Prihatin, inilah yang pertama kali ana
ingin tulis dalam artikel ini, berapa banyak orang yang bangga ketika
dirinya telah berhasil menyelesaikan studi dalam disiplin ilmu dunia
tertentu atau banyak orang tua telah bangga dan merasa telah berhasil
mendidik anak ketika anaknya meraih gelar dalam disiplin ilmu dunia
tertentu. tapi sangat memprihatinkan sekolah tinggi-tinggi menempuh
waktu yang tidak sedikit, ditanya tentang permasalahan agama yang
paling pokok tidak tahu, ditanya tentang permasalah aqidah yang paling
sederhana tidak tahu, ditanya masalah tauhid tidak tahu …!! Bagaimana
dia tidak tahu perkara yang menjadi sebab dia diciptakan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : ” Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Berkata Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhu : “Setiap apa yang terdapat di Al -Qur’an dari perintah ibadah, bermakna tauhid “ ( Silahkan lihat Tafsir Al Baghowi )
Bagaimana dia tidak tahu perkara islam yang dibangun diatasnya, Rasululloh Shalallahu ‘alahi wassalam : ‘
Islam dibangun atas lima perkara , supaya mereka mentauhidkan Alloh,
mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum ramadhan, dan haji” (HR. Imam Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim dari hadist Ibnu Umar)
Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi inti dari dakwah para Rasul :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah
kepada Allah (saja) dan jauhilah Thogut” (QS. An-Nahl : 36)
Bagaimana dia tidak tahu perkara yang
pertama kali diwajibkan atas nya untuk dia pelajari. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Muadz ketika beliau
mengutus Muadz Bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu berkata ke negeri Yaman berkata beliaui Shalallahu ‘alaihi Wassalam : ”
Sesungguhnya kamu akan mendatangi sebuah kaum dari ahlu kitab, maka
yang pertama kali kamu dakwahkan adalah supaya mereka mentauhidkan Allah
Ta’ala ” (Hadist Mutafaq ‘alahi dan ini lafadz Bukhari)
Oleh karena itu penting dan wajib bagi
kita untuk mengilmui ilmu tauhid dan aqidah kemudian mengamalkannya
secara dzohir dan bathin. Bahkan kewajiban yang paling wajib.
Dibawah ini penjelasan ringkas tentang makna tauhid dan macam-macamnya
Pengertian Tauhid :
Secara Bahasa : Berasal dari kata (wahada – yuwahidu tauhidan, ja’ala syai’i wahidan) maknanya menjadikan sesuatu menjadi satu (Taisirul ‘Azizul Hamid, Syaikh Sulaiman Alu Syaikh)
Secara Syar’i : Mentauhidkan Allah dengan apa-apa yang menjadikan kekhususan bagi Allah, didalam Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan Asma wa Sifat-Nya (Qaulul Mufid ‘ala Kitabut Tauhid , Syaikh Ibnu Utsaimin : 11 dan Syarh Kasyfi Subhaat, Syaikh Ibnu Utsaimin : 21 )
Macam-macam Tauhid
Para ulama Ahlus Sunnah membagi tauhid menjadi tiga. Berkata Syaikh Abdul ‘Aziz Bin Baaz Rahimahullah : ”
Bahwa Tauhid yang dengannya Allah mengutus Rasul dan menurunkan
dengannya kitab dibagi menjadi 3 macam, menurut penelitian nash-nash
dari Al-Kitab dan As-Sunnah dan menurut kenyataan orang-orang yang
dibebani syariat….yang pertama tauhid rububiyah, yang kedua tauhid
ibadah dan dinamakan juga tauhid uluhiyyah dan yang ketiga tauhid asma’
wa sifat “ (Ta’liq Aqidah Thahawiyah, Syaikh Ibnu baaz dengan diringkas . hal : 45)
Tauhid rububiyah adalah : ”
Mentauhidkan Allah di dalam perbuatan-perbuatan-Nya yaitu mengilmui dan
meyakini bahwa Allah esa dalam penciptaan, memberi rejeki dan
pengaturan” (silahkan lihat ta’liq Aqidah Thahawiyah, Syaikh Ibnu baaz dan Jamiul Farid Syarah kitabut tauhid )
Diantara dalilnya firman Allah ta’ala :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: “Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu “ (QS. Az-Zumar : 62)
Macam yang pertama ini diakui dan
diyakini oleh orang-orang Musyrik zaman dahulu dan tidak menyebabkan
masuknya mereka ke dalam Islam. Hal ini sebagaimana firman Allah :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ
Artinya : “ Katakanlah: ”
Siapakah yang melimpahkan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi,
atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?”
Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)
Sangat jelas sekali ayat ini menjelaskan
orang – orang musyrik zaman dahulu mengakui bahwa Allah sebagai
penciptanya, pemberi rezekinya dan pengakuan terhadap makna rububiyah
yang lainnya tapi tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Sedikit sekali
orang yang mengingkari Tauhid Rububiyah kecuali orang-orang yang
sombong sepert fir’aun, Namrud dan Dahriyah pada zaman dahulu, komunis
pada zaman sekarang. Dan keingkarannya terhitung sebagai kafir mulhid.
Tauhid Uluhiyyah
adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan hamba, yaitu dengan
menunjukkan ibadah hanya kepada Allah semata dan tidak ada sekutu bagi
Nya, seperti Mahabbah (cinta), khouf (takut), roja’, tawakkal, doa menyembelih hewan dan ibadah yang lainnya dia peruntukkan hanya kepada Allah semata dan tidak kepada lainnya. (lihat Qoulu Mufied fi adilatit tauhid dan jamiul Farid Syarah kitabut tauhid)
Sebagimana firman Allah :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya : “Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan” (QS. Al-fatihah : 5)
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”. (QS. An-Nisaa : 36)
Tauhid uluhiyah inilah yang
diingkari oleh orang musyrik zaman dahulu, dalilnya adalah sebagaimana
firman Allah ketika nabi berkata kepada kaumnya :
” ucapankanlah kalian لا إِلَهَ إِلا اللهُ Supaya kalian beruntung, mereka berkata :
أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
Artinya : ” Mengapa ia menjadikan
sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja,
sesungguhnya ini benar-benar sesuatu hal yang sangat mengherankan “ (QS. Shaad : 5)
Tauhid asma wa sifat
yaitu beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan untuk diri Nya di
dalam kitab Nya dan apa yang Allah disifati dengannya oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari nama-namaNya yang husna dan sifatnya yang ulya. Menetapkan sebagaimana adanya, tanpa takhrif (menyelewengkan makna dari sifat Allah ke makna yang batil), tanpa takyif (menanyakan bagaimana hakikat sifat Allah) tanpa tamsil (menyamakan sifat Allah dengan makhluknya )
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.” (QS. As-Syura’ : 11)
Wahai saudaraku, tauhid bukanlah ilmu
yang dipelajari sejam dua jam, bukan juga sehari dua hari, tapi ilmu
yang dipelajari sampai akhir hayat kita karena tauhid adalah kewajiban
yang paling wajib yang jika seseorang meninggalkannya atau melalaikan
dari mempelajarinya sehingga dia terjatuh dari perbuatan syirik akbar
maka dia bukanlah seorang muslim tetapi sorang musyrik kafir, murtad
(keluar dari agama jika sebelumnya dia seorang muslim)
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Artinya : “Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan
baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, Dan tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)
Oleh karena itu wahai saudaraku, jangan
pernah engkau meninggalkan dan melalaikan dari mempelajari tauhid.
Karena resikonya tidaklah ringan berkata Syaikh Shalih Abdul ‘Aziz Alu
Syaikh :”… Yang kedua al-amal, beramal dengan ilmu . beramal dengan
ilmu diantaranya ada yang jika di tinggalkan merupakan hukumnya kafir
dan diantara nya jika ditinggalkan hukumnya maksiat, dan diantaranya
jika ditinggalkan hukumya makruh, dan diantaranya jika ditinggalkan
hukumnya mubah bagaimana bisa seperti itu …? ilmu bermacam -macam, maka
ilmu tentang tauhid, bahwasanya Alloh ‘Azza wa jalla Dialah yang berhak
untuk di ibadahi semata jika seorang hamba telah mengetahuinya dan tidak
mengamalkan ilmunya, dengan berbuat syirik kepada Allah tidak bermafaat
ilmunya , maka meninggalkan amal dalam kondisi orang seperti ini
merupakan kekafiran” (Syarh Ushulus Tsalasah Syaikh Sholeh alu Syaikh : 22 )
ditulis oleh Abu Ibrahim Abdullah bin Mudakir
http://berbagifaedah.blogspot.com/2012/06/ketika-ilmu-tauhid-dan-aqidah-diabaikan.html
0 komentar:
Posting Komentar