Do’a Ketika Angin puting beliung (angin kencang, angin ribut atau badai topan)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa angin itu ada jenis:
Doa Lain Saat Angin Bertiup Kencang
Dari Salamah bin ‘Amr bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam apabila angin bertiup kencang, beliau berdoa:
“Allahumma Laqihan Laa ‘aqiima”
(Ya Allah, datangkanlah angin ini dengan membawa air bukan angin tanpa membawa air)” [Al Adabul Mufrad yang dishahihkan asy-Syaikh Al Albani dan asy-Syaikh Muqbil].
- Angin yang bertiup biasa dan tidak menakutkan. Tidak disunnahkan untuk mengucapkan zikir tertentu.
- Angin yang bertiup kencang dan menakutkan. Bila angin bertiup kencang maka kita tidak boleh mencelanya, tetapi mengucapkan zikir sebagaimana zikir Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. [Diringkas dari Syarh Riyadhus Shalihin].
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
”Allahumma innii as’aluka
khairaha wa khaira maa fiihaa wa khaira maa ursilat bihi wa ’udzu bika
min syarriha wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bihi”
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan yang ada padanya, dan
kebaikan apa yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari
kejelekannya, dan kejelekan yang ada padanya, dan kejelekan apa yang
dibawanya.” (HR. Muslim no. 2082, Kitab Shalatil Istisqa`, bab
berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melihat angin…., dari
Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Doa Lain Saat Angin Bertiup Kencang
“Allahumma Laqihan Laa ‘aqiima”
(Ya Allah, datangkanlah angin ini dengan membawa air bukan angin tanpa membawa air)” [Al Adabul Mufrad yang dishahihkan asy-Syaikh Al Albani dan asy-Syaikh Muqbil].
Doa Ketika Hujan Turun :
Dari Sahl bin a’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
“Dua
doa yang tidak pernah ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu
kehujanan”. [Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114.
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078].
Imam
An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak
atau jarang ditolak dikarenakan pada saat itu sedang turun rahmat
khususnya curahan hujan pertama di awal musim. [Fathul Qadir 3/340].
Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dahulu apabila melihat hujan beliau berdo’a:
ALLAHUMA SHOYYIBAN NAA FI’AN
(Ya Allah, jadikanlah (hujan ini) hujan yang bermanfaat) [HR.Bukhari]
Ibnu Hajar al Asqolani rahimahullah menjelaskan, bahwa do’a tersebut dianjurkan (untuk dibaca) setelah hujan turun demi mendapatkan kebaikan dan keberkahan yang lebih. [Fath al-Bari, Jilid 2, hal.659]. Sedangkan Imam an Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa hal itu dilakukan ketika mulai turun hujan, sebagaimana hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:“Kami pernah kehujanan ketika bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menyingkap bajunya hingga beliau terguyur air hujan. Maka itu kami bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal demikian? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Karena hujan itu baru mengenali Rabb-nya ta’ala. [HR.Ahmad, jilid 3, hal.133 dan 267, al Bukhari dalam kitab al Adab al Mufrad, no.571, Muslim, no.898, Abu Dawud, no.5100, an Nasa’I di as Sunan al Kubra, no.1849]
Doa Ketika Ada Petir (Guntur, Gluduk Atau Halilintar)
Ar
Ra’du (petir) adalah suara yang didengar dari awan. Sedangkan Ash
Showa’iq (kilat) adalah api (cahaya) yang muncul dari langit bersamaan
dengan suara petir yang keras. (Rosysyul Barod, 381, Darud Da’i
Linnashri wat Tawzii’). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya
tentang petir, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ
”Petir adalah malaikat yang diberi tugas
mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan
sesuai dengan kehendak Allah.”
Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ
‘Subhanalladzi sabbahat lahu’(Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya).
Lalu beliau mengatakan,”Sesungguhnya petir
adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan
sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.” (Lihat Adabul Mufrod
no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).
Apabila Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِه
Subhaanalladzi yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi
“Maha
Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para
malaikat, karena takut kepadaNya.” [Al-Muwaththa’ 2/992. Al-Albani
berkata: Hadits di atas mauquf yang shahih sanadnya.]
Sumber :
Kitab Hisnul Muslim Said bin Ali Al Qathani
http://kaahil.wordpress.com/2012/03/16/bacaan-doa-yang-benar-ketika-ada-angin-hujan-petir-doa-ketika-angin-puting-beliung-angin-kencang-angin-ribut-atau-badai-topan-doa-ketika-hujan-turun-doa-ketika-mendengar-pet/
0 komentar:
Posting Komentar