim -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِنَّ ذَرَارِيَّ الْمُؤْمِنِينَ فِي الْجَنَّةِ يَكْفُلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ.
“Sesungguhnya
anak-anak kaum mukminin akan dipelihara oleh Nabi Ibrahim –alaihis
salam- di dalam surga”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/326), Ibnu Hibban
dalam Shohih-nya (1826), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2/370/no. 3399)
dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (40/414). Hadits ini di-hasan-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (603)]
Bunda,
itulah berbagai keutamaan yang menanti dirimu yang telah merelakan si
buah hati menghadap kepada Allah, Pemilik hakiki baginya. Anak itu
hanyalah titipan bagimu di dunia sekaligus ujian bagimu apakah engkau
bersabar atau tidak dalam menjalani takdir dan ketetapan Rabb-mu. Bunda,
hapuslah air matamu, hapus lara hatimu. Semoga Allah mengumpulkanmu
kembali bersama buah hatimu yang tersayang. Tabahkan hatimu –wahai
Bunda-, niscaya engkau akan meraih kebaikan yang banyak di sisi Allah,
insya Allah -Ta’ala-.
Rabb-mu telah berfirman dalam memberikan janji kepadamu,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ
وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) [البقرة/156، 157]
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami
kembali)“. Mereka itulah yang mendapat sholawat (pujian) dan rahmat dari
Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS.
Al-Baqoroh : 156-157)
Semoga
risalah ringkas menjadi penyejuk hati di kala susah dan pelipur lara
bagimu wahai kaum ibu yang ditinggal buah hatinya. Wa shollallahu ala
nabiyyina wa ash-habihi ajma’in. Wassalam alaikum wa rohmatullahi wa
barokatuh.
[Dari
Saudaramu yang sayang dan prihatin, Al-Ustadz Abu Fa'izah Al-Bughisiy,
Pengajar di Pesantren Al-Ihsan, Gowa Sulsel serta Penulis dan Penasihat
di www.pesantren-alihsan.com][1]
---------------------
[1]
Tulisan dan risalah ini kami tulis terinspirasi saat usai mendengarkan
sebuah nasihat ringkas yang disampaikan Ustadz dan Guru kami, Al-Ustadz Ibnu Yunus –hafizhohullah-
saat menguburkan keponakan kami, Ubaidur Rahman. Di dalamnya beliau
membawakan sejumlah hadits yang kami bawakan sebagiannya di dalam
risalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar