Selasa, 28 Mei 2013

Sebuah Kenyataan Pahit

Ketika seseorang keluar rumah dengan pakaian robek atau terbalik dalam keadaan ia tidak sadar, maka ia akan merasa biasa-biasa saja sekalipun banyak orang yang memandangnya sinis dan tersenyum kepadanya. Tetapi ketika ia menyadari hal itu, maka  muncullah rasa malu. Sehingga ia berusaha menutupi tubuhya yang terlihat dan segera mengganti pakaiannya.

Tapi suatu hal yang aneh, adanya sebagian wanita yang mengetahui bahwa bajunya robek (baca: berlubang atau terbelah), bahkan auratnya terlihat, sedang ia merasa biasa biasa saja, dan merasa bangga dengan pakaiannya tersebut?! Wanita seperti ini sudah jelas bahwa ia adalah orang yang tak tahu malu.

Inilah pemandangan yang setiap hari berlalu di mata kita, adanya wanita-wanita muslimah yang tidak merasa malu lagi memperlihatkan aurat mereka. Perlu diketahui bahwa aurat seorang wanita menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, mulai dari kepala sampai kaki. Semua ini harus dan wajib ditutup oleh seorang wanita muslimah yang sadar dan sehat akalnya.

Sebuah realita yang pahit, para remaja putri kita tidak lagi risih berjalan di tempat-tempat umum dengan pakaian ketat, rok mini dan kaos you can see. Mereka telah terseret jauh oleh badai moderenisasi, sehingga tidak lagi mengenal aturan agamanya. Padahal pakaian adalah nikmat yang Allah -Ta’ala- telah turunkan untuk menutupi aurat manusia. Allah berfirman,
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu, dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (QS. Al-A’raf : 26)

Al-Imam Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Allah –Tabaaroka wa Ta’ala- memberikan anugrah kepada para hambanya dengan sesuatu yang Allah ciptakan bagi mereka berupa pakaian (penutup aurat) dan pakaian keindahan. Pakaian yang tersebut disini untuk menutupi aurat”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/399-400)]

Allah memberikan dua pakaian bagi anak Adam: pakaian yang menutupi aurat, dan pakaian keindahan. Pakaian penutup aurat, inilah yang disebut “jilbab” bagi wanita yang menutupi aurat mereka dari kepala sampai ke ujung kaki, sebab aurat wanita adalah seluruh tubuhnya. Adapun pakaian keindahan bagi wanita, maka ia tak menampakkannya, kecuali kepada mahramnya, seperti suami, anak, ayah, kakek, dan pamannya. Pakaian keindahan ini tidak ia tampakkan di hadapan semua orang. Seorang muslimah jika keluar rumah, maka ia menggunakan jilbab besar lagi panjang dan lebar, serta menutupi semua jasadnya. Jilbab wanita muslimah tak boleh pendek, ketat, transparan, atau mengundang perhatian kaum lelaki.

Sebuah kenyataan pahit, kini mode sudah menjadi gaya hidup manusia moderen. Jika tidak mengikuti gaya busana yang lagi berkembang berarti tidak modern, tidak modern berarti primitif alias kampungan. Ini menurut persangkaan para penyembah mode!! Oleh karenanya, para remaja muslimah berlomba-lomba memperlihatkan paha dan betis, serta dada mereka untuk bebas dari cap “kampungan” dan “kuper (kurang pergaulan)”.

Dalam keseharian, kita menemukan wanita muslimah yang menjual harga dirinya hanya untuk kesenangan hawa nafsu, mau dipuji, dipuja dan disanjung sebagai wanita seksi lagi cantik. Mereka memperlihatkan aurat kepada siapa saja yang berminat, tanpa imbalan sepersenpun demi mencari popularitas sebagai sosok wanita modern yang seksi dan sebagai sosok yang maju.

Memang banyak yang akhirnya tampil modis, cantik dan seksi, sehingga banyak kaum lelaki yang berdecak kagum, bahkan ada yang sampai menggodanya. Tapi keuntungan apa yang mereka dapatkan dari sanjungan seperti itu? Tiada lain hanyalah kepuasan semu. Sementara modal yang dikeluarkan adalah harta, dan di akhirat dia akan kembali dengan menyandang dosa dan pertanggung jawaban berat tentang segala nikmat tersebut. Allah –Subhana Wa Ta’ala- berfirman,
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).”(QS. An-Nazi’at)

Pembaca yang budiman, kita semua telah mengetahui bahwa mode pakaian yang berkiblat ke negeri barat, nyaris tak ada satu pun yang dapat menyelamatkan aurat wanita. Kebanyakannya buka-bukaan dan cenderung menantang kaum lelaki untuk menggoda, bahkan memperkosanya. Sedangkan dunia barat yang nota benenya adalah Yahudi dan Nashrani, sejak dahulu berusaha ingin menghancurkan Islam dan membuat makar hingga kaum muslimin mau mengikuti agama dan tata cara kehidupan mereka. Merekapun mempropaganda dan mengajak kaum muslimah melalui media-media masa, maupun cetak untuk meninggalkan pakaian takwa mereka (yakni, jilbab) dan menggantinya dengan pakaian kehinaan.

Musuh-musuh Islam menyerukan untuk menggunakan rok dan celana pendek serta meninggalkan jilbab yang syar’i. Mereka menggambarkan kepada kaum muslimah yang jahil tentang agamanya bahwa dengan memakai rok mini dan  pakaian ketat, maka itulah ciri wanita moderen dan maju. Adapun jilbab, hanyalah pakaian untuk orang-orang yang ada di zaman batu menurut propaganda mereka.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman dalam membongkar kebusukan niat dan makar kaum Yahudi dan Nasrani di dalam (QS. Al-Baqoroh : 120),
 “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”.

Ironisnya, sebagian besar wanita muslimah begitu bangga dengan pakaian ala barat yang dikenakannya. Setiap model terbaru yang datang dari barat, ditelannya bulat-bulat. Sehingga bisa kita saksikan, negara kita dengan mayoritas penduduknya muslim, tapi banyak ciri Islam yang nyaris hilang, seperti aturan dalam berpakaian bagi wanita. Berbagai merek baju dan model pakaian yang membuat kepala bergeleng, dapat disaksikan di jalan-jalan. Sehingga kita tidak lagi dapat membedakan antara wanita muslimah dan wanita yang kafir.

Fenomena ini sangat menyayat hati kaum mukminin. Sebab para muslimah tersebut adalah generasi muda Islam yang seharusnya gigih mempertahankan pakaian islami-nya sebagai syiar islam. Tapi justru berkiblat kepada orang-orang yang ingin menghancurkan Islam, dan merendahkan wanita. Padahal Allah dan Rasul-Nya telah melarang kaum muslimin untuk mengikuti dan meniru gaya hidup mereka, seperti gaya hidup buka-bukaan & porno aksi.

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ   تَشَبَّهَ  بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut”. [HR. Abu Dawud (4031). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (4347)]

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرِاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ  قُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ:  فَمَنْ ؟

Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalian pun akan masuk ke dalamnya”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nashara? Maka beliau menjawab:” Siapa lagi (kalau bukan mereka)?”.[HR. Bukhariy (3269 & 6889), Muslim (2669)]

Banyak ayat dan hadits yang menjelaskan tentang haramnya mengikuti dan menyerupai orang-orang kafir, karena hal itu merupakan tujuan syariat. Namun sangat disayangkan, para wanita muslimah di hari ini banyak yang termakan umpan orang-orang kafir, sehingga mereka tidak tahu dan tidak mau tahu lagi aturan Allah dalam berpakaian. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi bahwa pakaian islami yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya dianggap oleh orang-orang jahil agama sebagai sesuatu yang kuno dan tidak mengikuti arus perkembangan zaman, sehingga Islam dan syi’arnya semakin terasing di tengah pemeluknya sendiri. Inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sejak 14 abad silam,
بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْباً فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing.” [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (no. 232)].

Islam asing dan aneh di mata manusia karena menyalahi hawa nafsu dan kejahilan mereka. Ketika seseorang mengamalkan sunnah (ajaran) Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- di awal islam, maka semua orang tersentak kaget dan heran sebagaiman kagetnya orang orang yang hidup di hari ini. Jika ada seseorang yang mengamalkan ajaran Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- (seperti, memakai jilbab besar beserta cadarnya), maka banyak manusia berteriak kaget dan menganggapnya aneh alias asing, menakutkan, ketinggalan zaman dan lain-lain. Keasingan ini terjadi karena kebanyakan manusia menjauhi sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Namun keasingan ini sebenarnya adalah sunnatullah (ketentuan dari Allah).

Al-Imam Abu Ishaq Asy-Syathibiy -rahimauhullah- berkata, “Keterasingan ini adalah sunnatullah pada makhluk-Nya, yakni pengikut kebenaran dibandingkan pengusung kebatilan adalah jumlahnya sedikit berdasarkan firman-Nya -Ta’ala-,  
“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya-“.(QS. Yusuf: 103)

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih” (QS. Saba’ :13)
(Demikianlah) agar Allah membenarkan apa yang telah Dia janjikan kepada Nabi-Nya berupa kembalinya sifat keterasingan itu kepada islam. Jadi keterasingan itu tak akan terjadi, kecuali karena hilangnya pengikut (kebenaran) atau sedikitnya mereka. Hal itu terjadi saat perkara yang ma’ruf berubah menjadi kemungkaraan; kemungkaran berubah (dianggap) sebagai sesuatu yang ma’ruf ; sunnah dianggap bid’ah dan bid’ah dianggap sunnah. Akhirnya, pengikut sunnah diperhadapkan dengan cacian dan sikap keras sebagaimana nasibnya dahulu para pengusung bid’ah, karena adanya keinginan para pengusung bid’ah itu agar simbol kesesatan bisa bersatu (kuat). [Lihat Al-I’tishom (1/12), tahqiq Masyhur Hasan Salman]

Kita menyaksikan pada hari ini wanita yang memakai jilbab syar’i bisa dihitung jari. Bagaikan burung ghurob a’shom (gagak yang putih sayap dan kakinya), diantara jutaan burung gagak yang lainnya. Kebanyakan wanita muslimah lebih memilih pakaian ala barat, walaupun harus menggadaikan kehormatan dan mengubur rasa malunya!! Mereka semakin terlena dengan kesenangan semu, namun harus menuai kehinaan dan kerendahan di sisi Rabb-nya. Mereka lebih senang memakai kos ketat, rok mini, jeans dan lain-lain yang menampakkan seluruh lekuk-lekuk tubuhnya dibanding memakai pakaian yang diridhai oleh Allah -Subhana Wa Ta’ala-. Sifat wanita seperti inilah yang pernah di beritakan oleh Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai wanita penghuni neraka dalam sabdanya,
صِنْفَاَنِ مِنْ أَهْلِ اْلنَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ اْلبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا اْلنَّاسُ وَ ِنسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءًُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ اْْلبُخْتِ اْلمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَِ اْلجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua kelompok dari penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya : suatu kaum yang mempunyai cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengannya dan wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok jalannya, kepala-kepala mereka seperti punuk onta, tidak akan masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal baunya tercium dari jarak sekian dan sekian ” [HR. Muslim (2192)].

Ini adalah sebuah kenyataan pahit yang melanda kaum mukminin dan hanya kepada Allah-lah tempat kami mengadu dan meminta keselamatan. Bagaimana tidak, orang tua yang seharusnya memberi teguran dan nasehat kepada putri-putri mereka, justru malah memberi dukungan, semangat bahkan contoh kepada putri mereka untuk mengenakan pakaian seksi. Mereka rela mengocek kantongnya untuk membeli pakaian tersebut. Mereka malu jika putri mereka menutup aurat dengan jilbab syar’i. Duh, tapi tidak malu jika dada, betis dan paha putrinya dicicipi oleh ribuan mata yang melintas. Bahkan telah sampai kabar kepada kami bahwa ada orang tua yang memarahi anaknya memakai jilbab dan tega membakar jilbab tersebut. Sungguh setan telah berhasil menutup mata kaum muslimin dari hidayah dan menyulap kemungkaran menjadi suatu kebenaran.

Orang tua seperti ini tidak sadar bahwa perbuatannya tersebut telah diancam oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan neraka, dan kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban atas dirinya, hartanya dan keluarganya. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ : مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَ الْعَاقُّ وَ الدَّيُّوْثُ الَّذِيْ يُقِرُّ فِيْ أَهْلِهِ الْخُبْثَ
“Ada tiga golongan yang sungguh Allah haramkan baginya surga: pecandu khomer, orang yang durhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts(kepala keluarga) yang membiarkan perbuatan keji dalam keluarganya”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/69). Lihat Shohih Al-Jami' (3047)]

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Setiap orang diantara kalian adalah pemimpin. Setiap orang diantara kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Imam A’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki (suami) adalah penanggung jawab bagi keluarganya dan ia akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Wanita (istri) adalah penanggung jawab bagi keluarga suaminya, dan anak suaminya, sedang ia akan ditanyai tentang mereka. Seorang budak adalah penanggung jawab terhadap harta tuannya dan ia akan ditanyai tentang harta tersebut. Ketahuilah, setiap kalian adalah penanggung jawab dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.”[HR. Al-Bukhari (5200), dan Muslim (4701)]

Jika kita telah menyadari bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita, maka  bertaqwalah kepada Allah dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut. Didiklah keluarga kita diatas ketaatan kepada Allah dan senantiasa mencari cinta dan ridho-Nya. Bukannya justru mendidik keluarga dengan perkara yang dibenci Allah dan Rasul-Nya, sehingga mereka kelak akan disentuh oleh api neraka. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(QS. At-Tahrim: 6)

Sumber : Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201).


0 komentar:

Posting Komentar