Rabu, 19 Juni 2013

Larangan Mencari Berkah pada Bebatuan Kota Makkah

Oleh: Al-Ustadz Abdul Qadir -Hafizhahullah-

Sebuah pemandangan yang biasa kita lihat, adanya sebagian jamaah haji atau umroh yang mengusap bebatuan, dinding Masjid Nabawi atau dinding Masjidil Haram dengan niat mengharapkan berkah dari benda atau makhluk dengan melalui sentuhan tersebut.

Betulkah perbuatan ini menurut tinjauan syariat dan apakah termasuk kekhususan Kota Makkah dan Ka’bah adalah mencari berkah pada bebatuannya dan segala peninggalan bersejarah disana?”

Menjawab pertanyaan ini kami nukilkan fatwa dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin saat beliau berkata,
لا، ليس من خصائص مكة أن يتبرك الإنسان بأشجارها، أو أحجارها، بل من خصائص مكة: ألا تعضد أشجارها، ولا يحش حشيشها؛ لنهي النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك، إلا الإذخر؛ فإن النبي صلى الله عليه وسلم استثناه(1) ، لأنه يكون للبيوت، وقيون الحدادين، وكذلك اللحد في القبر؛ فإنه تسد به شقوق اللبنات، وعلى هذا فنقول: إن حجارة الحرم أو مكة ليس فيها شيء يتبرك به، بالتمسح به، أو بنقله إلى البلاد، أو ما أشبه ذلك.
“Bukanlah termasuk kekhususan Kota Makkah dan Ka’bah adalah seseorang mencari berkah pada pepohonan dan bebatuannya. Bahkan kekhususan kota Makkah, pohonnya tidak boleh ditebang, rerumputannya tidak boleh dipangkas. Karena, adanya larangan dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dari hal itu, kecuali rumput Idzkhir (sejenis alang-alang yang dibuat untuk atap dan perabot serta menutupi mayat yang tidak memiliki kafan, -pen.). Sebab Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mengecualikannya, karena idzkhir (الإذْخِرُ) itu untuk keperluan rumah (pembangunan) rumah mereka, bahan bakar para pandai besi. Demikian pula lahad dalam kuburan, maka sesungguhnya ia ditutupi dengan pada celah-celah batu bata.

Dengan dasar ini, kami katakan bahwa bebatuan Masjidil Haram atau Makkah tak ada padanya sesuatu yang boleh diambil berkahnya dengan cara mengusapnya atau memindahkannya ke negeri-negeri lain atau semisalnya”.

[Sumber Fatwa: Fiqh Al-Ibadat (hal. 331) oleh Al-Utsaimin][1]
  • Mengusap Dinding Masjidil Haram
Salah satu kesalahan yang sering kami lihat saat berada di Tanah Haram, adanya orang-orang yang dangkal ilmu agamanya mengusap berbagai tempat dan benda yang ada disana, misalnya mengusap pintu, tiang-tiang, jendela atau yang lainnya dengan keyakinan ia mendapatkan berkah dengannya.
Perkara ini pernah dikomentari oleh Syaikh Abdul bin Baaz -rahimahullah- saat beliau berkata,
فأما التمسح بالأبواب والجدران والشبابيك ونحوها في المسجد الحرام أو المسجد النبوي , فبدعة لا أصل لها , والواجب تركها لأن العبادات توقيفية لا يجوز منها إلا ما أقره الشرع لقول النبي صلى الله عليه وسلم : « من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد » متفق على
“Adapun mengusap pintu-pintu, dinding, jendela-jendela dan sejenisnya di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, maka perbuatan itu adalah bid’ah yang tak ada dasarnya. Kewajiban kita adalah meninggalkannya. Sebab ibadah itu adalah tawqifiyyah (harus dilandasi dalil). Tak boleh ibadah itu dilakukan, kecuali yang disetujui oleh syariat berdasarkan sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَد
“Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka ia (hal yang diada-ada itu) adalah tertolak”. Muttafaqun alaihi”.[2]
[Sumber Fatwa: Majmu' Fatwa Syaikh bin Baaz (9/107)]

[1] Fatwa ini juga anda bisa lihat dalam kitab beliau yang lain Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Asy-Syaikh Muhammad Ibn Sholih Al-Utsaimin (23218)
[2] [HR. Al-Bukhoriy (no. 2697) dan Muslim (no. 1718) (17)]

http://pesantren-alihsan.org/larangan-mencari-berkah-pada-bebatuan-kota-makkah.html


0 komentar:

Posting Komentar