Perbuatan bid’ah bukanlah perkara yang
ringan atau sepele, perbuatan bid’ah adalah sebuah dosa dan kesesatan
yang besar. Syaithan lebih suka kepada perbuatan bid’ah yang dilakukan
oleh seorang hamba dari pada perbuatan maksiat, sebagaimana yang
dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah:
البدعة أحب إلى إبليس من المعصية والمعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
“Bid’ah lebih disukai oleh iblis
daripada maksiat, pelaku maksiat masih berkeinginan untuk bertaubat dari
kemaksiatannya, sedangkan pelaku bid’ah tidak ada keinginan untuk
bertaubat dari kebid’ahannya (karena dia menganggap baik, bahkan
mengharap pahala dari perbuatannya –ed” (I’tiqad Ahlis Sunnah, Al Lallika’i:1/132)
Berikut ini penjelasan secara ringkas tentang makna bid’ah, beserta dalilnya yang menjelaskan bahwa semua bid’ah adalah sesat.
Pengertian bid’ah
Bid’ah adalah
كل اعتقاد أو لفظ أو عمل أحدث بعد موت النبي صلى الله عليه والسلام بنية التعبد والتقرب ولم يدل عليه الدليل من الكتاب ولا من السنة, ولا إجماع السلف
Setiap keyakinan, atau ucapan atau
perbuatan yang di ada-adakan setelah kematian Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan niat untuk beribadah dan bertaqarub padahal tidak ada
dalil yang menunjukkanya baik dari al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’ salaf
(Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
al-Whusoby : 182)
Macam-macam bid’ah
Macam bid’ah ada lima semuanya adalah kesesatan sebagiannya lebih jelek dari sebagian yang lain)
Pertama: Bid’ah I’tiqadiyyah
(bid’ah keyakinan), yaitu setiap keyakinan yang menelisihi kitab
(al-Qur’an) dan sunnah. Seperti orang yang menyakini Qutub-Qutub,
Badal-Badal, Ghauts-Ghauts memiliki daya upaya dalam mengatur alam atau
mengetahui perkara yang ghaib, ini merupakan kekufuran.
Kedua: Bid’ah Lafziyyah (bid’ah
ucapan), yaitu setiap Lafaz (ucapan) yang diucapkan seseorang dalam
rangka beribadah yang menyelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti
sseorang yang berdzikir dengan nama mufrad (الله) atau dengan nama ganti
(هو) lihat Majmu Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 10/226-229.
Ketiga: Bid’ah Badaniyah (bid’ah
yang dilakukan oleh badan), yaitu setiap gerakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka beribadah, sedangkan gerakan itu yang menyelisihi
kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti seseorang yang berjoget/bergoyang
ketika berdzikir.
Keempat: Bid’ah Maaliyah (bid’ah
yang terkait dengan harta) yaitu setiap harta yang dikeluarkan dalam
rangka beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang menyelisihi kitab
(al-Qur’an) dan sunnah. Seperti membangun kubah ditas kuburan dan
membuat tawaabit (tabut-tabut/peti-peti) diatasnya.
Kelima: Bid’ah Tarkiyah (bid’ah
dengan meninggalkan sesuatu), yaitu setiap orang yang meninggalkan
sesuatu dari perkara agama atau perkara yang mubah (boleh) dalam rangka
beribadah (dengan niat untuk beribadah –ed) seperti meninggalkan
menikah, atau meninggalkan memamakan daging dalam rangka beribadah.
(Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
al-Whusoby : 182)
Dalil semua bid’ah dalam agama adalah sesat
Banyak dalil yang menunjukkan semua bid’ah sesat diantaranya
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (Al-Maidah:3)
Berkata al-Imam Malik rahimahullah:
من ابتدع في الإسلام
بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمداً خان الرسالة» لأن الله- عز وجل- قال:
?الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ? [المائدة: 3] فمن لم يكن يومئذ
ديناً فمتى يكون اليوم ديناً؟!!.
“Barangsiapa mengada-adakan didalam
islam suatu kebid’ahan yang dia melihatnya sebagai sebuah kebaikkan ,
sungguh dia telah menuduh bahwa Muhammad mengkhianati risalah, karena
Allah Ta’aala telah berfirman (yang artinya):”Pada hari ini telah
kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu
nikmatku, dan telah kuridhai islam itu menjadi agama bagimu.”
(al-Maidah:3) Maka sesungguhnya apa yang tidak menjadi agama pada hari
itu, tidak menjadi agama pula pada hari ini.” (Silahkan lihat Al’Itsham, Imam Asy Syatibi:1/64)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam suatu khutbahnya:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ
خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ
وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik
perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad, dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang di ada-adakan
dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no 2042 dari Jabir bin Abdullah)
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda
فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِي ، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ ،
عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالأُمُورَ
الْمُحْدَثَاتِ ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Maka wajib atas kalian untuk
berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur-rasyidin yang
diberi petunjuk (yang datang) sesudahku, gigitlah sunnah itu dengan gigi
geraham kalian. Dan jauhilah perkara-perkara baru yang diada-adakan
(dalam urusan agama -ed) Karena sesungguhnya setiap perkara yang baru
itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Ahmad no 17184, Abu Dawud hadits No. 4609, Ibnu Majah hadits no. 42, at-Tirmidzi hadits no. 2676, beliau mengatakan Hasan Shahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan (sesuatu yang baru) dalam urusan kami, apa-apa yang tidak ada darinya maka tertolak.” (HR. Bukhari no 2697 dan Muslim 1718 dari ‘Aisyah)
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab al-Yamany (salah sorang ulama kibar di Yaman): “Pikirkanlah
wahai saudaraku muslim, tentang dua hadits Nabi yang shahih lagi mulia
yang keluar dari lampu nubuwah, pikirkanlah keduanya dengan
seteliti-telitinya niscaya engkau akan mendapatkannya sebagai obat
bagimu –insya Allah- dari segala bid’ah yang diada-adakan dalam agama
Allah, Hal itu dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
menghukumi semua bid’ah adalah sesat. Beliau tidak mengatakan sebagian
(bid’ah –ed), tetapi beliau berkata (كل) seluruhnya dan lafadz (كل)
wahai saudaraku muslim diantara lafadz-lafadz yang umum, demikian juga
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang
melakukan amalan yang tidak ada pada syariat kami maka amalannya
tertolak.” Yaitu (amalannya) tertolak, Beliau tidak berkata sesuai
(tergantung –ed) dengan niat pelakunya, tetapi beliau menghukumi bahwa
amalannya tertolak.
Jika ada seseorang yang berkata
kepadamu: Tidak semua bid’ah sesat, dan tidak semua perbuatan (amalan)
yang diada-adakan dalam agama itu tertolak. Maka katakan kepadanya:
Siapa yang lebih mengetahui kamu atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam??? Dan siapa yang lebih bertakwa kamu atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam???
Jika beliau bersabda dengan jelas dari dua hadits ini, menyakini dan
mengamalkannya maka itulah (yang dinginkan). Jika dia terus menerus pada
perkataan (pendapatnya) yang pertama bahwa tidak semua bid’ah sesat,
dan tidak semua perkara yang diada-adakan (dalam agama) itu tertolak,
maka katakan kepadanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disatu
sisi bersabda: “setiap bid’ah adalah kesesatan” dan beliau juga
bersabda: “Barangsiapa yang beramal yang tidak ada padanya syariat kami
maka amalannya tertolak.” Sedangkan kamu berada disisi yang lain
berkata: “tidak semua bid’ah sesat, dan tidak semua amalan yang
diada-adakan (dalam agama) itu tertolak, maka katakan kepadanya: ini
merupakan penyelisihan darimu terhadap Rasulullah..!!!
Ingatkan dia
dengan firman Allah Azza Wajjala
وَمَنْ يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ
سَبِيلِ المُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa:115) (Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid : 185-186)
Wallahu a’lam bish shawwab
Ditulis oleh Abu Ibrahim Abdullah al-Jakarty
sumber : http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2013/05/23/bahaya-perbuatan-bidah-dalam-agama/
0 komentar:
Posting Komentar